Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmawan, Arya Hadi
dc.contributor.advisorPurnamadewi, Yeti Lis
dc.contributor.authorMarlina, Lina
dc.date.accessioned2014-11-20T03:54:09Z
dc.date.available2014-11-20T03:54:09Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70272
dc.description.abstractHarga kopi yang diterima petani kopi di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung Barat sangat kecil jika dibandingkan dengan harga eceran di negara pengimpor utama. Rendahnya harga yang diterima petani diduga karena panjangnya rantai komoditas pemasaran komoditas kopi dan struktur pasar yang tidak kompetitif. Periode waktu yang relatif lama bagi komoditas perkebunan untuk memperoleh hasil menyebabkan petani harus mencari alternatif pendapatan di luar usaha tani kopi diantaranya dari sektor non pertanian. Kopi merupakan komoditas penting di Kabupaten Lampung Barat karena selain merupakan salah satu sentra produksi kopi sehingga kopi merupakan salah satu komoditi unggulan daerah, juga karena usahatani kopi merupakan perkebunan rakyat dengan skala usaha yang relatif kecil. Dengan demikian, pembangunan komoditas kopi tidak hanya sebagai penopang perekonomian daerah, tetapi juga turut membangun perekonomian atau kesejahateraan rakyat. Penelitian ini memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut: (1) menganalisis tataniaga komoditas kopi di Kabupaten Lampung Barat; (2) mengkaji dan menganalisis sumbangan ekonomi kopi terhadap rumah tangga petani kopi di Kabupaten Lampung Barat; (3) menilai dan mengkaji peran sektor perkebunan kopi rakyat dalam mendukung perekonomian Kabupaten Lampung Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2013 yang berlokasi di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, sehingga ditentukan sampel yang representatif terhadap populasi target. Adapun responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai petani kopi dan pedagang yang terlibat dalam pemasaran kopi, dan Kelompok Wanita Tani (KWT). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usahatani, analisis pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, analisis pemasaran, dan analisis kewilayahan. Terdapat tiga saluran pemasaran yang biasa ditempuh petani kopi Lampung Barat dalam memasarkan kopinya dan semua petani menjual dalam bentuk biji kopi, tidak dalam bentuk kopi olahan. Saluran pemasaran yang terpanjang melibatkan banyak lembaga pemasaran yaitu pedagang perantara, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan serta yang terakhir adalah eksportir. Pilihan saluran pemasaran oleh petani lebih didasarkan pertimbangan jarak, ikatan ekonomi, dan kekerabatan. Harga yang relatif sama diterima petani baik dijual kepada pedagang perantara, pedagang desa maupun pedagang kecamatan menyebabkan sebagian besar petani atau 68,33% lebih memilih menjual kepada pedagang pengumpul desa. Petani kopi Lampung Barat menerima harga yang relatif rendah dari yang seharusnya diterima disebabkan rendahnya kualitas kopi yang dihasilkan terkait pengetahuan dan teknologi, keterikatan hutang dengan lembaga pemasaran terkait, struktur pasar yang tidak kompetitif serta belum berperannya kelompok tani atau koperasi sebagai wadah kerjasama petani dalam meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran. Struktur pasar yang tidak kompetitif, yaitu oligopsoni menyebabkan petani lebih sebagai price taker. Semua strata rumah tangga, baik rumah tangga petani berlahan sempit, sedang maupun luas memiliki pola nafkah ganda dan usahatani kopi memberikan peranan penting dalam ekonomi rumah tangga mereka. Pendapatan usahatani kopi menyumbang lebih dari 60% terhadap total pendapatan rumah tangga dan sumbangan terbesar terjadi pada rumah tangga petani luas. Petani berlahan sempit dan sedang mengandalkan sektor non farm sebagai sumber pendapatan tambahan karena dengan keterbatasan lahan tersebut sulit untuk petani berusahatani selain kopi sehingga alternatif pekerjaan yang dapat dilakukan adalah bekerja pada sektor yang tidak terkait dengan pertanian. Sedangkan petani dengan penguasaan lahan yang luas, sektor on farm non kopi merupakan salah sumber pendapatan yang tinggi selain kopi. Ditinjau dari tingkat pendapatan rumah tangga, berdasarkan kategori Bank Dunia serta kemampuannya dalam melakukan investasi, rumah tangga petani berlahan sempit tergolong kurang sejahtera sedangkan rumah tangga petani berlahan sedang dan luas tergolong sejahtera. Namun demikian, ditinjau dari tingkat pengeluaran rumah tangga, hanya petani berlahan luas yang relatif sejahtera. Pada rumah tangga petani berlahan sempit dan sedang pengeluaran masih terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar, sedangkan pada rumah tangga petani berlahan luas pengeluaran tertinggi adalah untuk pemenuhan kebutuhan tersier. Ditinjau dari beberapa indikator, komoditas kopi mempunyai peranan penting dalam perekonomian wilayah. Sektor perkebunan kopi di Lampung Barat merupakan sektor basis (memiliki daya saing) dan komoditas yang maju, serta mempunyai kontribusi yang besar terhadap nilai PDRB dan penyerapan tenaga kerja, serta adanya potensi tambahan pendapatan dari hasil kopi sebesar Rp. 2.908.425.000.000,- jika diolah di wilayah Kabupaten Lampung Barat, ini menunjukkan terjadinya kebocoran wilayah. Temuan di atas menunjukkan bahwa komoditas kopi merupakan sektor basis di Kabupaten Lampung Barat serta mempunyai peranan besar dalam ekonomi rumah tangga petani kopi, maka komoditas tersebut dapat diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional serta rumah tangga. Untuk dapat meningkatan peranannya tersebut maka peningkatan produktivitas dan mengefisienkan tataniaga kopi menjadi utama. Dalam hal ini pemerintah harus mendorong dan memfasilitasi masyarakat petani untuk melakukan peremajaan tanaman, memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen serta mendorong berkembanganya industri pengolahan kopi yang berdayasaing yang mampu meningkatkan nilai tambah kopi. Disamping itu dalam mengefisienkan pemasaran juga diperlukan peran kelembagaan seperti kelompok/koperasi agar petani mampu meningkatkan bargaining position, economic of scale serta untuk dapat memotong jalur pemasaran.en
dc.language.isoid
dc.titleAnalisis Ekonomi Kopi Rakyat dan Peranannya Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampungen
dc.subject.keywordanalisis ekonomien
dc.subject.keywordekonomi regionalen
dc.subject.keywordpetani kopien
dc.subject.keywordtataniaga kopien


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record