Pengaruh benzyl adenine (BA) terhadap pertumbuhan eksplan dua kultivar krisan (Dendranthema grandiflora Tzelev Syn.) secara in vitro
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh zat pengatur tumbuh (BA) bagi pertumbuhan eksplan dua kultivar krisan secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2009 di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas, Jawa Barat. Penelitian menggunakan rancangan perlakuan faktorial dengan dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dua faktor tersebut adalah konsentrasi BA (μM) dan kultivar krisan. Konsentrasi BA terdiri dari lima taraf, yaitu 0.00 μM, 2.22 μM, 4.44 μM, 6.66 μM dan 8.88 μM. Faktor kedua kultivar krisan, terdiri dari kultivar Puspita Nusantara dan Puspita Asri. Terdapat 10 kombinasi perlakuan dimana setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan, sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 6 botol kultur yang berisi 3 eksplan per botol. Pengamatan terhadap beberapa peubah dilakukan pada 6, 7 dan 8 MST. Peubah yang diamati adalah persentase tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas, waktu inisiasi tunas, jumlah daun per tunas, jumlah daun per eksplan, panjang ruas. Pengamatan dilakukan pada dua tahap, yaitu pada tahap kultur in vitro di laboratorium dan pada tahap aklimatisasi di rumah plastik. Persentase tumbuh eksplan krisan kultivar Puspita Asri dan Puspita Nusantara pada 1 MST mencapai 100 %. Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap kemampuan eksplan untuk tumbuh. Hasil analisis ragam menunjukkan konsentrasi BA berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun total dan panjang ruas pada tahap kultur in vitro. Perlakuan BA 0.00 μM (Kontrol) mampu menghasilkan tunas tertinggi (9.79 cm) dan panjang ruas terpanjang (0.87 cm), BA 6.66 μM menghasilkan jumlah tunas terbanyak (8.71 tunas), sedangkan BA 4.44 μM mendorong eksplan membentuk daun per eksplan yang terbanyak (51.54 daun). Kultivar krisan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun pada 6 MST dan 7 MST. Kultivar krisan berpengaruh sangat nyata terhadap waktu inisiasi tunas, tinggi tunas, panjang ruas, jumlah tunas pada 7 dan 8 MST, serta jumlah daun per tunas pada 8 MST. Kultivar Puspita Asri cenderung memiliki tinggi tanaman, ruas yang lebih panjang dan jumlah tunas yang lebih banyak dibandingkan kultivar Puspita Nusantara. Interaksi antara BA dan kultivar krisan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah daun per tunas, jumlah daun per eksplan, tinggi tunas dan panjang ruas pada tahap kultur in vitro. Namun demikian, interaksi antara BA dan kultivar krisan berpengaruh nyata terhadap waktu inisiasi tunas. Kultivar Puspita Asri yang diberi perlakuan BA 0.00 μM (Kontrol) memiliki waktu inisiasi tercepat (2.77 HST). Pada tahap aklimatisasi, interaksi antara BA dan kultivar krisan berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang ruas pada 8 MST, sedangkan untuk jumlah tunas dan panjang ruas pada 2 dan 4 MST, interaksi antara BA dan kultivar krisan tidak berpengaruh. Pada tahap aklimatisasi, interaksi perlakuan BA 2.22 μM dengan kultivar Puspita Asri menghasilkan tanaman tertinggi (19.16 cm), ruas terpanjang (1.26) cm pada 6 MST dan jumlah daun terbanyak (17.55 daun).