Show simple item record

dc.contributor.advisorSinaga, Bonar M.
dc.contributor.advisorHastuti
dc.contributor.authorBasmah, Sausan
dc.date.accessioned2014-01-20T03:22:28Z
dc.date.available2014-01-20T03:22:28Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/67136
dc.description.abstractPadi merupakan komoditas strategis bagi ketahanan pangan nasional (Mardianto et al., 2005). Produksi dan produktivitas padi di Indonesia mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2.33 Persen dan 0.59 Persen pada tahun 2008 sampai tahun 2011. Produksi padi belum dapat memenuhi kebutuhan beras domestik, hal ini ditandai dengan tingginya impor beras Indonesia pada tahun 2011 yang berjumlah 2 750 476.20 Ton (Badan Pusat Statistik, 2011d). Program “Go Organik 2010” merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian Indonesia yang sustainable dan selaras dengan alam (Sulaeman et al., 2006). Kecamatan Cigombong merupakan salah satu daerah yang menerapkan budidaya padi semiorganik di Kabupaten Bogor. Berkembangnya usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong tidak lepas dari peran Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari (KKT-LK) yang merupakan lembaga pertanian formal di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong dalam menyediakan bantuan modal, input pertanian, adopsi teknologi, distribusi hasil pertanian, fasilitator penyuluhan, dan melatarbelakangi berkembangnya pertanian semiorganik di Desa Ciburuy, Desa Cisalada, Desa Ciadeg, dan desa lainnya di Kecamatan Cigombong. Hal ini merupakan alasan dipilihnya Desa Ciburuy, Desa Cisalada, dan Desa Ciadeg Kecamatan Cigombong sebagai lokasi penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dan (2) membandingkan pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik, keanggotaan dalam KKT-LK, dan status penguasaan lahan. Faktor produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dan diestimasi dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik memenuhi kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika, dengan nilai R-sq masing-masing sebesar 0.82 dan 0.86. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α = 0.20 yaitu benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK, sedangkan fungsi produksi usahatani padi anorganik terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α = 0.20 yaitu luas lahan, benih, pupuk kompos, pupuk KCL, dan pupuk NPK. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik atas biaya total masing-masing sebesar Rp 1 508 999.08 per Hektar per Musim Tanam dan Rp -596 330.05 per Hektar per Musim Tanam. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi semiorganik lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi anorganik. Pendapatan usahatani padi berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan iv pendapatan usahatani padi non anggota KKT-LK dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 734 926.44 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi berdasarkan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 3 980 481.98 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik serta berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 1 791 801.17 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 5 317 092.61 per Hektar per Musim Tanam. Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik berdasarkan keanggotaan dalam KKT-LK dan status penguasaan lahan menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih besar merupakan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK penggarap penyewa dengan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 5 773 405.56 per Hektar per Musim Tanam. Simpulan penelitian adalah (1) produksi usahatani padi semiorganik dipengaruhi oleh jumlah benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK yang digunakan petani, sedangkan produksi usahatani padi anorganik dipengaruhi oleh jumlah benih, pupuk kompos, pupuk KCL, dan pupuk NPK yang digunakan, serta luas lahan yang diusahakan petani dan (2) pendapatan usahatani padi atas biaya total menunjukkan bahwa (a) pendapatan usahatani padi semiorganik lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik; (b) pendapatan usahatani padi non anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan anggota KKT-LK; (c) pendapatan usahatani padi penggarap penyewa lebih menguntungkan dibandingkan penggarap pemilik dan bagi hasil; dan (d) pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan lainnya, pendapatan usahatani padi semiorganik penggarap penyewa lebih besar dibandingkan lainnya, sedangkan pendapatan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK penggarap penyewa memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan strata lainnya. Saran penelitian adalah (1) guna meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong sebaiknya petani padi semiorganik meningkatkan penggunaan jumlah benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK, sedangkan usahatani padi anorganik sebaiknya meningkatkan penggunaan jumlah benih, pupuk kompos, pupuk KCL, pupuk NPK, dan luas lahan yang diusahakan petani, (2) guna meningkatkan pendapatan petani padi di Kecamatan Cigombong sebaiknya petani menerapkan usahatani padi semiorganik, karena dilihat dari pendapatan dan R/C ratio menunjukkan bahwa usahatani padi semiorganik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani padi anorganik, (3) guna meningkatkan insentif kepada petani dalam melakukan budidaya padi semiorganik, KKT-LK sebaiknya menetapkan harga jual padi semiorganik yang lebih tinggi dibandingkan padi anorganik, (4) guna mengetahui potensi perkembangan produksi padi organik, semiorganik, dan anorganik di tingkat nasional, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis produksi dan v pendapatan usahatani padi organik, semiorganik, dan anorganik pada tingkat nasional.en
dc.language.isoid
dc.titleProduksi dan Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik serta Anggota dan Non Anggota Koperasi Kelompok Tani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogoren
dc.subject.keywordkeanggotaan dalam koperasi kelompok tani.en
dc.subject.keywordsemiorganik dan anorganiken
dc.subject.keywordusahatani padien
dc.subject.keywordproduksi dan pendapatanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record