Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum.L) Lahan Kering Di Pt Gula Putih Mataram, Lampung Dengan Aspek Khusus Tebang, Muat, Dan Angkut
Abstract
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan teknis dan manajemen budidaya tebu. Aspek khusus yang diamati dalam magang ini adalah sistem tebang, muat, dan angkut di PT Gula Putih Mataram. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 15 Febuari dan berakhir pada tanggal 15 Juli 2010 di perkebunan tebu PT Gula Putih Mataram, Lampung. Kegiatan magang menggunakan dua metode yaitu metode langsung dengan pengamatan pelaksanaan kegiatan teknis budidaya terutama terhadap sistem tebang, muat, dan angkut. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung dengan mempelajari dan menganalisis laporan pihak kebun dan studi pustaka. PT Gula Putih Mataram menerapkan sistem panen burn cane atau tebu bakar. Sistem pembakaran menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh perusahaan karena berpengaruh terhadap kelestarian dan fungsi metabolisme tebu sendiri serta pengaruh lainnya terhadap lingkungan. Pembakaran yang bijak akan memberikan keuntungan bagi perusahaan maupun daerah sekitar. Penebangan tebu dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga manusia dengan alat berupa golok tebang. Sistem muat dan angkutnya dibedakan atas sistem tebu urai (loose cane) dan tebu ikat (bundle cane). Perbedaan antara dua sistem tersebut yaitu pemakaian mesin untuk memuatnya. Sistem loose cane dimuat dengan menggunakan grabloader dan sidetyping setelah tebu ditebang dan ditumpuk di areal. Selanjutnya tebu dipindahkan ke truk atau trailer untuk diangkut ke pabrik. Tebu pada sistem bundle cane, setelah ditebang kemudian diikat dengan kulit tebu dan selanjutnya dimuat ke bundle truck, dan selanjutnya diangkut ke pabrik. Curah hujan yang tinggi cukup mempengaruhi proses tebang, muat, dan angkut. Tingginya curah hujan menyebabkan tebu tidak bisa dibakar ataupun dipanen. Proses muat dan pengiriman tebu ke pabrik pun terhambat karena adanya faktor kesulitan penggunaan alat di areal atau jalan yang basah. Semakin tinggi curah hujan maka semakin berkurang pengiriman tebu ke pabrik (-0.417). Hal ini pun akan berpengaruh terhadap brix dan pol tebu. Pola penebangan yang masih menggunakan tebang rangkul menunjukkan adanya kehilangan hasil di areal, walaupun evaluasi kehilangan hasil masih lebih baik dibandingkan standarnya. Pada pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan dengan tepat, baik pemberian peringatan bagi tim pekerja yang kurang sesuai dengan standar maupun pemberian reward untuk pekerjaan yang sesuai. Kebutuhan tenaga kerja cukup besar selama on season, terutama untuk tenaga penebang. Jumlah tenaga tebang yang sedikit menjadi kendala dalam manajemen tebangan. Jumlah tenaga kerja yang ada harus mampu memenuhi kapasitas giling pabrik demi menjaga efisiensi kerja pabrik. Kekurangan tenaga tebang yang terjadi saat ini dikarenakan banyaknya profesi lain yang lebih diminati dan menguntungkan pekerja serta adanya persaingan pemberian upah dengan perkebunan tebu lainnya.

