Show simple item record

dc.contributor.authorNugraha, Heri Sapari
dc.date.accessioned2010-05-15T08:07:17Z
dc.date.available2010-05-15T08:07:17Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21894
dc.description.abstractSalah satu jenis agroindustri yang ada di Indonesia adalah agroindustri yang mengolah getah pinus menjadi gondorukem. Agroindustri gondorukem menjadi penting mengingat gondorukem adalah bahan baku yang diperlukan industri lain sehingga pasokan gondorukem yang kontinyu ikut menjaga kelancaran aktivitas produksi industri-industri tersebut. Selain itu sebagai komoditi ekspor non migas, gondorukem ikut menyumbang devisa bagi negara. Agroindustri gondorukem juga erat kaitannya dengan kehidupan para petani penyadap getah pinus disamping menyediakan lapangan kerja pada sektor pengolahan. Mengingat peran agroindustri gondorukem yang strategis tersebut, menj adi sangat vital bagi PT. Maruha Karya Sari sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam agroindustri gondorukem untuk tetap menjaga kestabilan dan kesinambungan aktivitas usahanya. Menyongsong abad ke-21 dimana tingkat persaingan usaha yang semakin tinggi, perusahaan yang dikelola secara efisienlah yang dapat bertahan. Upaya efisiensi ini dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan penghematan biaya. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat sampai sejauh mana tingkat efisiensi perusahaan dilihat dari anal isis nilai tambah pengolahan, anal isis titik impas dan kemampulabaan perusahaan. Selain itu turut dianalisis pula struktur biaya yang terjadi pada perusahaan selama proses produksi berlangsung. Penelitian ini dilakukan pada PT. Maruha Karya Sari yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat dan berlangsung selama Bulan JanuariPebruari 1998. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan baik pimpinan, staf maupun karyawan yang mengetahui jalannya perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan dari bahan-bahan pustaka ataupun literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Metode analisis yang dipakai untuk mengetahui besamya nilai tambah pengolahan yang dihasilkan adalah metode Hayami. Posisi perusahaan untuk mencapai titik impas dianalisis dengan menggunakan metode persamaan. Sedangkan untuk mengetahui kemampulabaan perusahaan dilakukan penghitungan besamya nilai MOS (Margin Of Safety) dan nilai MIR (Marginal Income Ratio) perusahaan. Dari hasil analisis biaya terlihat bahwa terjadi penurunan yang cukup besar pada biaya total perusahaan yaitu sebesar 18,65 persen. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya biaya variabel total sebesar 20,57 persen sebagai akibat langsung dari turunnya jumlah bahan baku yang diolah. Pada sisi lain biaya variabel merupakan komponen terbesar penyumbang biaya total dengan proporsi rata-rata 86,7 persen. Penurunan biaya tetap turut berperan pula dalam penurunan biaya total walaupun tidak sebesar pengaruh penurunan biaya variabel. Disamping penurunannya hanya sebesar 4,93 persen, proporsi rata-rata biaya tetap terhadap biaya total hanyalah sebesar 13,33 persen. Dari hasil analisis nilai tambah terlihat bahwa tambahan nilai yang didapat dari pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dipengaruhi banyak faktor. Faktor pertama adalah nilai produk yang merupakan hasil perkalian antara faktor konversi atau rendemen dengan harga gondorukem. Dengan asumsi harga gondorukem yang tetap, rendemen akan berpengaruh terhadap besamya nilai tambah. Kenaikan nilai tambah yang terjadi pada PT. Maruha Karya Sari temyata dipicu oleh kenaikan harga provenue gondorukem bukan karena meningkatnya nilai rendemen pengolahan. Faktor kedua yang turut mempengaruhi besamya nilai tambah adalah harga bahan baku. Harga bahan baku dalam hal ini adalah harga getah pinus yang besamya ditentukan oleh Perum Perhutani Unit III J awa Barat sebagai pemasok tunggal kebutuhan bahan baku perusahaan. Akibatnya kenaikan yang terjadi pada harga bahan baku merupakan faktor non teknis yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. F aktor ketiga yang turut berpengaruh terhadap besamya nilai tambah adalah besamya nilai sumbangan input lain. Berdasarkan hasil analisis, teljadi penurunan besamya total sumbangan input lain, tetapi karena teljadi penurunan yang lebih besar pada jumlah bahan baku yang diolah, besamya sumbangan input lain untuk setiap kilogram getah pinus yang diolah men gal ami peningkatan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besamya titik impas adalah harga provenue gQndorukem, pendapatan terpentin sebagai produk sampingan, biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata. Pengaruh rendemen atau produktivitas produksi adalah melalui biaya variabel rata-rata. Dengan asumsi cateris paribus, rendemen yang meningkat mengahasilkan biaya variabel rata-rata yang semakin kecil sehingga akan didapatkan titik impas yang semakin kecil pula. Dari hasil analisis diketahui bahwa penurunan titik impas yang terjadi pada perusahaan disebabkan oleh meningkatnya harga provenue gondorukem dan pendapatan terpentin serta menurunnya biaya tetap total tetapi bukan karena meningkatnya nilai rendemen pengolahan. Dari analisis kemampulabaan diketahui bahwa besamya nilai MOS dan MIR perusahaan dipengaruhi pula oleh besamya rendemen atau produktivitas produksi perusahaan. Pengaruh nilai rendemen terhadap nilai MOS adalah melalui titik impas. Nilai rendemen yang meningkat menghasilkan titik impas yang menurun. Dengan titik impas yang semakin rendah berarti selisih antara titik impas dengan produksi atau penjualan aktual semakin besar. Pada gilirannya, nilai MOS yang dihasilkan akan semakin besar pula. Dari hasil analisis, nilai MOS perusahaan yang mengalami penurunan temyata disebabkan oleh menurunnya pendapatan sementara besamya nilai rendemen tidak berubah. Pengaruh rendemen pengolahan terhadap nilai MIR adalah melalui pendapatan gondorukem. Dengan nilai rendemen yang meningkat berarti lebih banyak gondornkem yang dihasilkan dari setiap satu satuan getah pinus. Akibatnya lebih besar pendapatan gondorukem yang diperoleh perusahaan. Dari hasil analisis diketahui bahwa terjadi penurunan nilai MIR perusahaan. Penurunan nilai MIR ini temyata juga disebabkan oleh menurunnya pendapatan karena jumlah penjualan aktual yang menurun tetapi bukan karena menurunnya nilai rendemen. Nilai rendemen pengolahan atau produktivitas produksi perusahaan tidak berubah. Dari hasil keseluruhan analisis diketahui bahwa kinerja PT. Maruha Karya Sari selama peri ode 1996-1997 temyata tidak mengalarni perbaikan yang berarti. Hal ini terlihat dari hasil analisis pertumbuhan untuk masing-masing alat analisis. Hanya hasil dari analisis titik impas yang menunjukkan perbaikan kinerja perusahaan yaitu adanya efisiensi dalam pengeluaran biaya tetap total. Sedangkan untuk hasil analisis pertumbuhan nilai tambah, MIR dan MOS, tidak menunjukkan adanya perbaikan kinerja perusahaan.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis nilai tambah pengolahan dan kemampulabaan kegiatan produksi gondorukem di PT. Maruba Karya Sari, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Baratid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record