Show simple item record

dc.contributor.authorAzizy, Auhadillah
dc.date.accessioned2010-05-16T19:16:27Z
dc.date.available2010-05-16T19:16:27Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/22020
dc.description.abstractKerusakan ekosistem pesisir dan laut salah satunya terjadi karena tumpang tindihnya berbagai kepentingan, lemahnya pengaturan tata ruang, kurangnya, pengawasan dan tidak tepatnya pengelolaan kawasan laut dan pesisir. Pengelola? wilayah masih bersifat sektoral. Perencanaan wilayah sendiri-sendiri, terkotak-kot . dan merasa paling berkuasa atas satu kawasan pesisir dan lautan. Kompet: i menyebabkan terjadinya konflik kepentingan atas ruang dan wilayah pengr ,) m. Salah contoh konflik yang terjadi di kawasan pesisir Teluk Jakarta Jualah .:onflik antara nelayan Baganh tancap (BT), Sero dan Rakit kerang Hijau (RK,-f) disebabkan distribusi alat tangkap yang bertumpang tindih dengan sektor lainnya yaitu berada di jalur-jalur pelayaran dan berada di lokasi peraiaran yang tercemar. Di antara beberapa metode yang dapat digunakan untuk memonitor kawasan pesisir adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dipandang lebih efektif dan efisien untuk digunakan sebagai alat monitor kondisi lingkungan kawasan pesisir. Tujuan dari Penelitian ini adalah Mengevaluasi distribusi dan kelayakan lingkungan alat tangkap (Bagan tancap, Sero dan Rakit Kerang Hijau) di kawasan Teluk Jakarta berdasarkan kondisi biofisik dan daya dukung fisik wilayah (sosial-ekonomi-budaya) melalui aplikasi sistem informasi geografis, melihat tingkat pencemaran Perairan dan Muara Teluk Jakarta sebagai salah satu elemen penting dalam proses evaluasi kesesuaian lahan, dan mengidentifikasi konflik sektoral yang terjadi di Teluk Jakarta, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan SIG dan Sosial Konflik dengan menggunakan metode aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Metode deskriptif. Analisis dalam pendekatan SIG dilakukan dengan membuat matrik kesesuaian lahan, pembobotan, skoring dan over/ay model. Sedangkan analisis dalam pendekatan konflik menggunakan analisis sosial konflik. Pendekatan SIG meliputi analisis parameter, analisis kualitas perairan Teluk Jakarta dan analisis spasial yang terdiri dari tiga tahapan yaitu penentuan kesesuaian lahan, penentuan kondisi eksisiitig dan evaluasi serta penentuan peta arahan. Hasil analisis parameter sebagai tahapan awal dalam evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta yang tertutup dan dipenuhi banyak pulau-pulau kecil mempunyai parameter osenografi yang cukup sesuai untuk peruntukan Bagan Tancap, Sero dan Rakit Kerang Hijau. Analisis tersebut diasumsikan belum ada faktor pembatas yang dapat mengurangi fungsi perairan seperti pencemaran, padatnya jalur pelayaran, Keberadaan daerah-daerah terlarang, dan lain-lain. Analisis ini didasarkan atas penilaian beberapa parameter antara lain kedalaman, substrat, daerah terlrang, angin dan gelombang, arus, suhu, salinitas, kelimpahan fitoplankton, pasang surut, sarana dan prasarana dan hidrologi. Analisis kualitas perairan Teluk Jakarta menunjukkan bahwa perairan Teluk Jakarta dalam kondisi tercemar baik-berat dengan dominasi kualitas perairan dalam status tercemar sedang. Titik pencemaran dilakukan pada 4 zona (A-D) yang berjarak 5-20 km dari pantai. Sedangkan kualitas muara sungai Teluk Jakarta menunjukkan status tercemar sedang-berat dengan dominansi kualitas muara sungai dalam status tercemar berat. Penentuan lokasi kesesuaian lahan bagi perikanan BT menunjukkan lokasi yang sesuai bagi BT berada pada kedalaman 5-20 m, dengan substrat terdiri dari pasir berlumpur dan lumpur serta tidak berada dalam daerah terlarang (daerah aman). Untuk daerah yang tidak sesuai, berada pada kedalaman <5m dan >20m3 dengan substart berupa pasir dan karang serta berada dalam daerah yang tidak aman/daerah terlarang. Daerah yang sesuai bagi peruntukan Sero berada pada kedalaman 1-10 m, substrat berupa pasirjumpur, lumpur, pasir serta berada dalam daerah yang aman. Untuk daerah yang tidak sesuai, berada pada kedalaman >10m, dengan substart berupa karang serta berada dalam daerah yang tidak aman/daerah terlarang. Kawasan yang tidak sesuai berada di sepanjang pesisir teluk Jakarta sampai laut lepas pada jarak 1-20 km dari garis pantai. Kesesuaian lahan bagi peruntukan perikanan Rakit Kerang Hijau dalam pengertian penggunaan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pendirian alat tangkap Rakit Kerang Hijau berada pada kedalaman 5-10 m, substrat berupa pasirjumpur, lumpur, serta berada dalam daerah yang aman. Jarak dari pantai sekitar 1-5 km. Untuk daerah yang tidak sesuai, berada pada kedalaman <5m dan >10m, dengan substart berupa karang serta berada dalam daerah yang tidak aman/daerah terlarang. Kawasan yang