Status trofik dan daya dukung keramba jaring apung di Waduk Cirata
Abstract
mumnya ditujukan sebagai tempat penampungan air yang dipergunakan untuk berbagai macam keperluan seperti Pembanglut Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi, pengendali banjir, sumber baku air minum, perikanan dan pariwisata. Diantara waduk penting yang ada di Indonesia, terdapat tiga waduk kaskade, yaitu Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur (Ir. H. Djuanda). Waduk Cirata selesai dibangun tahun 1988 yang fimgsi utamanya sebagai PLTA, dan fungsi yang lain sebagai objek pariwisata, perikanan clan perhubungan Waduk Cirata berada pada ketinggian 221 m dpl, mempunyai wilayah luas permukaan air 6.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m dan volume air 2.160 juta m3. Waduk Cirata saat ini telah mengalami degradasi yang sangat serius. Luasan waduk semakin menyempit dan kedalaman air semakin berkurang, disertai meningkatnya pencemaran (Garno, 1999). Pencemaran selain berefek pada budidaya KJA juga dir~akanp ada PLN terutama pada turbin yang beberapa peralatannya mengalami korosif. Menurut Kartamiharja et al. (1999), fenomena tersebut karena pemanfaatan perairan waduk yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Waduk Cirata saat ini telah tercemar berat oleh nuttien, yang utamanya disebabkan oleh buangan organik dari kegiatan budidaya ikan dengan KJA