Show simple item record

dc.contributor.advisorRimbawan
dc.contributor.advisorTanziha, Ikeu
dc.contributor.advisorWinarsih, Wiwin
dc.contributor.authorPawartha, Putu Ari Agus
dc.date.accessioned2016-03-04T07:25:37Z
dc.date.available2016-03-04T07:25:37Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78999
dc.description.abstractSalah satu cara untuk menjaga jumlah sel probiotik selama pembuatan produk, penyimpanan, dan selama dalam saluran pencernaan adalah dengan melakukan enkapsulasi. Bakteri probiotik telah dikenal dapat mengontrol pertumbuhan mikroorganisme yang berpotensi patogen dan dapat menyebabkan diare. Meskipun demikian belum banyak penelitian yang mengkaji efek kesehatan probiotik yang terenkapsulasi terhadap diare. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian probiotik terenkapsulasi pada tikus diare. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yang meliputi tahap pembuatan probiotik terenkapsulasi, tahap pengujian dosis E.coli yang menyebabkan diare, serta uji in vivo probiotik pada tikus Sprague Dawley. Penelitian tahap pertama menunjukkan bakteri Lactobacillus casei memiliki ketahanan terhadap pengeringan yang lebih baik dibandingkan Bifidobacterium longum. Di samping itu ketahanan Lactobacillus casei terhadap pH rendah dan garam empedu lebih baik dibandingkan Bifidobacterium longum. Oleh karena itu Lactobacillus casei dipilih pada tahap penelitian berikutnya. Penelitian tahap kedua bertujuan menguji dosis infeksi E.coli yang menyebabkan diare pada tikus tanpa menyebabkan kematian. Hasil penelitian menunjukkan dosis E.coli 108 cfu/ml dapat digunakan untuk menginduksi diare pada tikus tanpa mengakibatkan kematian. Pada penelitian tahap ketiga, sebanyak 30 ekor tikus Sprague Dawley jantan dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan : (1) normal kontrol, (2) diinfeksi E.coli, (3) normal dan diberikan probiotik terenkapsulasi (4) diinfeksi dan diberikan probiotik terenkapsulasi, (5) diinfeksi dan diberikan probiotik terenkapsulasi secara bersamaan. Tikus diberi pakan standar dan diberi minum aquades secara ad libitum. Kelompok tikus yang diinfeksi diberi E.coli dengan cara dicekok selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 108 cfu/ml. Dosis probiotik yang diberikan adalah 109 cfu/g pada 7 hari berikutnya. Pada hari ke-0,3, dan 7 feses tikus dikumpulkan untuk dilakukan pengamatan terhadap total bakteri asam laktat (BAL) dan total E.coli. Jumlah konsumsi pakan, penambahan berat badan, serta nilai Feed Conversion Efficiency (FCE) juga diamati. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan untuk mengamati jumlah sel goblet yang diambil dari usus halus. Hasil penelitian menunjukkan Lactobacillus casei terenkapsulasi dapat meningkatkan nilai FCE dan total BAL. Lactobacillus casei terenkapsulasi juga mampu menurunkan populasi E.coli dan jumlah sel goblet pada tikus yang terinfeksi. Lactobacillus casei mempunyai potensi sebagai agen antidiare meskipun tidak berbeda nyata secara statistik.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcHealth and Hygieneid
dc.subject.ddcDieteticsid
dc.subject.ddc2014id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleUji Efikasi Probiotik Terenkapsulasi Sebagai Agen Antidiare Pada Tikus Sprague Dawley.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordenkapsulasiid
dc.subject.keyworddiareid
dc.subject.keywordprobiotikid
dc.subject.keywordsprague dawleyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record