Show simple item record

dc.contributor.advisorYulianda,Fredinan
dc.contributor.advisorSamosir,Agustinus M.
dc.contributor.authorRahmawati, Gita
dc.date.accessioned2013-03-15T02:29:39Z
dc.date.available2013-03-15T02:29:39Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/61346
dc.description.abstractEkosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kekayaan akan biota, salah satunya adalah keong bakau (T. telescopium). Saat ini wilayah mangrove di Pantai Mayangan telah mengalami kerusakan yang disebabkan karena adanya kegiatan tambak sehingga luasan mangrove menjadi berkurang dan lingkungan menjadi berubah. Menurut Budiman (1991), keong bakau secara alami memilih hutan mangrove sebagai satu-satunya tempat hidupnya sehingga menurunnya luasan mangrove dikhawatirkan dapat membahayakan keberadaan keong bakau di daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh mangrove terhadap populasi keong bakau di Pantai Mayangan. Penelitian ini dilakukan di Pantai Mayangan, Kecamatan Legon Kulon, Kabupaten Subang-Jawa Barat dari Mei - Oktober 2011 dengan interval pengambilan contoh satu bulan satu kali. Pengambilan contoh dilakukan di dua tempat, yaitu di lahan terlantar bekas tambak (stasiun 1) dan area bermangrove (stasiun 2). Setiap stasiun terdiri dari 3 ulangan, menggunakan transek 1 x 1 m2. Pengamatan contoh keong dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1. Pengukuran parameter fisika-kimia perairan dilakukan secara insitu, sedangkan untuk TDS, TSS, dan COD dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan. Contoh substrat dasar perairan diambil pada bulan pertama dan bulan terakhir pengembilan contoh. Substrat dianalisis di Laboratorium Rutin Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah. Hasil penelitian menunjukkan populasi keong bakau di mangrove rendah. Keong bakau di lahan terlantar bekas tambak memiliki kepadatan lebih besar daripada di mangrove. Pola sebaran keong bakau berdasarkan indeks morisita adalah seragam, acak, dan mengelompok. Keong bakau memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dengan nilai b<3 yang menunjukkan pertumbuhan panjang lebih dominan daripada pertumbuhan bobotnya. Faktor kondisi keong bakau di lahan terlantar bekas tambak lebih tinggi dibandingkan faktor kondisi keong bakau di daerah bermangrove. Parameter fisika-kimia perairan umumnya mendukung pertumbuhan keong bakau. Nilai indeks berat daging keong bakau menunjukkan bahwa bobot daging keong bakau memiliki nilai lebih kecil dibandingkan nilai bobot cangkangnya. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk keong bakau adalah mengurangi jumlah air tambak yang dibuang, sistem resirkulasi, penggunaan tambak/kanal pengendapan untuk menanggulangi oksigen terlarut yang rendah, penanaman mangrove untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di mangrove, dan penangkapan keong bakau di tempat yang memiliki kepadatan keong bakau yang tinggi yaitu di lahan bekas tambak.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleEkologi Keong Bakau (Telescopium Telescopium, Linnaeus 1758) pada Ekosistem Mangrove Pantai Mayangan, Jawa Baraten


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record