Show simple item record

dc.contributor.advisorAlimuddin
dc.contributor.advisorSantoso, Joko
dc.contributor.authorFadilah, Siti
dc.date.accessioned2014-12-15T07:24:23Z
dc.date.available2014-12-15T07:24:23Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71400
dc.description.abstractRumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty) merupakan salah satu jenis rumput laut komoditas unggulan. Penggunaan bibit yang baik dapat mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut ini. Bibit rumput laut umumnya didapatkan dari pengembangbiakan vegetatif rumput laut hasil panen, sehingga kualitas bibit menurun seiring waktu. Untuk itu dibutuhkan upaya pengadaan bibit secara sistematis. Penggunaan metode seleksi massa untuk menghasilkan kualitas bibit K. alvarezii yang lebih baik telah dirintis, namun masih terbatas pengamatan pada hasil produksi bibit dan kandungan karaginan sebagai unsur penting dalam menentukan potensi hasil pada budidaya rumput laut. Potensi hasil tinggi dapat diamati pada karakteristik morfologi dan fisiologinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik morfologi dan fisiologi bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil seleksi massa di perairan Gorontalo serta mempelajari hubungan antara karakteristik morfologi dan fisiologi. Kegiatan seleksi massa dilakukan di Teluk Tomini (pesisir selatan Gorontalo) berdasarkan protokol seleksi massa bibit unggul rumput laut dengan modifikasi pada nilai cut-off menjadi 10% laju pertumbuhan harian tertinggi. Pemeliharaan bibit dilakukan menggunakan metode tali panjang (long line). Konstruksi pemeliharaan berukuran luas 50 x 35 m2, memuat 50 tali bentangan dengan panjang 35 m, dan jarak antar tali bentangan 1 m. Setiap tali bentangan memuat 230 titik rumpun bibit dengan jarak antar tali pengikat rumpun 15 cm. Bibit rumput laut berwarna coklat dengan bobot awal 50 g diikat pada tali rumpun. Penanaman bibit dilakukan pada kedalaman 30 cm dari permukaan perairan. Selanjutnya, rumput laut dipelihara selama 30 hari per siklus. Setiap siklus pemeliharaan terdapat kontrol internal dan kontrol eksternal. Seleksi massa ini dilakukan sampai generasi keempat. Bibit rumput laut hasil seleksi tersebut selanjutnya diproduksi massal untuk dilakukan evaluasi performa budidaya. Produksi massal dan evaluasi performa budidaya dilakukan di Laut Sulawesi (pesisir utara Gorontalo) selama tiga siklus. Metode pemeliharaan pada kegiatan produksi massal sama dengan kegiatan seleksi massa bibit. Analisis karakteristik morfologi dan fisiologi dilakukan pada setiap akhir siklus produksi massal. Karakteristik morfologi yang diamati adalah panjang talus utama, cabang I, II dan III; jarak ruas primer dan sekunder; diameter primer, sekunder dan tersier; jumlah cabang I, II dan III. Karakteristik fisiologi yang diukur adalah laju pertumbuhan harian, kadar gula total, kadar hormon kinetin dan indole acetic acid (IAA). Pengamatan kualitas perairan lokasi produksi massal secara in situ dilakukan pada variabel suhu, kadar oksigen terlarut (DO), dan salinitas. Pengamatan secara ex situ dilakukan pada variabel NO3 (nitrat), PO4 (fosfat) dan bahan organik total (BOT). Data sekunder berupa curah hujan didapatkan dari Stasiun Meteorologi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang total talus bibit hasil seleksi adalah 66,94% lebih panjang daripada kontrol eksternal dan 48,35% lebih panjang daripada kontrol internal. Jumlah total cabang pada bibit hasil seleksi meningkat 134,07% dibandingkan dengan kontrol eksternal dan 69,89% dibandingkan kontrol internal. Bibit hasil seleksi dan kontrol internal mempunyai jarak ruas primer dan sekunder yang lebih pendek daripada kontrol eksternal. Diameter talus primer, sekunder dan tersier pada ketiga jenis bibit rumput laut tidak menunjukkan perbedaan. Bibit kontrol internal, kontrol eksternal dan hasil seleksi mempunyai laju pertumbuhan harian di bawah 1%, namun rumput laut hasil seleksi mempunyai laju pertumbuhan harian yang lebih baik dibandingkan kedua kontrol. Kadar gula total pada bibit hasil seleksi adalah 15,52% lebih tinggi daripada kontrol internal dan 16,42% lebih tinggi daripada kontrol eksternal. Kadar hormon kinetin dan rasio kinetin:IAA cenderung lebih tinggi pada rumput laut hasil seleksi dibandingkan dengan kedua kontrol. Kadar hormon kinetin mempunyai korelasi tinggi dengan panjang total cabang, jumlah total cabang dan LPH daripada IAA. Warna talus berbanding lurus dengan LPH, kadar IAA, dan kadar kinetin. Kondisi lingkungan perairan saat produksi massal dari bulan Agustus sampai Oktober kurang produktif di perairan Gorontalo Utara. Kualitas lingkungan menurun dan biofouling berkembang pada periode tersebut.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcAgricultural scienceen
dc.subject.ddcSeaweeden
dc.subject.ddc2013en
dc.subject.ddcGorontalo Utaraen
dc.titleKarakteristik Morfologi dan Fisiologi Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Seleksi Massa di Perairan Gorontaloen
dc.subject.keywordfisiologien
dc.subject.keywordKappaphycus alvareziien
dc.subject.keywordmorfologien
dc.subject.keywordpertumbuhanen
dc.subject.keywordseleksi massaen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record