dc.description.abstract | Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) merupakan jenis jeruk unggul nasional yang penting untuk dikembangkan. Produksi pamelo secara nasional masih rendah dibandingkan dengan produksi jeruk siam karena daerah pengembangannya juga terbatas. Kuantitas dan kualitas pamelo Indonesia masih perlu ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar global. Program pemuliaan pamelo secara bioteknologi diharapkan dapat melengkapi pemuliaan konvensional untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan mengembangkan teknologi induksi tanaman tetraploid dan fusi protoplas untuk meningkatkan kualitas tanaman dan mengembangkan teknologi perbanyakannya melalui organogenesis maupun embriogenesis. Penerapan teknik tersebut, perlu dikembangkan karena pamelo merupakan tanaman buah berkayu tahunan dan bersifat monoembrionik sehingga banyak mengalami kesulitan dan memerlukan waktu lama untuk pemuliaan dan perbanyakan. Induksi tanaman tetraploid dilakukan dengan merendam eksplan biji berkecambah, tunas pucuk dan buku kotiledon dalam larutan kolkisin kemudian deteksi tingkat ploidi dilakukan dengan flow sitometer. Fusi protoplas dengan 40% PEG dilakukan antara pamelo ‘Nambangan’ dan keprok ‘Garut’ melalui tahapan isolasi protoplas secara enzimatik, fusi dan regenerasi protoplas hasil fusi hingga terbentuk koloni sel. Perbanyakan pamelo melalui organogenesis dilakukan dengan eksplan tunas pucuk, buku dan buku kotiledon pada media MS0 padat dan cair dengan penambahan 0.5 mgL-1 BAP atau Kinetin. Perbanyakan in vitro dilakukan dari tahap multiplikasi tunas hingga aklimatisasi dan sambung mikro dengan batang bawah Japansche Citroen. Perbanyakan melalui embriogenesis dilakukan dengan eksplan bulir daging buah, biji muda, tunas pucuk dan potongan daun untuk induksi kalus pada media MS0 dengan penambahan 0.5 dan 1.0 mgL-1 2,4-D atau NAA, eksplan biji muda kupas digunakan untuk induksi embrio adventif pada media MS0 yang ditambahkan 3 mgL-1 BAP dan 1 mgL-1 2,4-D. Tahap induksi embrio somatik dilanjutkan hingga regenerasi tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas pamelo tetraploid berhasil didapatkan dengan perendaman eksplan kecambah biji in vitro, tunas pucuk dan buku kotiledon dalam 0.1% kolkisin selama 1, 3 dan 5 jam. Perlakuan yang menghasilkan tunas tetraploid tertinggi yaitu sebesar 60% adalah eksplan tunas pucuk yang direndam dalam 0.1% kolkisin selama 1 jam. Fusi antara pamelo ‘Nambangan’ dan keprok ‘Garut’ telah menghasilkan koloni sel sehingga metode isolasi dengan 0.5% selulase dan 0.5% maserozim selama 16 jam, fusi dengan 40% PEG selama 8-10 menit dan tahap awal kultur pada media BH3 cair dapat diulang dan dilanjutkan untuk proses regenerasi selanjutnya. Perbanyakan tunas secara in vitro telah berhasil dilakukan dengan eksplan terbaik yaitu buku kotiledon pada media padat. Tahap pembentukan akar dilakukan secara in vitro dengan media terbaik adalah MS0 dengan pengurangan konsentrasi hara makro karena planlet dapat hidup selama proses aklimatisasi. Teknik sambung mikro juga berhasil dilakukan dan dikonfirmasi dengan terjadinya penggabungan berkas pembuluh dengan sayatan melintang batang. Embrio somatik pamelo berhasil diinduksi secara langsung dari eksplan biji muda kupas berdiameter 4-6 mm pada media MS yang mengandung 3 mgL-1 BAP dan 1 mgL-1 2,4-D. Embrio adventif dapat beregenerasi menghasilkan planlet. Perbanyakan planlet bermanfaat untuk menyediakan bahan untuk induksi tetraploid sekaligus menyiapkan metode untuk memperbanyak tanaman tetraploid sampai dihasilkannya bibit unggul di lapangan. | id |