Tingkat Kesejahteraan Nelayan di Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang
Abstract
Titik berat pembangunan yang lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi ternyata menimbulkan masalah bagi aspek pemerataaan. hasil-hasil pembangunan lebih banyak dinikmati oleh sebagian kecil kelompok masyarakat, sedangkan sebagian besar kelompok yang lainnya hanya sedikit menikmali hasil pembangunan. Salah satu kelompok masyarakat yang belum menikmati hasil pembangunan tersebut adalah masyarakat nelayan. Mubyarto ( 1984 ) daleun Oktariza elan Farmayanti ( 1996 ), menyatakan bahwa kelompok masyarakat nelayan khususnya yang berelomilisi di pesisir-pesisir pantai lebih miskin jika dibanelingkan elengan kelompok masyarakat lainnya. Melihat masih banyaknya jumlah ne1ayan yang berada di bawah garis kemiskinan, maka perlu diupayakan peningkatan penelapatan nelayan sehingga tarafhielup dan tingkat kesejahteraan nelayan Indonesia elapat terangkat. Penelitian ini bertujuan untuk (I ) mengetahui pendapatan usaha nelayan perikanan tangkap dan proporsinya terhaelap penelapatan keluarga nelayan, ( 2 ) mengetahui ada atau tidaknya sumber-sumber pendapatan lain eli luar usaha perikanan tangkap, sekaligus mengetahui jenis sumber pendapatan itu jika l11emang ada serta mengetahui anggota keluarga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, ( 3 ) mengetahui komposisi pengeluaran keluarga nelayan dan ( 4 ) mengetahui tingkat kcscjahlcraan kcluarga nclayan pClllilik/buruh di qcsa Sungai BUlltU, Kabupatcn Karawang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Jenis data yang elikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer elan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap nelayan. Data sekunder diperoleh dari kanlor Dinas Perikanan, kantor Dinas Statistik dan kantor Bappeda Dati Il Kabupaten Karawang serta literatur lainnya yang menunjang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified ralldom sampling dan P1II1)()sive sampling. Dalam hal ini nelayan sebagai populasi dibagi dalam 2 strata, yaitu rumah tangga yang menggunakan 1 jenis alat tangkap dan rUlllah tangga yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap. Metode anal isis yang digunakan, yaitu analisis pendapalan usaha, pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, pengukuran tingkat kesejahteraan menurut 10 indikator kesejahteraan Biro Pusat statistik dalam SUSENAS ( 1994 ), Desa sungai buntu merupakan salah satu desa di Kabupaten Karawang, yang • sebagian 'penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Produksi perikanan di daerah ini paela tahun 1997 mcncapai 1.397,2 ton dengan sumbangan produksi perikanan laut, yaitu sebesar 38,72 % terhaelap produksi perikanan laut seluruh Kabupatcn Karawang. Jumlah nelayan yang ada sebanyak 455 orang yang terdiri dari 122 ol'ang nelayan pemilik dan 343 orang nelayan buruh. Sedangkan kisaran umur nelayan antara 15 - 45 tahun dan umur rata-rata ne1ayan 38 tahun. Tingkat pendidikan nelayan, umumnya masih rendah. Sebagian besar nelayan pemilik hanya mampu sampai tamat SD, yaitu sebesar 66,67 % untuk nelayan pemilik yang menggunakan 1 jenis alat tangkap dan 50,00 % untuk nelayan pemilik yang menggunakan lebih dari I jenis alat tangkap. Berdasarkan tingkat pendidikan juga terlihat bahwa tingkat pendidikan nelayan buruh lebih tinggi dibandingkan nelayan pemilik. Teknologi penangkapan yang digunakan oleh nelayan tergolong masih sederhana. Ukuran perahu yang digunakan antara I - 5 gross ton, dengan bobot ratarata 2 l,'fOSS ton. Mesin pengerak yang digunakan berukuran antara 7 - 20 PK. