Show simple item record

dc.contributor.authorKiptiah, Kamariatul
dc.date.accessioned2010-05-15T09:05:31Z
dc.date.available2010-05-15T09:05:31Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21926
dc.description.abstractBerkembangnya kegiatan kepariwisataan pantai membuka kesempatan kerja dan memberikan kemudahan bagi RT nelayan miskin/kecil dalam melakukan strategi diversifikasi pekerjaan. Mengingat dalam RT nelayan memiliki karakteristik seperti tingkat pendidikan dan latar belakang sosial, ekonomi dan kultural yang berbedabeda, maka strategi yang dilakukan oleh RT nelayan juga berbeda. Perbedaan ini semakin jelas dikarenakan dalam perkembangan kepariwisataan pantai berakibat pada terjadinya perubahan matapencaharian dari usaha sebagai nelayan ke usaha pariwisata yang kemudian juga berakibat pula pad a mobilitas sosial yang terjadi pada masing-masing RT nelayan . Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mobilitas sosial yang terjadi pada RT nelayan dalam upaya perbaikan dan peningkatan taraf hidup serta strategi yang dilakukan dalam upaya tersebut, sehubungan dengan adanya perkembangan kepariwisataan pantai beserta berbagai karakteristik dan latar belakang sosial, ekonomi dan kultural yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung yang dipilih secara purposive. Metode penelitian yang digunakan adalah survey yang dikuatkan dengan data kualitatif dengan unit analisa rumah tangga dan individu. Hasil yang diperoleh adalah faktor pendidikan nelayan ditemukan tidak berpengaruh terhadap terjadinya perubahan matapencaharian RT nelayan. Faktor pendidikan hanya berpengaruh pad a bentuk perubahan matapencaharian baru yang terjadi yaitu sebagai nelayan pariwisata atau sebagai pariwisata bekas nelayan. Sedangkan latar belakang sosial, ekonomi dan kultural nelayan dalam memasuki usaha sebagai nelayan juga berpengaruh terhadap perubahan matapencaharian RT nelayan. Mereka yang memasuki usaha sebagai nelayan dengan alasan kultural cenderung tidak mengalami perubahan matapencaharian daripada mereka yang memasuki usaha nelayan karena alasan sosial dan ekonomi. Perubahan matapencaharian yang terjadi akibat berkembangnya kepariwisataan pantai dari usaha sebagai nelayan ke usaha pariwisata sudah cukup banyak terjadi, yaitu sebagian besar (59,1%) telah meninggalkan usahanya sebagai nelayan (pariwisata bekas nelayan) dan hanya sedikit (40,9%) yang masih mempertahankan usahanya sebagai nelayan (nelayan pariwisata). Berdasarkan klasifikasi peru bah an matapencaharian yang te~adi, ditemukan faktor umur nelayan tidak berpengaruh terhadap perubahan matapencaharian tersebut dimana hampir semua nelayan ada dalam umur muda (15-59 tahun). Pada rumah tangga yang digolongkan ke dalam RT nelayan yang tidak berubah matapencahariannya (RT nelayan tetap/penuh), meskipun kepala rumah tangga tidak mempunyai usaha di sektor pariwisata, tetapi hampir sebagian besar dari anggota rumah tangga yang lainnya (isteri dan anak) pada rumah tangga tersebut terlibat dalam usaha pariwisata. Keterlibatan isteri dan anak dalam usaha pariwisata ini terdapat pula pada RT nelayan yang lain, dimana keterlibatan mereka semakin berubah ke pariwisata semakin besar. Perubahan matapencaharian yang terjadi dalam RT nelayan berdasarkan umur anak ditemukan berhubungan positif dengan ketersediaan tenaga kerja anak dalam rumah tangga mereka, yaitu semakin besarnya jumlah anak usia (10 tahun ke atas) . Usaha pariwisata yang dimasuki berdasarkan perubahan matapencaharian yang terjadi adalah semakin berubah ke pariwisata semakin banyak usaha yang ditangani. Sedangkan bila dilihat berdasarkan tipe pengusahaannya (usaha hanan atau usaha hari-hari tertentu), makin berubah ke pariwisata makin mengarah pad a tipe pengusahaan yang dilakukan pada hari-hari tertentu (hari libur atau hari raya). Pada RT nelayan tetap, 58,8% RT mengusahakan usaha harian dan 41,2% RT yang mengusahakan pada hari-hari tertentu; pad a RT nelayan yang mengalami perubahan matapencaharian 45,0% RT nelayan tersebut mengusahakannya secara harian yang sebagian besar diusahakan oleh RT panwisata bekas nelayan (51,7%) dan 55,0% RT nelayan mengusahakannya pad a han-han tertentu yang sebagian besar (68,8%) diusahakan oleh RT nelayan panwisata. Adanya perbedaan karakteristik nelayan, latar belakang sosial, ekonomi dan kultural serta perubahan matapencaharian yang terjadi di atas, maka strategi matapencaharian yang dilakukan oleh masing-masing RT nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mereka juga