Show simple item record

dc.contributor.advisorMadanijah, Siti
dc.contributor.advisorKhomsan, Ali
dc.contributor.authorJayanti, Linda Dwi
dc.date.accessioned2014-12-12T07:39:10Z
dc.date.available2014-12-12T07:39:10Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71347
dc.description.abstractPenilaian pola konsumsi pangan merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan gizi suatu masyarakat. Menurut Park et al. (2005), pola konsumsi pangan masyarakat umumnya dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, demografi, dan faktor gaya hidup, serta berkaitan dengan risiko beberapa penyakit degeneratif. Leyna et al. (2010) menambahkan bahwa pola konsumsi pangan masyarakat berhubungan signifikan dengan kondisi ketahanan pangan masyarakat. Salah satu metode penilaian pola konsumsi pangan secara kualitatif yang dapat merefleksikan kecukupan gizi individu adalah dengan penilaian keanekaragaman dan kualitas zat gizi pangan (Swindale & Billinsky 2005). Konsep densitas zat gizi pangan kemudian dikembangkan untuk mengidentifikasi jenis-jenis makanan yang mengandung cukup gizi dengan biaya yang relatif terjangkau sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran makanan, khususnya di daerah perdesaan (Drewnowski 2010). Kasepuhan Ciptagelar merupakan salah satu perkampungan masyarakat tradisional di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang masih memelihara warisan budaya dan sistem pertanian tradisional. Kasepuhan ini dinilai memiliki sistem ketahanan pangan yang baik serta kebiasaan makan yang khas sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam. Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis aspek sosial ekonomi dan budaya, pola konsumsi pangan, serta densitas asupan zat gizi pada masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar Jawa Barat. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) menganalisis aspek sosial ekonomi rumah tangga; 2) menganalisis kebiasaan makan rumah tangga, meliputi frekuensi konsumsi pangan, preferensi pangan, dan prioritas pemberian pangan; serta sosio-budaya pangan rumah tangga; 3) menganalisis konsumsi pangan rumah tangga serta densitas energi dan zat gizi pangan; 4) menganalisis tingkat kecukupan serta densitas asupan zat gizi rumah tangga; dan 5) menganalisis keterkaitan antara karakteristik sosial ekonomi, kebiasaan makan, dan budaya pangan dengan tingkat kecukupan gizi dan densitas asupan zat gizi rumah tangga. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan lokasi penelitian yaitu di Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Total contoh sebanyak 65 rumah tangga diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling dari total populasi 108 rumah tangga. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi rumah tangga, sosio-budaya pangan, kebiasaan makan, dan konsumsi pangan dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan responden. Data sekunder meliputi gambaran umum wilayah dan profil Desa Sirnaresmi dikumpulkan melalui penelusuran pada Pemerintahan Desa, Kecamatan dan Kabupaten, serta Badan Pusat Statistik tingkat Kabupaten. Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Analisis deksriptif menggambarkan sebaran variabel yang diteliti berdasarkan persen dan rataan. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara: 1) karakteristik sosial ekonomi rumah tangga dengan tingkat kecukupan gizi rumah tangga; 2) karakteristik sosial ekonomi rumah tangga dengan densitas asupan zat gizi rumah tangga; 3) faktor kebiasaan makan dengan tingkat kecukupan gizi rumah tangga; dan 4) faktor kebiasaan makan dengan densitas asupan zat gizi rumah tangga. Untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi serta densitas asupan zat gizi rumah tangga digunakan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata umur suami dan istri tergolong kategori dewasa menengah yaitu 30-49 tahun dan rata-rata rumah tangga tergolong keluarga kecil (3-5 orang). Lama pendidikan baik suami maupun istri adalah ≤ 6 tahun dan lebih dari 90 % suami bekerja sebagai petani. Sementara itu, sebanyak 41.5 % istri juga bekerja sebagai petani bersama suami. Rata-rata jumlah ketersediaan padi masing-masing rumah tangga sekitar 1500-3500 kg padi yang dapat digunakan selama satu tahun. Rata-rata total pengeluaran rumah tangga (Rp 393 590,-) masih lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp 285 753,-). Selain itu, persentase pengeluaran pangan rumah tangga yaitu 52.9 % masih lebih besar dibandingkan pengeluran nonpangan, yaitu 47.1%. Rata-rata frekuensi makan dalam rumah tangga sebanyak 3 kali sehari. Rata-rata preferensi pangan hewani lebih banyak dibandingkan preferensi pangan nabati. Sementara itu, preferensi pangan sayur-sayuran dan buah-buahan hampir sama meskipun frekuensi konsumsi buah-buahan pada rumah tangga tidak sesering frekuensi konsumsi sayuran. Prioritas pangan utama dalam rumah tangga, khususnya pada saat kondisi keterbatasan ketersediaan pangan adalah anak. Adanya tabu makanan masih diyakini dan dipraktikkan pada sebagian besar rumah tangga (64.6 %), khususnya pada rumah tangga yang memiliki anak perempuan/gadis dan ibu hamil. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara: 1) umur suami dengan tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan zat besi, dan densitas asupan protein rumah tangga; 2) umur istri dengan tingkat kecukupan zat besi rumah tangga; 3) besar keluarga dengan tingkat kecukupan protein rumah tangga; 4) frekuensi makan dengan tingkat kecukupan dan densitas asupan protein; dan 5) preferensi sayuran dengan tingkat kecukupan dan densitas kalsium. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara: 1) besar keluarga dengan densitas asupan vitamin C rumah tangga; 2) frekuensi makan dengan tingkat kecukupan dan densitas asupan vitamin A dan vitamin C; dan 3) jumlah tabu makanan yang dipraktikkan rumah tangga dengan densitas asupan protein. Sementara itu, tidak terdapat hubungan signifikan antara: 1) pendapatan rumah tangga dan ketersediaan padi dengan densitas asupan protein, kalsium, zat besi, dan vitamin; 2) preferensi sayuran dengan densitas asupan zat besi, vitamin A, dan vitamin C; dan 3) preferensi buah-buahan dengan densitas asupan vitamin A dan vitamin C. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan energi dan zat besi rumah tangga khususnya saat berlangsung upacara adat adalah umur suami. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecukupan kalsium rumah tangga adalah preferensi sayur-sayuran. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap densitas asupan protein rumah tangga adalah frekuensi makan dalam rumah tangga.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcCommunity Nutritionen
dc.subject.ddcFood Nutritionen
dc.subject.ddc2014en
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baraten
dc.titleStudi Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya, Konsumsi Pangan, serta Densitas Gizi pada Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar Jawa Baraten
dc.subject.keyworddensitas asupan zat gizien
dc.subject.keywordmasyarakat adaten
dc.subject.keywordtingkat kecukupan gizien


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record