Show simple item record

dc.contributor.authorSuhendra, Dede
dc.date.accessioned2010-05-16T22:28:28Z
dc.date.available2010-05-16T22:28:28Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22104
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang berdasarkan genus karang yang ditemukan, mengetahui struktur komunitas karang berdasarkan indeks keanekaragaman (H'), indeks keseragaman (E), dan indeks dominansi (C) pada stasiun pengamatan di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari hingga 8 maret 2002 di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung. Parameter perairan yang diukur adalah suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan kecepatan arus. Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan metode transek garis yang dikembangkan oleh Loya (1979). Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan persentase penutupan karang (UNEP, 1993), Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Keseragaman, Indeks Dominansi (C), Indeks Similaritas Bray-Curtis (Clifford dan Stepenshon, 1975). Parameter fisika dan kimia perairan secara umum masih dalam kisaran yang baik bagi pertumbuhan biota karang. Suhu yang terukur memiliki variasi yang cukup kecil, yaitu berkisar antara 29 °C - 30 °C. Salinitas masih dalam kisaran air laut yang normal dan masih dalam ambang yang dapat menunjang pertumbuhan karang, yaitu berkisar antara 32%o - 33%o. pH yang terukur pada stasiun pengamatan mempunyai nilai yang sama, yaitu 8. Penetrasi cahaya sangat tinggi di setiap stasiun pengamatan pada masing-masing kedalaman yaitu sebesar 100%. Penetrasi cahaya sangat besar peranannya untuk fotosintesis alga simbion karang yaitu zooxanthel!ae. Kecepatan arus berkisar antara 0,45m/det - 0,85m/det. Kecepatan arus yang paling tinggi ditemukan di perairan sekitar DPL 1 dan yang paling kecil terdapat pada perairan di DPL 2. Berdasarkan kriteria Gomes dan Yap (1988), pada kedalaman 3 meter kondisi penutupan yang buruk dijumpai pada stasiun 3, 4, dan 5, kondisi sedang dijumpai pada stasiun 1,2, 6, 7, dan 11, sedangkan kategori baik dijumpai pada stasiun 12. Genus yang ditemukan pada kedalaman ini: Acropora, Echinopora, Hydnophora, Montipora, Pocillopora, Porites, Goniastrea, Pavona, Leptoria, Seriatopora, Caulastrea, Favia, Faviles, Goniastrea, Memhna, Millepora, dan beberapa karang lunak yaitu: Sinularia, Sarcophyton, Lobophyton, Oendronephthya, Nephthea, dan Xenia. Pada kedalaman 5 meter, kondisi penutupan yang buruk dijumpai pada stasiun 10, sedangkan pada stasiun 8 dan 9 temasuk kategori sedang. Genus karang yang ditemukan , paling banyak dari kelompok karang lunak, yaitu: Dendromphthya, Sarcophyton, Lobophyton, Sinularia, Xeniay dan Nephthea. Pada kedalaman ini juga ditemukan beberapa karang keras, yaitu Acropora, Hydnophora, Pocillopora, Faviles, dan Porites. Komposisi penutupan karang keras yang ditemukan jauh lebih kecil dibandingkan karang lunak. Pada kedalaman 6 meter, persen penutupan karang yang tergolong dalam kriteria buruk terdapat pada stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5, persen penutupan karang yang tergolong sedang ditemukan pada stasiun 11, sedangkan pada stasiun 6 dan 12 persen penutupan karang tergolong baik. Genus karang yang ditemukan pada kedalaman ini adalah: Acropora, Echinopora, Goniopora, Leptoria, Pocillopora, Porites, Monlipira, Fungia, Favites, Favia,Hydnophora, Pachyseris, Pavona, Seriatopora, Leptoria, Heliopora, serta beberapa karang lunak yaitu: Dendronephthya, Sarcophyton, Lobophyton,, Sinularia, dan^ew'a. Secara umum pada stasiun pengamatan tidak ditemukan keanekaragaman yang termasuk tinggi. Keanekaragaman berkisar antara kecil hingga sedang. Pada kedalaman 3, keanekaragaman rendah ditemukan pada stasiun 2, 3,4, 6, dan 12, sedangkan yang termasuk keanekaragaman sedang terdapat pada stasiun 1, 5, 7, dan 11. Pada kedalaman 5 meter, keanekaragaman rendah ditemukan pada stasiun 9 dan 10 sedangkan pada stasiun 8 keanekaragaman tergolong sedang. Secara umum keanekaragaman pada kedalaan 6 meter tergolong rendah kecuali pada stasiun 4,11, dan 12 yang memiliki keanekaragaman sedang. Berdasarkan indeks keseragaman, pada kedalaman 3 meter komunitas tertekan terdapat pada stasiun 2, komunitasiabil terdapat pada stasiun 3, 4, 5, 6,11, dan 12 sedangkan komunitas yang relatif stabil ditemukan pada stasiun 1 dan 7. Komunitas yang relatif stabil pada kedalaman 5 meter ditemukan pada stasiun 8, sedangkan pada stasiun 9 dan 10 tergolong labil. Pada kedalaman 6 meter ditemukan komunitas yang tertekan pada stasiun 2 dan 6, komunitas yang tergolong labil ditemukan pada stasiun 1, 3, 5, dan 11, sedangkan pada stasiun 4 dan 12, komunitas relatif stabil. Indeks dominansi rendah pada kedalaman 3 meter ditemukan pada stasiun 1, 3, 5, 6,7, 11, dan 12. Dominansi sedang terdapat pada stasiun 4, sedangkan pendominasian oleh genus tertentu terdapat pada stasiun 2 dengan indeks dominansi yang tinggi. Pada kedalama 5 meter, dominansi rendah terdapat pada stasiun 8 dan 9, sedangkan stasiun 10 dominansi cenderung sedang. Pada kedalaman 6 meter, dominasi rendah ditemukan pada stasiun 3, 4, 5, 11, dan 12 dominansi tergolong sedang pada stasiun 1,2, dan 6. Berdasarkan tingkat kesamaan 50%, pengelompokan habitat pada kedalaman 3 meter terdiri dari 7 kelompok habitat. Pada kedalaman 5 meter dikelompokkan menjadi 2 kelompok habitat, sedangkan pada kedalaman 6 meter terdapat 8 kelompok habitat dasar. Stasiun yang memiliki kemiripan sehigga digolongkan dalam satu kelompok habitat yang sama terlihat pada stasiun 1 dengan 7, dan stasiun 11 dengan 12 pada kedalaman 3 meter, stasiun 9 dengan 10 pada kedalaman 5 meter, sedangkan pada kedalaman 6 meter masing-masing stasiun berbeda satu sama lain.id
dc.titleStudi Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampungid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record