Analysis of Seagrass Beds As Fish Habitats Function in Manokwari Coastal Waters, West Papua Province
Kajian komunitas padang lamun sebagai fungsi habitat ikan di perairan Manokwari Papua Barat
Abstract
Manokwari waters serve as one of the region in Indonesia that high in marine biodiversity including seagrass and fish which justify the urgent need to preserve these waters along with the resources that make up the whole system. However, research and information about marine resources in Manokwari in general about seagrass and fish in particular are still limited. This study aims are to assess the distribution, composition and community structure of seagrass and fish; and examine the difference in fish species associated with seagrass beds by comparing healthy and damaged beds. Based on the results of the research carried out in Rendani, Wosi and Lemon Island, eight species of seagrass were found: Cymodocea rotundata,Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides. As far as the assessment of cover percentage is concerned, the seagrass beds in Rendani were found healthy with a 60% cover, while the ones in Wosi and Lemon Island were less healthy (40% cover). A total number of 596 individual fishes from 33 species and 19 families were observed. In Rendani, Apogonidae family was found to be the most common with the highest number of individual fishes observed from three species (Apogon guamensis, Fowleria punctata and Siphamia sp). The family of Atherinidae was abundant in Wosi (i.e. Atherinomorus duodecimalis) with brackish water and sloping areas that make it a favorable habitat for this family. Highest day catches were observed with the juvenile stadia (65% of total catches), followed by pre-adult stadia and adult stadia (20% and 15% respectively). Rather similar trend was also noticeable for the evening catch: 44% juvenile, 30% adult, and 26% pre-adult. Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan nutrien ke perairan sekitarnya, memiliki fungsi sebagai produsen primer, pendaur ulang zat hara, sebagai habitat biota, tempat memijah ikan, mencari makan berbagai biota laut, stabilisator dasar perairan, perangkap sedimen, penahan erosi dan dapat memproduksi 10 gr bahan kering daun per hari. Pada habitat padang lamun hidup berbagai macam spesies hewan, yang berasosiasi dengan padang lamun, sebagai contoh di perairan teluk Ambon ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan yang adalah sebagai penghuni lamun, di Teluk Banten ditemukan 360 spesies, Pulau Bintan 33 jenis ikan dari 22 famili dan 72 jenis dari 39 famili ikan yang berasosiasi dengan lamun di teluk Awur Jepara. Kondisi ekosistem padang lamun di perairan pesisir Indonesia telah mengalami kerusakan sekitar 30%-60%. Kerusakan padang lamun di Manokwari berada dalam status kurang kaya dan miskin dengan prosentase 14-45% tahun 2008 dan 1-16% tahun 2009. Perairan Manokwari yang memiliki jenis kekayaan laut yang tinggi seperti lamun dan ikan yang tersebar di sepanjang perairan laut yang perlu dilestarikan karena dapat memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan sektor pariwisata. Namun penelitian dan informasi mengenai ekosistem ini masih sangat terbatas. Mengingat pentingnya peranan lamun dan ikan yang hidup didalamnya bagi ekosistem perairan laut dan semakin banyaknya tekanan dari aktivitas manusia maupun secara alami, maka perlu diupayakan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan.
Collections
- MT - Fisheries [2935]