Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang Dikultur pada Sistem Bioflok dengan Penambahan Bakteri Heterotrofik Isolat L1k
View/ Open
Date
2014Author
Salamah
Utomo, Nur Bambang Priyo
Yuhana, Munti
Widanarni
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan lele dumbo merupakan salah satu komoditas budidaya ikan air tawar di Indonesia yang bernilai ekonomis penting. Dalam upaya untuk meningkatkan jumlah produksi ikan lele dumbo diperlukan usaha budidaya secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penambahan bakteri heterotrofik pada media budidaya dan pakan untuk meningkatkan performa produksi ikan lele dumbo (Clarias sp.) pada budidaya sistem bioflok. Dengan teknologi bioflok, limbah nitrogen yang dihasilkan oleh organisme budidaya diubah menjadi biomassa bakteri (yang mengandung protein) yang dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya. Bakteri L1k yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri heterotrofik yang telah diketahui mampu memproduksi enzim protease ekstraseluler. Selain dapat memperbaiki kualitas nutrisi bioflok diharapkan juga dapat meningkatkan kecernaan pakan dengan aplikasinya melalui pakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 - Februari 2014 di Laboratorium Teaching Farm (pemeliharaan ikan), Laboratorium Nutrisi Ikan (analisis proksimat), Laboratorium Kesehatan Ikan (kultur sel bakteri heterotrof dan fermentasi pakan, serta penghitungan total bakteri di air), dan Laboratorium Lingkungan (analisis kualitas air), Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, yang terdiri dari : K- : Tanpa bioflok , K+ : Bioflok, A : Bioflok + L1k (102 CFU (Colony Forming Unit) ml-1) , B : Bioflok + L1k (104 CFU ml-1) , C : Bioflok + L1k (106 CFU ml-1). Bakteri heterotrofik galur L1k sebelum digunakan diberi penandaan resistensi antibiotik rifampisin dengan menumbuhkan isolat ke media TSA+rifampisin (50 μg ml-1), kultur sel dilakukan setiap hari. Monitoring kelimpahan bakteri total dilakukan dengan TPC (total plate count) pada media TSA (Trypticase Soya Agar) sedangkan kelimpahan bakteri L1k dengan media TSA+Rifampisin (50 μg ml-1) seminggu sekali. Empat hari sebelum dilakukan pemeliharaan (H-4) diinokulasikan bakteri heterotrofik sebanyak 10 ml m-3 air dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan molase cair 10 g ke media pemeliharaan. Pertumbuhan bakteri pada media budidaya dimonitor setiap hari sampai H-0, dan penebaran ikan dilakukan pada H-0. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 42 hari, dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari dan feeding rate 5% dari biomassa ikan. Penambahan bakteri L1k ke dalam media budidaya dilakukan seminggu sekali sebanyak 10 ml m-3, pada saat kultur sel berumur 24 jam dengan kepadatan sel mencapai 109 CFU ml-1, air dengan dosis 102 ,104 dan 106 CFU ml-1. Penambahan molase dilakukan setiap pagi ke media bioflok dengan C:N rasio 15:1 sebanyak 10 ml. Molase yang digunakan memiliki kandungan C organik 35%. Sampling pertumbuhan ikan dilakukan setiap 2 minggu sekali, dan pemuasaan ikan dilakukan setiap seminggu sekali, kecuali perlakuan kontrol tanpa bioflok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo pada perlakuan bioflok dengan penambahan sel bakteri heterotrofik 104 CFU ml-1 menunjukkan hasil yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya, dengan nilai tingkat kelangungan hidup (92,67% ± 6.92), rasio konversi pakan (0,90 ± 0.07), dan laju pertumbuhan harian (6,10% ± 0.09). Kandungan nutrisi bioflok dengan konsentrasi 104 CFU ml-1 menunjukkan nilai protein tertinggi 35,87%. Kelimpahan bakteri berkisar antara 104 CFU ml-1 sampai 108 CFU ml-1, baik menggunakan bakteri heterotrofik atau tanpa penambahan bakteri sebagai kontrol. Semakin tinggi nilai protein flok kualitas flok semakin baik karena flok merupakan sumber pakan bagi ikan, sehingga mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta dapat meningkatkan nilai rasio konversi pakan. Penambahan molase dengan C:N rasio 15:1 dapat mengurangi limbah amonia dari 0.08 ppm menjadi 0.02 ppm pada media budidaya dan pembentukan flok oleh bakteri lebih cepat, sehingga dengan kepadatan ikan yang tinggi kualitas air tidak menjadi faktor pembatas dalam budidaya, karena bakteri mampu mengkonversi amonia menjadi biomassa bakteri yang dapat dimanfaatkan oleh ikan, sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.
Collections
- MT - Fisheries [2935]