Sebaran Sensitifitas Kulit Terhadap Alergen Ascaris suum pada Macaca fascicularis di Pusat Studi Satwa Primata IPB Dibedakan Atas Kelompok Umur
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai uji tapis untuk mengetahui potensi Macaca fascicularis (M. fascicularis), yang dibedakan atas kelompok umur (anakan dan dewasa), sebagai hewan model penyakit dan pengobatan asma dengan melihat sensitifitas kulit terhadap rangsangan alergen Ascaris suum (A. suum). Asma merupakan reaksi hipersensitifitas tipe I, karena efek reaksinya dapat terlihat dengan cepat, reaksi hipersensitifitas tipe I dapat dideteksi dengan cara uji kulit yang reaksi positifnya akan indurasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan total hewan yang digunakan sebanyak 147 hewan (118 hewan dewasa dan 29 anakan) yang telah ditangkarkan di Pusat Studi Satwa Primata IPB. Ekstrak A. suum disuntikan secara intradermal pada kulit daerah abdomen pada 8 situs (2 baris, 4 kolom dari arah cranial ke caudal hewan). dengan dosis bertingkat (1 x 10-2 sampai dengan 1 x 10-7 μg/ml). Dokumentasi lingkaran injeksi dilakukan pada menit ke-0 dan menit ke-30. Reaksi positif terjadi pada 65 ekor M. fascicularis dewasa (55.1%) dan 20 ekor M. fascicularis anakan (67%). Prevalensi reaktifitas pada anakan yang lebih tinggi daripada dewasa dapat disebabkan karena sistem imun anak yang belum matang. Selain sistem imun yang berbeda pada anakan dan dewasa, aspek genetik, kemungkinan alergi, saluran pernapasan yang mudah terangsang, jenis kelamin dan ras merupakan beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan kejadian asma Kesimpulan dari penelitian ini adalah uji kulit dengan alergen A. suum menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe 1 dan M. fascicularis Indonesia, baik dari kelompok anakan dan dewasa, berpotensi sebagai hewan coba penyakit dan penemuan pengobatan asma berdasarkan umur.