Show simple item record

dc.contributor.advisorPutri, Eka Intan Kumala
dc.contributor.authorFatimah, Anissatul
dc.date.accessioned2012-07-16T06:23:16Z
dc.date.available2012-07-16T06:23:16Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55770
dc.description.abstractHutan mangrove secara spesifik memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomi. Fungsi fisik dari hutan mangrove ini sebagai penjaga garis pantai dari abrasi agar tetap stabil, fungsi biologinya adalah sebagai pemijahan, daerah asuhan, dan untuk mencari makan ikan-ikan kecil. Sedangkan Fungsi ekonomi dari hutan mangrove adalah sebagai lahan untuk produksi pangan dan penghasil kayu. Fungsi mangrove akan berjalan dengan baik jika manusia mampu memanfaatkannya dengan baik dan berkelanjutan. Fakta yang terjadi pada hutan mangrove di Indonesia menunjukkan hal yang sebaliknya. Keberadaan hutan mangrove di Indonesia banyak mengalami penurunan fungsi dan manfaat dari waktu ke waktu. Penyebab utama dari kerusakan tersebut adalah aktivitas ekonomi manusia. Aktivitas ekonomi manusia yang cenderung tidak mengindahkan kaidah-kaidah pelestarian alam dan lingkungan. Kerusakan hutan mangrove berimplikasi pada upaya rehabilitasi. Rehabilitasi terbesar untuk non-kawasan hutan di Jawa Timur ini terjadi di Kabupaten Pamekasan yaitu di Pesisir Pantai Tlanakan. Rehabilitasi yang baik biasanya mampu mengembalikan fungsi spesifik hutan mangrove. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai ekonomi total hutan mangrove pasca rehabilitasi. Nilai ekonomi total hutan mangrove pasca rehabilitasi di Pesisir Pantai Tlanakan ini belum diteliti sehingga peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian di daerah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi kondisi aktual hutan mangrove pasca rehabilitasi dan mengestimasi nilai ekonomi total hutan mangrove pasca rehabilitasi. Proses identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual sumberdaya hutan mangrove di daerah tersebut. Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi aktual sumberdaya hutan mangrove adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini dapat memberikan gambaran terhadap kondisi hutan mangrove pasca rehabilitasi di Pesisir Pantai Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Selanjutnya dilakukan identifikasi manfaat hutan mangrove melalui pendekatan Total Ecomic Value (TEV) dengan mewawancarai responden melalui panduan kuesioner. Nilai ekonomi total tersebut bisa diperoleh dari nilai guna dan nilai non-guna dari hutan mangrove. Metode Productivity Method digunakan untuk memperoleh nilai guna langsung dan tidak langsung dari hutan mangrove. Replacement Cost dan Travel Cost Method digunakan untuk memperoleh nilai guna tidak langsung hutan mangrove. Nilai guna pilihan dari hutan mangrove diperoleh dengan menggunakan metode Benefit Transfer. Nilai non-guna hutan mangrove diperoleh peneliti dengan menggunakan Contingent Valuation Method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca rehabilitasi kondisi aktual hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan terlihat membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari tinggi, diameter, kerapatan, luasan, dan kondisi lingkungan sekitar hutan mangrove secara keseluruhan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah dan masyarakat setempat diketahui bahwa secara keseluruhan adanya rehabilitasi telah menambah luasan hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan dan rasa memiliki terhadap hutan mangrove tersebut. Sebelum direhabilitasi (tahun 2008) hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan memiliki luas 15,708 ha (DKP, 2008) dan setelah rehabilitasi (tahun 2011) luas hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan adalah sebesar 58 ha (DKP, 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan pemerintah setempat serta observasi langsung pada hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan diketahui bahwa pohon mangrove di Kecamatan Tlanakan pada umumnya memiliki tinggi, diameter, dan kerapatan rata-rata sebesar 5,3 m, 0,064 m, dan 77,67. Masyarakat mengatakan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh kondisi jenis tanah yang baik, dimana tekstur tanahnya berpasir dan berlumpur sehingga memungkinkan bagi pohon mangrove untuk tumbuh subur. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove dapat tumbuh dengan baik pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, dan berpasir. Selain itu, secara umum pohon mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan lokasinya jauh dari pabrik garam dan jalan raya. Kondisi tersebut menurut pemerintah dan masyarakat dapat meminimalisir adanya limbah pabrik yang menghambat pertumbuhan pohon mangrove. Jenis mangrove yang tumbuh di Pesisir Pantai Tlanakan adalah Rhizopora sp, Bruguiera sp, dan Avicenia sp. Nilai ekonomi total hutan mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan pasca rehabilitasi adalah sebesar Rp. 280 712 310 416,00. Nilai ini diperoleh dari nilai guna langsung sebesar Rp. 268 867 261 273,00. Nilai guna tidak langsung sebesar Rp. 5 558 554 467,00. Nilai guna pilihan sebesar Rp. 8 468 232,00. Nilai warisan sebesar Rp. 6 841 200 000,00. Nilai keberadaan sebesar Rp. 5 003 849 143,00.en
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)en
dc.titleNilai Ekonomi Total Hutan Mangrove Pasca Rehabilitasi di Pesisir Pantai Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timuren


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record