Show simple item record

dc.contributor.advisorBahtiar, Rizal
dc.contributor.authorYudhistira, Muhamad Dika
dc.date.accessioned2014-01-20T01:47:23Z
dc.date.available2014-01-20T01:47:23Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/67106
dc.description.abstractKabupaten Bekasi pada saat ini mempunyai tata guna lahan dengan mayoritas lahan pertanian. Seiring dengan meningkatnya aktifitas pembangunan dan pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan juga meningkat pesat. Sementara itu ketersediaan atau luas lahan pada dasarnya tidak berubah, sehingga peningkatan kebutuhan lahan untuk suatu kegiatan akan mengurangi ketersediaan lahan untuk kegiatan lainnya. Hal ini menyebabkan sering terjadi benturan kepentingan dan pada akhirnya terjadi alih fungsi lahan petanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak yang terjadi akibat alih fungsi lahan terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Bekasi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis pola dan karakteristik alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (2) menganalisis laju alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (3) menganalisis kelembagaan lahan di Kabupaten Bekasi, (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi, (5) menganalisis dampak akibat alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari - Maret 2013. Data primer diperoleh dari hasil wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui dinas-dinas terkait dan penulusuran melalui internet. Pola dan karakteristik dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Laju alih fungsi lahan dianalisis dengan persamaan laju alih fungsi lahan parsial. Kelembagaan lahan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif,. Penduga faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dianalisis secara makro dan mikro menggunakan model regresi linier berganda dan model regresi logistik. Dampak yang terjadi dianalisis dengan menggunakan estimasi dampak produksi dan rata-rata selisih perbedaan pendapatan. Dampak terhadap produksi juga di simulasikan dan dibandingkan dengan kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Bekasi sebagai peramalan terhadap ketahanan pangan di wilayah tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah pola yang diawali dengan alih kekuasaan lahan dari petani kepada pihak lain. Petani menjual lahan pertanian kepada pemborong. Pihak pemborong nantinya menjual lahan tersebut kepada investor untuk dialihfungsikan menjadi pemukiman atau industri pengolahan. Laju alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Bekasi tahun 2001-2011 berfluktuasi dengan rata-rata sebesar -0,43 persen. Laju alih fungsi lahan yang tertinggi adalah -1,55 persen pada tahun 2010. Kelembagaan lahan yang dianalisis dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) secara vertikal menyatakan bahwa Kabupaten Bekasi dijadikan wilayah penyangga dari Jabodetabek, sehingga pembangunan di Kabupaten Bekasi harus mendukung perkembangan di daerah Jabodetabek. Selain itu permasalahan kepemilikan lahan menjadi penyebab petani mengambil keputusan untuk menjual lahannya. Hal ini menyebabkan banyaknya pembangunan pemukiman dan industri pengolahan di wilayah tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian secara makro yaitu PDRB dan laju pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian secara mikro adalah jumlah tanggungan petani dan proporsi pendapatan usaha tani dari pendapatan total. Dampak yang terjadi terhadap produksi adalah hilangnya produksi gabah pada sepuluh tahun terakhir sebesar 28.091,25 ton atau bernilai sekitar Rp 73.733.652.728. Rata-rata pendapatan petani berkurang setelah alih fungsi lahan sebesar Rp 3.331.548. Berdasarkan perkiraan luas lahan dan dampaknya terhadap ketahanan pangan diketahui bahwa pada tahun 2015 produksi beras di Kabupaten Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan beras penduduk dengan kekurangan sebesar 12.052 ton. Jika terdapat penurunan konsumsi beras perkapita sebesar 1,5 persen setiap tahunnya maka Kabupaten Bekasi tidak dapat memenuhi kebutuhan beras pada tahun 2018 dengan kekurangan sebesar 1.440 ton.en
dc.language.isoid
dc.titleAnalisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Bekasi Jawa Barat (Studi Kasus Desa Sriamur Kecamatan Tambun Utara).en
dc.subject.keywordKabupaten Bekasi.en
dc.subject.keywordKetahanan Panganen
dc.subject.keywordAlih Fungsi Lahan Pertanianen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record