Show simple item record

dc.contributor.advisorZain, Alinda F. M.
dc.contributor.advisorDahlan, Endes N.
dc.contributor.authorJatnika, Ajat Rochmat
dc.date.accessioned2014-11-24T06:51:01Z
dc.date.available2014-11-24T06:51:01Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70333
dc.description.abstractRuang Terbuka Hijau mempunyai fungsi salah satunya adalah mengurangi kadar karbondioksida di udara. Kadar karbondioksida secara umum meningkat seiring dengan peningkatan gas buang kendaraan bermotor dan perubahan lahan yang disebabkan oleh kegiatan industri, permukiman, atau jasa lainnya. Salah satu kota, yang mengalami peningkatan kegiatan industri, permukiman, dan jasa, serta adanya peningkatan kadar karbondioksida adalah Kota Cibinong. Sari et al. (2007) melakukan penelitian bahwa kondisi kualitas udara di Kota Cibinong mengalami penurunan bahkan telah terjadi hujan asam dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor mencatat pada kurun waktu 2008 sd 2010 telah terjadi peningkatan kadar emisi karbondioksida di pusat kota yang cukup tinggi. Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis daya serap ruang terbuka hijau terhadap karbondioksida di Kota Cibinong berdasarkan perubahan lahan dari tahun 2000 ke tahun 2010, (2) menganalisis jumlah karbondioksida yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada setiap ruas jalan per waktu,(3) memberikan arahan RTH secara spasial, khusunya pada jalur hijau jalan utama di Kota Cibinong untuk mengurangi kadar CO2 akibat emisi gas buang kendaraan bermotor. Pendekatan studi menekankan pada dua hal analisis spasial RTH yaitu analisis perubahan guna lahan kota (poligon) dan analisis ruas jalan (line). Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam satu dekade (tahun 2000 dan 2010), daya serap ruang terbuka hijau terhadap karbondioksida mengalami penambahan yaitu 145.195 ton/ha/tahun. Hal ini terjadi karena banyak alih fungsi lahan dari tanah kosong/terbuka/tegalan ke lahan perkebunan/kebun, yang memiliki fungsi daya serap karbondioksida cukup baik. Tetapi, dilihat dari pola kecenderungan perubahan lahan, penggunaan lahan permukiman mengalami peningkatan dari 2.268,88 Ha (35,78 %) ke 3.558,22 Ha (56,12 %) sehingga jika pola perubahan fungsi lahan tersebut berlanjut maka ketersediaan Ruang Terbuka Hijau akan berkurang. Pada ruas-ruas jalan utama yang diteliti (10 ruas jalan), kadar karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor cukup tinggi, yaitu antara 1 - 17 ton/hari. Ruas jalan yang memiliki fungsi jalan arteri primer dan melayani pergerakan regional (jalan Raya Bogor - Jakarta) memiliki kadar karbondioksida paling tinggi, sedangkan ruas jalan dengan fungsi melayani pergerakan lokal dalam kota memiliki kadar karbondioksida rendah. Kontribusi tingginya kadar karbondioksida berasal dari jenis kendaraan non Bus/Truk untuk semua ruas jalan. Hasil tumpang susun kadar karbondioksida tiap ruas jalan dengan penggunaan lahan tahun 2010, maka semakin terlihat bahwa di kawasan permukiman akan menunjukan penilaian kualitas udara yang kurang baik, tetapi pada kawasan non permukiman akan menunjukan kualitas udara yang cukup baik.en
dc.language.isoid
dc.titleAnalisis Spasial Ruang Terbuka Hijau untuk Mereduksi Polusi Udara (CO2) di Kota Cibinongen
dc.subject.keywordRuang Terbuka Hijauen
dc.subject.keywordTingkat Kadar Karbondioksidaen
dc.subject.keywordPerubahan Lahanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record