Show simple item record

dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis
dc.contributor.advisorDamar, Ario
dc.contributor.advisorSoewardi, Kadarwan
dc.contributor.authorAkbar, Helmy
dc.date.accessioned2014-12-04T07:18:11Z
dc.date.available2014-12-04T07:18:11Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70882
dc.description.abstractPengelolaan suatu sumberdaya pesisir yang baik perlu memperhatikan aspek keberlanjutan. Selain itu, pengetahuan dan informasi sejauh mana potensi sumberdaya pesisir serta konsep pengembangannya kedepan sangat menentukan keluaran (output) yang dihasilkan. Komoditas rumput laut selama ini masih menjadi andalan sektor kelautan dan perikanan. Dalam konsep minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), rumput laut menjadi salah satu sektor basis dalam pengembangan ekonomi masyarakat pesisir. Pada skala lokal, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menargetkan peningkatan produksi rumput laut dengan pengalokasian lahan pesisir secara maksimal untuk pengembangan budidaya. Tentunya target ini perlu diikuti dengan riset yang menunjang sebagai justifikasi ilmiah agar konsep pengelolaan dan pengembangan dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana diketahui Kabupaten Sumbawa Barat terletak di Propinsi Nusa Tenggara Barat, merupakan area yang potensial untuk budidaya rumput laut seperti Kappaphycus alvarezii. Pada saat ini, pusat budidaya rumput laut berlokasi di Teluk Kertasari dan Poto Tano. Dari hasil identifikasi ditemukan ada tiga varian rumput laut ekonomis yang diperoleh pada lokasi budidaya yaitu Kappaphycus alvarezii (var tambalang) brown yellow, K. alvarezii (var maumere + tambalang) brown red , dan Kappaphycus striatum (sacol) green. Permintaan pasar untuk komoditas K. alvarezii cenderung meningkat, dan karena itu pembukaan daerah-daerah baru untuk budidaya sangat diperlukan untuk dikembangkan. Studi fisika, kimia dan biologi kelautan diperlukan untuk menilai kesesuaian lokasi budidaya. Metode penentuan daerah kesesuaian menggunakan pembobotan nilai kriteria ekologis dengan analisis GIS (Geographical Information System). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Poto Tano memiliki 805 ha lahan yang cocok untuk budidaya. Sedangkan, Kecamatan Taliwang dan Jereweh memiliki sekitar 70 ha dan 86 ha. Sehingga, total jumlah lahan yang cocok untuk budidaya rumput laut sekitar 961 ha.en
dc.language.isoid
dc.subject.ddcCoastal and Marine Resourcesen
dc.subject.ddcSeaweedsen
dc.subject.ddcRumput Lauten
dc.subject.ddcSumbawa Baraten
dc.titleAnalisis Kesesuaian Lokasi Untuk Budidaya Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa Baraten
dc.subject.keywordanalisis GISen
dc.subject.keywordbudidaya rumput lauten
dc.subject.keywordfisika-kimia perairanen
dc.subject.keywordKappaphycus alvareziien
dc.subject.keywordK. striatumen
dc.subject.keywordkesesuaian lokasien


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record