tidak sesuai berada di sepanjang pesisir teluk Jakarta sampai laut lepas pada jarak 1-20 km dari garis pantai. Penyebaran BT pada daerah yang sesuai terdistribusi di Tanjung kait, Karang serang, Gugusan P. Lancang, P. Bokor, P. Rambut, P. Untung Jawa, P. Bidadari, Muara kamal, Tanjung Gembong dan Tanjung Karawang. Sedangkan BT yang kurang sesuai, penyebarannya terdapat di sekitar P. Laki, P. Damar, P. Talak, P. Bidadari, P.Rambut, P. Bokor dan Ma. Merunda. Dari lokasi pencemaran terlihat beberapa BT berada dalam kualitas perairan katagori baik (tidak terlalu tercemar) dan kebanyakan terdapat dalam kualitas perairan tercemar sedang dan sebagian tercemar berat. BT yang terdapat dalam lokasi tercemar baik berada di sekitar Tanjung pasir, dan gugusan P. Bidadari. Dalam kategori tercemar sedang terdapat di sekitar P. Bidadari, Tanjung Gembong dan Tanjung Karawang. Sedangkan BT yang terdapat dalam perairan yang tercemar berat berada di sekitar Ma. Kamal, Ma. Merunda, P. Untung Jawa, P. Talak, dan sebagian Tanjung Gembong dengan persentase sekitar 40%. BT yang berada di sekitar P. Bokor, P. Rambut, P. Untung Jawa, P. Talak dan Ma. Kamal bersinggungan dengan jalur pelayaran.Lokasi Distribusi Sero di Teluk Jakarta pada daerah yang sesuai terdistribusi merata di beberapa lokasi seperti Tanjung Kait, Karang Serang, Tanjung Pasir, P. Bidadari, Ma. Kamal, Tanjung Karawang, Tanjung Gembong, dan Ma. Merunda. Lokasi terbanyak sepanjang tahun 1996-2000 terdapat di Ma. Kamal, Tanjung Gembong, Tanjung Karawang dan P. Bidadari. Sedangkan Sero yang kurang sesuai dalam pengertian keberadaannya terdapat dalam daerah yang tidak sesuai terdapat di sekitar Tanjung Karawang. Dari lokasi pencemaran terlihat beberapa Sero berada dalam kualitas perairan katagori baik (tidak terlalu tercemar) dan kebanyakan terdapat dalam kualitas perairan tercemar sedang dan sebagian tercemar berat. Sero yang berada di sekitar Ma. Kamal keberadaannya tumpang tindih dengan jalur pelayaran. Lokasi Distribusi RKH di Teluk Jakarta kebanyakan menyebar merata di daerah yang sesuai. RKH yang kurang sesuai dalam pengertian keberadaannya terdapat dalam daerah yang tidak sesuai terdapat di sekitar gugusan P. Bidadari, Tanjung Gembong dan Ma. Merunda. Dari lokasi pencemaran terlihat beberapa RKH berada dalam kualitas perairan katagori baik (tidak terlalu tercemar) dan kebanyakan terdapat dalam kualitas perairan tercemar berat dan sebagian tercemar sedang, hanya RKH yang terdapat di Ma. Kamal mengalami tumpang tindih dengan jalur pelayaran Arahan kesesuaian tahan bagi peruntukan perikanan Bagan Tancap berupa dilanjutkan, dilanjutkan bersyarat, Dihentikan dan arahan. Bagi perikanan Sero keputusan yang dihasilkan adalah dilanjutkan,, dilanjutkan bersyarat dan arahan. Sedangkan untuk perikanan Rakit kerang hijau keputusan yang dihasilkan berupa dilanjutkan, dilanjutkan bersyarat, dan arahkan. Penentuan keputusan dalam peta arahan didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain distribusi alat dilihat dari kesesuaian lahan, tidak berada di daerah tercemar berat dan tidak berada di jalur-jalur pelayaran. Pendekatan sosial konflik meliputi identifikasi konflik, pembuatan resolusi konflik dan penentuan model pengelolaan konflik keruangan. Jenis konflik yang terjadi di pesisir Teluk Jakarta berupa latent conflict (5) dan manifest conflict (11) baik dalam bentuk konflik spasial dan aspasial. Variable pemicu konflik berupa subyektivitas/obyektivitas, bentuk/nature pihak-pihak yang terlibat, tingkat pengetahuan, komunikasi dan cara-cara yang digunakan. Langkah penyelesaian yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan proses dialogis antara seluruh pemanfaat ruang pesisir Teluk Jakarta terutama yang berkonflik untuk menyelesaikan masalah dengan arif dan menjunjung kepentingan bersama. Dari proses dialogis inilah diharapkan muncul kesepakatan-kesepakatan baik yang mengikat dalam bentuk tertulis ataupun berupa konve nsi yang akan dilaksanakan oleh masing-masing peserta dialog dengan konsekwensi-konsekwensi tertentu bagi yang melanggarnya. Bentuk rekonsiliasi dapat berupa akomodasi bagi masing-masing pihak untuk tetap melaksanakan kegiatannya tanpa mengurangi dan mengangganggu aktivitas lainnya. Langkah rekonsilisi dapat berupa kesepakatan tentang waktu pembuangan limbah, volume limbah, lokasi pembuangan limbah, penentuan batas-batas jalur pelayaran dan perkapalan. Selain itu pula dapat digagas tawaran diversifikasi alat tangkap bagi nelayan, dari penangkapan ke budidaya atau' sebaliknya, disesuaikan denganid
dc.titleStudi Evaluasi Distribusi Dan Kesesuaian Lingkungan Alat Tangkap (Bagan Tancap-Sero-Rakit Kerang Hijau) Melalui Aplikasi Sistem Informasi Geografis Di Perairan Teluk Jakartaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record