Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Hermanto
dc.contributor.authorRakhman, Aditya
dc.date.accessioned2012-10-29T02:06:10Z
dc.date.available2012-10-29T02:06:10Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58102
dc.description.abstractInflasi merupakan fenomena ekonomi yang sering terjadi pada perekonomian suatu negara. Inflasi membawa pengaruh buruk bagi perekonomian, antara lain yaitu dapat menurunkan kesejahteraan riil masyarakat yang berpenghasilan tetap dan menciptakan pengangguran. Sejarah mencatat inflasi di Indonesia pernah mencapai titik tertinggi yaitu pada tahun 1966 dan tahun 1998. Inflasi yang terjadi pada tahun 1966 disebabkan oleh defisit anggaran belanja pemerintah yang dibiayai dalam bentuk pencetakan uang, sedangkan inflasi yang terjadi pada tahun 1998 disebabkan oleh krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Fakta sejarah juga menunjukkan bahwa jatuhnya dua rezim yang telah lama berkuasa di Indonesia yaitu Rezim Orde Lama dan Rezim Orde baru bersamaan dengan saat terjadinya inflasi yang cukup tinggi. Berdasarkan pengalaman Rezim Orde Lama dan Rezim Orde Baru mengenai bahaya inflasi, pihak berwenang khususnya Bank Sentral telah melakukan berbagai upaya untuk memelihara kestabilan inflasi di dalam negeri. Namun sejak dimulainya era otonomi daerah pada tahun 2001, pengendalian inflasi semakin mendapat tantangan yang berat disebabkan semakin meluasnya sumber-sumber penyebab inflasi dan perbedaan faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di setiap wilayah di Indonesia (Brodjonegoro et al, 2005). Mengingat masih relatif terbatasnya studi mengenai inflasi regional dan cukup besarnya pengaruh yang diberikan Pulau Jawa terhadap perekonomian Indonesia membuat studi mengenai inflasi di Pulau Jawa ini menjadi penting dan menarik untuk dilakukan. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya inflasi dibagi menjadi dua kategori, demand pull inflation atau inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan dan cost push inflation atau inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inflasi di Pulau Jawa. Setelah diketahui faktor-faktor yang memengaruhi inflasi pada provinsi-provinsi di Pulau Jawa, kemudian dirumuskan beberapa implikasi kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi. Cakupan sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah enam provinsi di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Banten. Penelitian ini menggunakan data sekunder provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan beberapa data nasional dan internasional dalam bentuk data panel yakni gabungan data time series dan cross section dari tahun 2001-2010. Data penelitian diperoleh dari BPS, BI, FAO, OPEC dan beberapa dari penelitian terdahulu serta literatur terkait. Variabel yang diteliti antara lain adalah jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi, upah minimum regional, kondisi infrastruktur jalan raya, harga minyak dunia dan harga pangan dunia. Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel dengan model penelitian yang mengacu pada penelitian Lestari (2003) dengan melakukan beberapa modifikasi pada variabel-variabel yang diteliti. Hasil Pengujian mendapatkan metode terbaik untuk mengestimasi model penelitian adalah dengan metode regresi data panel first differencing melalui pendekatan Pooled Least Square (PLS). Estimasi dengan pendekatan PLS menunjukkan bahwa dari sisi permintaan inflasi secara signifikan dipengaruhi oleh variabel perubahan pengeluaran pemerintah dan tingkat pertumbuhan ekonomi (berpengaruh positif), sementara variabel perubahan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi. Dari sisi penawaran inflasi secara signifikan dipengaruhi oleh variabel perubahan upah minimum, perubahan kondisi infrastruktur jalan raya serta perubahan harga minyak dunia (berpengaruh positif), sedangkan variabel perubahan harga pangan dunia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi. Merujuk kepada hasil estimasi, sebaiknya BI bersama-sama dengan pemerintah pusat maupun daerah berkoordinasi dalam menentukan target inflasi dan memfokuskan arah kebijakan pada sumber-sumber utama yang memengaruhi inflasi terutama dari sisi penawaran karena menurut hasil estimasi inflasi lebih dipengaruhi dari sisi penawaran. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa inflasi di Pulau Jawa bukan semata-mata disebabkan oleh fenomena moneter, tetapi lebih merupakan fenomena fiskal. Hal tersebut juga sejalan dengan teori strukturalis yang menyatakan bahwa inflasi di negara berkembang juga ikut disebabkan oleh kenaikan biaya produksi atau cost push inflation. Sementara itu, temuan penting lainnya dalam penelitian ini ternyata peningkatan pada perubahan kondisi infrastruktur jalan raya menjadi lebih baik malah mengakibatkan inflasi semakin meningkat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal tersebut disebabkan oleh nilai ekspor komoditi di Pulau Jawa yang lebih rendah bila dibandingkan nilai impornya. Sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel-variabel lain yang diperkirakan memengaruhi inflasi terutama variabel ekspor dan impor serta memperluas ruang lingkup penelitian menjadi provinsi-provinsi lain di Indonesia untuk melengkapi hasil penelitian ini agar lebih mampu untuk menjelaskan dinamika inflasi pada perekonomian regional di Indonesia.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.subjectRegresi Data Panelen
dc.subjectInflasi Regionalen
dc.subjectPulau Jawaen
dc.titleFaktor-Faktor yang Memengaruhi Inflasi di Pulau Jawa: Analisis Data Panelen


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record