. Keterkaitan Perawatan Metode Kanguru (Pmk) Terhadap Tingkat Stres Ibu, Konsumsi Asi, Dan Pertumbuhan Fisik Bayi.
View/ Open
Date
2015Author
Muliyati, Hepti
Damanik, Rizal
Roosita, Katrin
Metadata
Show full item recordAbstract
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan kontak kulit langsung ibu dan bayinya baik dilakukan secara intermiten maupun kontinu yang dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) meliputi perhatian, kehangatan, kenyamanan, dan gizi yang cukup (Suradi et al. 2008; Dandekar & Shafee 2013). Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan pedoman penanggulangan bayi BBLR salah satu diantaranya penerapan PMK (Suradi et al. 2008). Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) prevalensi bayi BBLR di Indonesia mengalami penurunan dari 11.5% tahun 2007, 11.1% (2010), hingga 10.2% (2013) (Kemenkes 2013). Namun, angka tersebut masih jauh dari target BBLR yang ditetapkan yakni <5% (Depkes 2008). Sementara itu, prevalensi bayi BBLR di Kabupaten Bogor selama 3 tahun terakhir masih mengalami fluktuasi yakni 1.5% (2011), 1.6% (2012), dan 1.3% (2013) (Dinkes Kabupaten Bogor 2013). Meskipun prevalensi bayi BBLR di Kabupaten Bogor telah mengalami penurunan, namun bayi BBLR harus tetap mendapatkan penanggulangan yang baik karena masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya (integenerational impact) (Kemenkes 2010). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan keterkaitan PMK terhadap tingkat stres ibu, konsumsi ASI, dan pertumbuhan fisik bayi BBLR. Tujuan khususnya meliputi: (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu (usia, paritas, jenis persalinan, pendidikan, dan pekerjaan) dan karakteristik bayi BBLR (jenis kelamin, usia gestasi, berat badan lahir, panjang badan lahir, lingkar kepala lahir, dan lingkar dada lahir); (2) Menganalisis konsumsi pangan ibu; (3) Menganalisis tingkat stres ibu baik pada kelompok PMK maupun kelompok perawatan metode konvensional (PMKv); (4) Menganalisis konsumsi Air Susu Ibu (ASI) bayi BBLR baik kelompok PMK maupun kelompok PMKv; (5) Menganalisis pertumbuhan fisik (berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada) bayi BBLR baik kelompok PMK maupun kelompok PMKv; (6) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ASI dan pertumbuhan fisik bayi BBLR. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif yang dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai Maret 2015 di Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah ibu dan bayi BBLR yang dikelompokkan menjadi kelompok PMK dan PMKv. Kelompok PMK berasal dari RS Sehat Terpadu Dompet Duafa dan RSIB Medika Dramaga. Sedangkan kelompok PMKv berasal dari rumah sakit yang tidak menerapkan PMK dan memiliki karakterstik yang sama dengan kelompok PMKv. Jumlah contoh pada penelitian ini sebanyak 20 pasang ibu dan bayi BBLR. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan data rekam medik serta pengukuran langsung. Data diolah diolah melalui beberapa tahapan yaitu editing, coding, processing dan cleaning. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan inferensia (uji Independent Sample t-Test, Mann-Whitney, Chi-square, dan regresi linear berganda). Secara keseluruhan, karakteristik contoh baik pada kelompok PMK maupun PMKv tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p<0.05). Hasil uji Independent Sampe t-Test menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan seluruh zat gizi pada minggu pertama, kedua, dan keempat adalah tidak berbeda signifikan antar kedua kelompok. Namun, untuk tingkat kecukupan karbohidrat dan tingkat kecukupan zink pada minggu keempat adalah signifikan lebih tinggi (p<0.05) pada kelompok PMK dibandingkan dengan kelompok PMKv. Pada minggu pertama meskipun tidak signifikan, terdapat kecenderungan bahwa praktik PMK menurunkan tingkat stres ibu yang memiliki BBLR. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ditemukannya stres berat pada kelompok PMK sedangkan ibu yang tidak melakukan PMK masih mengalami stres berat (10%). Sedangkan pada minggu keempat, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.005) antara praktik PMK dengan tingkat stres ibu. Rata-rata konsumsi ASI dari minggu pertama hingga keempat pada kelompok PMK jumlahnya signifikan lebih banyak (p>0.05) dibandingkan kelompok PMKv. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan pertumbuhan fisik bayi BBLR kelompok PMK yang signifikan lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok PMKv. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi ASI bayi BBLR secara signifikan (p<0.05) dipengaruhi oleh praktik PMK, pendidikan ibu, dan tingkat kecukupan vitamin A. Peningkatan pertumbuhan fisik dipengaruhi secara signifikan (p<0.05) oleh praktik PMK, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan karbohidrat, dan tingkat kecukupan kalsium. Dalam penanggulangan masalah BBLR, PMK sangat direkomendasikan untuk mempercepat peningkatan pertumbuhan fisik (berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan lingkar dada)yang normal. Selain itu, ibu yang melakukan praktik PMK dan memberikan ASI kepada bayinya harus mengonsumsi pangan yang seimbang selama menyusui agar terpenuhi kecukupan zat gizi yang penting untuk produksi ASI.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]