berbeda. Hal yang sama dalam strategi terse but adalah adanya pengerahan tenaga rumah tangga yang tinggi, terutama isteri. Strategi matapencaharian yang dilakukan oleh RT nelayan tetap/penuh sehubungan dengan adanya kegiatan kepanwisataan pantai adalah pengerahan tenaga kerja isteri dan anak perempuan ditemukan tinggi sedangkan pengerahan tenaga suami dan anak laki-Iaki dalam usaha pariwisata rendah. Berbeda dengan strategi matapencaharian yang dilakukan oleh RT nelayan pariwisata, pengerahan tenaga suami, isteri dan anak laki-Iaki ditemukan tinggi dan pengerahan tenaga anak perempuan ditemukan rendah. Sedangkan strategi matapencaharian yang dilakukan oleh RT pariwisata bekas nelayan adalah tinggi baik dalam pengerahan tenaga suami, isteri maupun anak (anak laki-Iaki dan anak perempuan). Dari penjelasan di atas, nampak bahwa makin berubah matapencaharian RT nelayan ke pariwisata, makin tinggi pengerahan tenaga wan ita dan juga pengerahan tenaga anak dalam usaha pariwisata. Selain strategi dalam kegiatan produktif, dilakukan pula strategi dalam kegiatan reproduktif yang berbentuk substitusi kerja reproduktif oleh anggota rumah tangga. Kegiatan reproduktif yang dilakukan oleh suami dan anak laki-Iaki pada RT nelayan tetap/penuh ditemukan rendah sedangkan kegiatan reproduktif anak perempuan tinggi. Hal yang sebaliknya ditemukan dalam RT nelayan pariwisata yaitu pengerahan tenaga suami dan anak laki-Iaki dalam kegiatan reproduktif tinggi sedangkan kegiatan anak perempuan dalam RT nelayan ini rendah. Dalam RT pariwisata bekas nelayan ditemukan suami, anak laki-Iaki dan anak perempuan tinggi dalam melakukan kegiatan reproduktif. Strategi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh RT nelayan, ditemukan bahwa semakin berubah matapencaharian yang dilakukan RT nelayan ke arah pariwisata, makin memberikan kesempatan pada individu anggota rumah tangga untuk menjadi pengambil keputusan.Alokasi pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama ditemukan pad a RT nelayan penuh sangat rendah sedangkan keputusan yang dilakukan sendiri oleh suami dan isteri adalah tinggi. Walaupun pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri oleh suami ditemukan masih sang at tinggi dan keputusan oleh isteri masih rendah, namun keputusan yang diambil secara bersama oleh suami dan isteri ditemukan tinggi dalam RT nelayan pariwisata. Pada RT pariwisata bekas nelayan ditemukan pengambilan keputusan baik yang dilakukan secara sendiri-sendiri oleh suami dan isteri maupun yang dilakukan secara bersama adalah sama-sama tinggi. ~", Strategi yang berbeda pad a masing-masing rumah tangga nelayan berakibat pad a peneapaian mobilitas sosial yang terjadi dalam masing-masing RT nelayan berbeda pula. Mobilitas sosial pad a RT nelayan tetap/penuh yang terjadi adalah mobilitas horisontal, sedangkan mobilitas sosial yang dialami oleh RT nelayan pariwisata dan RT pariwisata bekas nelayan ialah mobilitas social climbing. Dengan kata lain peningkatan taraf hidup yang dieapai oleh RT nelayan tetap/penuh yang terjadi relatif kecil sehingga status sosial dalam masyarakat relatif tidak berubah, sedangkan pada RT nelayan yang mengalami perubahan matapencaharian telah berhasil meningkatkan status sosial mereka. Peneapaian mobilitas sosial di atas dilihat dari keadaan bangunan rumah yaitu semakin ke pariwisata persentase rumah yang belum permanen semakin keeil, sedangkan status nelayan yaitu pada RT nelayan penuh sebagian besar adalah buruh nelayan/anak bagan, pada RT nelayan pariwisata sebagian besar telah memiliki perahu motor keeil dan perahu perahu motor besar, sedangkan pada pariwisata bekas nelayan (dulunya) sebagian besar punya bagan tanpa perahu motor dan sebagai buruh nelayan/anak bagan serta nelayan yang hanya memiliki perahu dayung. Berdasar mobilitas sosial yang dialami oleh RT nelayan, maka strategi yang dianggap berhasil dan dapat meningkatkan taraf hidup RT nelayan yang paling optimal sehubungan masuknya kegiatan kepariwisataan pantai ialah strategi pembagian kerja dan strategi pengambilan keputusan yang dilakukan semakin luwes. Artinya pembagian kerja semakin terbagi dan pengambilan keputusan semakin merata diantara anggota-anggota rumah tangga (individu) baik bagi pria maupun wanita, selama masih mampu bekerja.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleMobilitas Sosial Nelayan 01 Oaerah Pariwisata Pantai (Strategi Rumah Tangga Nelayan terhadap Upaya Peningkatan Taraf Hidup di Oesa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record