Show simple item record

Model of Sustainable Agropolitan Region Development at West Kalimantan-Malaysia Border (Case Study The Border Bengkayang Regency-Sarawak).

dc.contributor.advisorSutjahjo,Surjono Hadi
dc.contributor.advisorHerison,Catur
dc.contributor.advisorSabiham,Supiandi
dc.contributor.authorThamrin
dc.date.accessioned2011-07-05T02:21:04Z
dc.date.available2011-07-05T02:21:04Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46873
dc.description.abstractParadigma masa lalu yang menempatkan wilayah perbatasan sebagai halaman belakang (hinterland) dalam pembangunana membawa impikasi terhadap kondisi Kabupaten BEngkayang saat ini yang terisolir dan tertinggal. Hal ini terutama dilihat dari sisi sosial ekonomi karena kurang tersentuh pembangunan dan lebih mengutamakan pembangunan wilayah perkotaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat.en
dc.description.abstractWilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan agropolitan dalam rangka pembangunan desa-kota berimbang di wilayah perbatasan. Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi potensi, tingkat perkembangan, dan keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang; (2) membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan; dan (3) merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis tipologi wilayah, Principle Component Analysis (PCA), Cluste Analysis, Analisis spasial, analisis kesesuaian lahan, analisis usahatani, analisis skalogram, analisis sentralitas, Analitical hierarkhy Process (AHP), Interpretatif Structural Modeling (ISM), Multidimensional Scaling (MDS), analisis prospektif, dan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menujukkan bahwa wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan basis beberapa komoditas pertanian dengan komoditas unggulan jagung, padi ladang, kelapa sawit, karet, lada, sapi potong, kambing, dan ayam. Kesesuaian lahan aktual termasuk kelas S2 dan S3 dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi. Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang termasuk kategori strata Pra Kawasan Agropolitan II dengan 2 desa termasuk dalam tingkat perkembangan maju, 11 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 16 desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal). Alternatif pengembangan kawasan agropolitan yang dapat dikembangkan adalah agropolitan terpadu perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Status keberlanjutan dimensi ekologi termasuk dalam status kurang berkelanjutan; dimensi ekonomi, sosial dan budaya, dan hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan; sedangkan dimensi infrastruktur tidak berkelanjutan. Dari 47 atribut yang dianalisis, 22 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan wilayah.. Hasil analisis sistem dinamik, menunjukkan pertumbuhan penduduk memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan positif (positive growth) naik mengikuti kurva eksponensial sampai pada tahun 2035. Demikian pula dengan kebutuhan penggunaan lahan, produksi agropolitan, dan keuntungan usahatani, namun pada suatu saat akan menuju titik keseimbangan tertentu (stable equilibrium) karena proses Limit to Growth. Ini berarti, model yang dibangun mengikuti pola dasar (archetype) “Limit to Success”. Arah kebijakan pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah pengembangan kawasan agropolitan terpadu yaitu perkebunan-tanaman pangan-peternakan. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis yaitu dengan melakukan intervensi yang lebih besar terhadap variabel kunci yang berpengaruh dalam model.en
dc.description.abstractWilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai kawasan pengembangan agropolitan dalam rangka pembangunan desa-kota berimbang di wilayah perbatasan. Penelitian bertujuan untuk (1) mengidentifikasi potensi, tingkat perkembangan, dan keberlanjutan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang; (2) membangun model pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan; dan (3) merumuskan arahan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan agropolitan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis tipologi wilayah, Principle Component Analysis (PCA), Cluste Analysis, Analisis spasial, analisis kesesuaian lahan, analisis usahatani, analisis skalogram, analisis sentralitas, Analitical hierarkhy Process (AHP), Interpretatif Structural Modeling (ISM), Multidimensional Scaling (MDS), analisis prospektif, dan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menujukkan bahwa wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang merupakan basis beberapa komoditas pertanian dengan komoditas unggulan jagung, padi ladang, kelapa sawit, karet, lada, sapi potong, kambing, dan ayam. Kesesuaian lahan aktual termasuk kelas S2 dan S3 dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya erosi. Wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang termasuk kategori strata Pra Kawasan Agropolitan II dengan 2 desa termasuk dalam tingkat perkembangan maju, 11 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 16 desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal). Alternatif pengembangan kawasan agropolitan yang dapat dikembangkan adalah agropolitan terpadu perkebunan, tanaman pangan, dan peternakan. Status keberlanjutan dimensi ekologi termasuk dalam status kurang berkelanjutan; dimensi ekonomi, sosial dan budaya, dan hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan; sedangkan dimensi infrastruktur tidak berkelanjutan. Dari 47 atribut yang dianalisis, 22 atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan nilai indeks keberlanjutan wilayah.. Hasil analisis sistem dinamik, menunjukkan pertumbuhan penduduk memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan positif (positive growth) naik mengikuti kurva eksponensial sampai pada tahun 2035. Demikian pula dengan kebutuhan penggunaan lahan, produksi agropolitan, dan keuntungan usahatani, namun pada suatu saat akan menuju titik keseimbangan tertentu (stable equilibrium) karena proses Limit to Growth. Ini berarti, model yang dibangun mengikuti pola dasar (archetype) “Limit to Success”. Arah kebijakan pengembangan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang adalah pengembangan kawasan agropolitan terpadu yaitu perkebunan-tanaman pangan-peternakan. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis yaitu dengan melakukan intervensi yang lebih besar terhadap variabel kunci yang berpengaruh dalam model.ind
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleMOdel pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-Malaysiaen
dc.titleModel of Sustainable Agropolitan Region Development at West Kalimantan-Malaysia Border (Case Study The Border Bengkayang Regency-Sarawak).
dc.title.alternativeIPB (Bogor Agricultural University)en


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record