Show simple item record

dc.contributor.advisorYulianda, Fredinan
dc.contributor.advisorSetyobudiandi, Isdradjad
dc.contributor.authorBayan, Irma Ekawati
dc.date.accessioned2015-01-07T06:35:57Z
dc.date.available2015-01-07T06:35:57Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73101
dc.description.abstractEkosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat ekologi bagi ekosistem pesisir, diantaranya adalah sebagai habitat dan sumber pakan bagi kehidupan biota darat maupun laut. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas adalah di Propinsi DKI Jakarta bagian utara yakni kawasan pantai Angke Kapuk yang memiliki sabuk hijau seluas 327,70 ha dan tersebar di beberapa wilayah (BKSDA DKI Jakarta, 2003). Kawasan mangrove di Angke Kapuk berperan penting dalam pelestarian ekosistem karena menjadi suaka bagi sejumlah spesies yang menempatinya salah satunya adalah makrozoobentos. Seiring dengan perkembangan pembangunan kota, mangrove menjadi salah satu sumberdaya pesisir yang rentan oleh degradasi lingkungan seperti pariwisata, perikanan, dan industri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi ekologi mangrove sebagai habitat makrozoobentos di kawasan Pantai Angke Kapuk, menentukan status tingkat kerusakan mangrove dan merekomendasikan pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan di kawasan Pantai Angke Kapuk. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 dan Maret 2014 pada enam stasiun berbeda berdasarkan keterwakilan kondisi lokasi penelitian. Pengumpulan data terdiri dari pengumpulan data makrozoobentos dan pengukuran beberapa parameter kualitas air yaitu kekeruhan, DO, COD, BOD, salinitas, pH, nitrat (NO3-N), nitrit (NO2-N), orto fosfat (PO4-P), dan padatan tersuspensi (TSS). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagai habitat makrozoobentos, kawasan mangrove di pantai Angke Kapuk telah mengalami degradasi fungsi ekologis dan status mangrove di pantai Angke Kapuk telah masuk dalam kategori rusak berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove Kepmen LH No 201 Tahun 2004 kerapatan mangrove <1000 pohon/ha dan penutupan <50%, sehingga upaya rehabilitasi sangat perlu dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan sektor pengelola terkait dalam pengelolaan kawasan mangrove yang berkelanjutan. Perbaikan habitat dapat dilakukan dengan membersihkan sampah dan mengangkutan sampah keluar dari kawasan mangrove, terutama pada kelompok stasiun A yang memiliki kondisi mangrove paling rusak dan paling banyak menerima tekanan lingkungan, begitu juga dengan kelompok stasiun B yang sangat berpotensi mengalami degradasi fungsi ekologi akibat tekanan pembangunan yang besar pada kawasan mangrove di kelompok ini, kemudian dilakukan penanaman vegetasi mangrove pada site yang telah siap untuk ditanam.en
dc.language.isoid
dc.titleAnalisis Degradasi Fungsi Ekologi Mangrove sebagai Habitat Makrozoobentos dan Pengelolaannya di Pantai Angke Kapuk, Jakarta Utaraen
dc.subject.keywordAngke Kapuken
dc.subject.keyworddegradasien
dc.subject.keywordmakrozoobentosen
dc.subject.keywordmangroveen
dc.subject.keywordpengelolaanen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record