Analisis Faktor-Faktor Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat
Abstract
Dalam periode 2007-2010, konversi lahan sawah di Pulau Jawa mencapai 600.000 ha. Lahan tersebut digunakan untuk kepentingan di luar pertanian seperti jalan tol, industri, perumahan, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum lainnya. Konversi lahan sawah tidak menguntungkan bagi sektor pertanian karena dapat menurunkan produksi dan daya serap tenaga kerja pertanian. Hal ini dapat merugikan ketahanan pangan karena sekitar 55% konsumsi kalori dan 45% konsumsi protein rumah tangga berasal dari beras, sedangkan sekitar 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan sawah. Dalam situasi tersebut upaya untuk mengurangi “kehilangan produksi pangan” yang terjadi akibat alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi penting guna mengimbangi stagnasi pertumbuhan produksi pangan. Seperti halnya Provinsi Jawa Barat yang merupakan sentra produksi padi nasional dengan luas lahan sawah terbesar di Indonesia. Jenis lahan sawah terluas adalah lahan sawah irigasi teknis dengan laju konversi yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2003-2008, jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat dan ringan telah berkurang dari sekitar 74% menjadi 51%, kemudian lahan sawah irigasi teknis merupakan lahan sawah dengan dataran rendah yang menyebabkan pembangunan industri, pemukiman, serta sarana/prasarana lain semakin mudah dilaksanakan sehingga daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, kemudahan aksesibilitas dan letak geografis yang strategis dengan wilayah pusat pertumbuhan seperti Bandung, Bogor, dan Bekasi. Luas lahan sawah irigasi teknis di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2000 sampai tahun 2010 terus mengalami penurunan. Luas lahan sawah irigasi teknis yang terkonversi dari tahun 2000-2010 mencapai 87.095 hektar atau 7917,73 hektar per tahun, dengan laju konversi 1,80% per tahun. Dengan adanya konversi lahan sawah tersebut mengubah luas lahan sawah irigasi teknis di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 seluas 458.240 hektar menjadi 371.145 hektar pada akhir tahun 2010. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah irigasi teknis dan menganalisis dampak ekonomi konversi lahan sawah irigasi teknis di Provinsi Jawa Barat selama periode 2001-2010. Pengambilan data sekunder dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Analisis data dilakukan dengan mengestimasi model regresi linear berganda dan menganalisis kuantitas serta nilai produksi yang hilang. Hasil estimasi pada model regresi menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah irigasi teknis di Provinsi Jawa Barat adalah laju pertumbuhan PDRB industri dan laju pertumbuhan panjang jalan. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk, harga Gabah Kering Panen (GKP), laju pertumbuhan luas lahan pemukiman, dan Nilai Tukar Petani tidak berpengaruh nyata. Dampak yang ditimbulkan dari adanya konversi lahan sawah adalah berkurangnya jumlah produksi padi dan nilai produksi padi serta jumlah dan upah tenaga kerja yang 4 hilang. Selama periode 2001-2010 jumlah produksi padi yang hilang adalah sebesar 1.308.420,30 ton sehingga dengan menggunakan harga GKP tahun dasar 2000 diperoleh nilai produksi padi yang hilang adalah sebesar Rp 2.008.252.301 per ton atau mencapai Rp 2,0 triliun. Serta Hari Orang Kerja yang hilang dalam pola tiga kali tanam adalah sebesar 452,8 juta atau 45,28 juta setiap tahun dan upah tenaga kerja yang hilang Rp 350,12 miliar atau Rp 35,01 miliar setiap tahun