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk memiliki annada penangkapan bervariasi antara Rp 6.400.000,- - Rp 12.456.000,-, tergantung kepada ukuran perahu, kekuatan mesin pengerak dan jumlah jenis jaring yang digunakan. Rata-rata pendapatan nelayan dari usaha penangkapan bervariasi untuk setiap jumlah jenis alat tangkapnya. Besarnya pendapatan nelayan pemilik bervariasi antara Rp 4.620.000,- - Rp 7.186.125,-, sedangkan pendapatan nelayan buruh antara Rp 1.297.321,- - Rp 1.748.283,-. Nelayan pemilik yang menggunakan lebih dari I jenis alat tangkap lebih tinggi pendapatannya dibandingkan dengan nelayan pemilik yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap. Hal yang sama juga terjadi pada nelayan buruh. Hal ini disebabkan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap lebih banyak serta biaya investasi yang dikeluarkan juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan 1 jenis alat tangkap . Sebagian nelayan, baik nelayan pemilik ne1ayan buruh mempunyai usaha sambilan selain usaha penangkapan ikan. Pckcrjaan sambi Ian yang dilakukan nelayan, baik nelayan pemilik maupun ne1ayan burllh terdiri dari pengolahan ikan dan berdagang. Pendapatan rata-rata yang diperoleh nelayan dari usaha sambi I an ini, yaitu nelayan pell1ilik yang menggunakan 1 jenis alat tangkap sebesar Rp 141.667,-, nelayan buruh yang menggunakan 1 jenis alat tangkap sebesar Rp 92.857,- dan nelayan buruh yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap sebesar Rp 73.148,. Sedangkan nelayan pemilik yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap, anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai pekerjaan sall1pingan selain usaha perikanan tangkap. Tingkat pengeluaran keluarga per tahun yang terendah adalah nelayan buruh yang usahanya menggunakan 1 jenis alat tangkap dengan pol a pengeluaran yang terdiri dari penge1uaran pangan ( 94,09 % ) dan bllkan pangan ( 5,91 % ). Sedangkan tingkat pendapatan tertinggi adalah nelayan pemilik yang usahanya menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap dengan pola pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran pangan ( 55,97 % ) dan bukan pangan ( 44,03 % ). Semakin besar tingkat pendapatan • keluarga ll1aka semakin bcsar pengeluaran bukan pangan keluarga atau sebaliknya. Berdasarkan tingkat kesejahteraan nelayan menurut 10 indikator kesejahteraan Biro Pusat Statistik, seluruh nelayan pemilik yang menggunakan 1 jenis alat tangkap berada pada tingkat kesejahteraan sedang ( 83,33 % ). Hal yang sall1a juga terjadi pada nclayan pemilik yang menggunakan > 1 jenis alat tangkap yang sebagian besar nelayannya berada pada tingkat kesejahteraan sedang ( 68,75 % ) dan sisanya berada pada tingkat kesejahteraan tinggi ( 31,25 % ). Sedangkan tingkat kesejahteraan nelayan buruh yang menggunakan 1 jenis alat tangkap, sebagian besar nelayannya berada pada tingkat kesejahteraan rendah ( 100 % ). Hal yang sama juga terjadi pada nelayan buruh yang menggunakan lebih dari 1 jenis alat tangkap yang sebagian besar nelayannya berada pada katagori tingkat kesejahteraan rendah ( 85,71 % ) dan sisanya berada pada katagori tingkat kesejahteraan rendah ( 14,29 %). Saran yang bisa diberikan dari penelitian ini adalah penggunaan lebih dari I jenis alat tangkap dapat terus dilanjukan karena membawa pengaruh yang positif terhadap tingkat kesejahteraan nelayan, perlunya meningkatkan kesejahteraan nelayan khususnya ne1ayan yang tingkat kesejahteraannya masih relatif rendah melalui pemberian pinjaman lunak untuk modal usahaJpenyediaan sarana produksi ( seperti : alat tangkap dan armada penangkapan ) karena. adanya indikasi bahwa tingkat kesejahteraan di Desa Sungai Buntu berkailan dengan skala usaha yang dimilikinya ( terutama jumlah dan jenis alat tangkap ) dan perlu adanya penclitian lanjutan yang mengkaitkan faktor-faktor produksi pcrikanan tangkap yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan .