dc.description.abstract | Di daerah dengan empat musim, tanaman kentang umumnya mendapat penyinaran 16 jam per hari dan biasanya berumur dalam, sedangkan di daerah tropik seperti Indonesia, dengan penyiRaran hanya sekitar 12 jam per hari akan berumur genjah. Hawar datm yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans merupakan penyakit yang paling merugikan pada pertanaman kentang di seluruh donia. Pemanfaatan varietas tahan merupakan salah satu cara yang relatif efektif, murah dan aman terhadap lingkungan hidup. Ketahanan terhadap hawar daun dikendalikan oleh heberapa gen mayor (R) yang dengan mudah dapat diatasi oleh ras yang kompatibel dan beragam dari P. infestans. Umur genotipa juga mempengaruhi tingkat ketahanan kentang terhadap penyakit ini. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran terhadap umur genotipa dan ketahanan terhadap penyakit hawar daun. Percobaan dilakukan di lahoratorium, rumah kasa, dan lapang yang meliputi: (1) uji pengaruh lama penyinaran terhadap umur genotipa kentang; (2) identifikasi ras fisioiogis P. infestans di Kabupaten Karo; (3) uji pengaruh umur genotipa kentang pada ketahanan terhadap penyakit hawar daun dengan metoda inokulasi patogen di rumah kasa, kultur jatingan dan metoda daUll dipetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyinaran 16 jam/hari dapat memperpanjang umur genotipa, terutama pada genotipa yang herwnur dalam, sedangkan penyinaran 12 jamlhari memperpendek umur genotipa. Ras P. infestans yang dijumpai di Kahupaten Karo adalah ras I, 2, 3, 5, 6, 8, 11, 1.2, 1.3,2.3, dan 1.2.4. Genotipa kentang yang berumur dalam seperti Baraka, Karniko, Remarka, Prevalent, dan Solanum stoloniforum lebih tahan terhadap penyakit hawar daun dari pada yang berumur genjah. Dari hasil penelitian ini diperoleb kesimpulan bahwa metoda uji dengan kultur jaringan lebih efisien dan memberikan basil yang sarna dengan uji ketahanan konvensional. | id |