Show simple item record

dc.contributor.authorSulistyowati, Anny
dc.date.accessioned2010-05-16T20:38:22Z
dc.date.available2010-05-16T20:38:22Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22050
dc.description.abstractCumi-cumi merupakan salah satu cephalopoda yang dikenal dalam dunia perdagangan selain sotong dan oktopus. Di bidang perikanan komersil, cumi-cumi termasuk sumberdaya penting dan menempati urutan ketiga setelah ikan dan udang. Cumi-cumi mengandung protein dalam jaringan otot mantelnya sebesar 18%-23% dan lemak l%-2,74% (Kruezer dalam Sudjoko, 1988). Dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah, maka cumi-cumi dapat dijadikan sebagai salah satu sumber protein hewani yang baik, untuk itu diperlukan usaha peningkatan produksi cumi-cumi. Namun usaha peningkatan produksi cumi-cumi dengan menggunakan berbagai alat tangkap dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya penurunan populasi cumi-cumi. Usaha untuk mencegah terjadinya penurunan jumlah populasi cumi-cumi yaitu dengan budidaya. Salah satu cumi-cumi yang telah dibudidayakan adalah cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana Lesson) dan merupakan satu-satunya cumi-cumi Ioliginid yang berhasil dibudidayakan (Segawa, 1987). Budidaya cumi-cumi ini dapat dilakukan dengan baik jika telah diketahui sifat-sifat biologisnya baik mengenai reproduksi, makanan, pertumbuhan maupun aspek-aspek lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana Lesson) di teluk Banten. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2000. Cumi-cumi contoh yang digunakan adalah cumi-cumi yang didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Kepu, Bojonegara dan pengambilan contoh dilakukan setiap dua minggu sekali. Pengukuran cumi-cumi contoh dilakukan di Instalasi Pengembangan dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bojonegara. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cumi-cumi sirip besar (Sepioteuthis lessoniana Lesson), larutan formalin dengan konsentrasi 10%, alat bedah, kaliper, mistar, botol film, neraca elektrik dan neraca O'hauss. Cumi-Cumi contoh yang diperoleh selama penelitian berjumlah 213 ekor, cumi-cumi jantan sebanyak 102 ekor, betina sebanyak 32 ekor dan yang tidak diketahui jenis kelaminnya sebanyak 79 ekor. Dari hasil ini diperoleh hubungan panjang bobot pada cumi-cumi jantan yaitu W = 0,0009 L2,4911; cumi-cumi betina yaitu W = 0,0003 L2'7124 dan pada cumi-cumi yang tidak diketahui jenis kelaminnya yaitu W = 0,0008 L2,5037. Nilai b yang diperoleh dari persamaan tersebut kurang dari tiga, maka pola pertumbuhan pada cumi-cumi ini adalah alometrik negatif yaitu pertambahan bobot tidak sebanding dengan pertambahan panjangnya. Nilai faktor kondisi cumi-cumi Nilai faktor kondisi cumi-cumi secara keseluruhan yang diperoleh dari hasil perhitungan berkisar antara 0,551 hingga 3,258. Faktor kondisi terendah dan tertinggi pada cumi-cumi jantan berkisar antara 0,551-2,135. Pada cumi-cumi betina faktor kondisi berkisar antara 0,828-1,454, sedangkan pada cumi-cumi yang tidak diketahui jenis kelaminnya antara 0,778-3,258. Menurut Effendie (1979) kisaran faktor kondisi yang terletak antara satu hingga tiga, maka kondisi hewan tersebut kurang pipih. Kisaran faktor-faktor kondisi cumi-cumi yang diperoleh dapat dikatakan berada pada selang satu hingga tiga, berarti kondisi cumi-cumi secara keseluruhan kurang pipih. Perbandingan jenis kelamin antara cumi-cumi jantan dan betina sebesar 3:1. Hal ini disebabkan karena cumi-cumi yang diperoleh dan dapat dibedakan jenis kelaminnya memiliki ukuran panjang mantel dan bobot tubuh yang besar. Pada kelompok ukuran yang besar ini cumi-cumi betina jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan cumi-cumi jantan sehingga perbandingan jenis kelamin yang diperoleh tidak seimbang. Nilai Indeks Kematangan Gonad yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,019 hingga 11,7479. Pada cumi-cumi jantan nilai Indeks Kematangan Gonad berkisar antara 0,019 hingga 1,013 dan pada cumi-cumi betina Indeks Kematangan Gonad berkisar antara 0,299 hingga 11,7479. Nilai Indeks Kematangan Gonad ini lebih besar pada betina dibandingkan pada jantan karena berat gonad cumi-cumi betina lebih besar dibandingkan pada jantan akibat dari perbesaran diameter telur yang terkandung pada ovary. Nilai IKG pada jantan dan betina mengalami-penurunan pada selang kelas 108,00-133,99 sehingga diduga pada selang kelas ini baik pada cumi-cumi betina maupun pada jantan telah terjadi pemijahan. Jumlah telur yang terkandung dalam ovary berkisar antara 110 hingga 1091 butir. Banyaknya jumlah telur dalam ovary ini berhubungan dengan panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi. Sampai pada batas tertentu semakin besar panjang mantel atau bobot tubuh, maka jumlah telur yang terkandung dalam ovary semakin banyak.id
dc.titleSTUDI ASPEK PERTUMBUHAN RELATIF DAN BIOLOGI REPRODUKSI CUMI-CUMI SIRIP BESAR (Sepioteuthis lessoniana LESSON) DI TELUK BANTENid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record