Studi Keanekaragaman Hexapoda Tanah Di Berbagai Jenis Penutupan Lahan Pada Ekosistem Mangrove (Studi Kasus Di Taman Nasional Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah)
Abstract
Pada kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean hutan mangrove umumnya rusak karena kegiatan konversi hutan mangrove untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, daerah pertanian, perkebunan, tambak, pemukiman dan pembangunan. Fenomena ini akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan mata rantai ekologi dalam ekosistem mangrove yang berperan di antaranya sebagai sumber keanekaragaman hayati dan stabilitas lingkungan Salah satu keanekaragaman hayati yang terdapat di ekosistem mangrove adalah kelompok fauna tanah. Fauna tanah (serangga, Arachnida, dan lainnya) menyusun 75% dari setiap satu juta jenis binatang teresterial yang telah diketahui di dunia saat ini. Jumlah yang besar tersebut didominasi oleh kelompok Arthropoda khususnya Hexapoda (serangga) (Biological Survey of Canada, 1991). Hexapoda tanah berfungsi sebagai perombak bahan organik tanah, serasah, bangkai, penghancur kayu, parasit dan pemangsa, serta sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur. Peranannya tidak dapat dirasakan langsung oleh manusia tetapi dapat dimanfaatkan setelah melalui jasa biota lain. Oleh karena itu, peran utamanya di dalam ekosistem mangrove menjadi kurang mendapat perhatian. Padahal tanpa kehadiran Hexapoda tanah, perombakan tumpukan bahan organik di sekeliling kita akan berjalan sangat lambat. Data dasar mengenai keanekaragaman dan keadaan populasi Hexapoda tanah pada suatu habitat akan berguna dalam mengkaji lebih rinci peran dan manfaatnya yang berkaitan dengan kemapanan ekosistem tempat mereka hidup. Informasi yang lengkap mengenai Hexapoda tanah pada suatu habitat tertentu akan membantu dalam pengelolaan kawasan yang lebih berkesinambungan.