Strategi Hidup Kaum Urban Pedagang Bakso di kotamadya Bogor
Abstract
Penelitian ini mengkaji strategi hidup kaum urban, kelompok masyarakat yang seringkali dianggap sebagai penyebab masalah-masalah perkotaan. Strategi hidup ini meneakup tiga hal yaitu alasan urbanisasi, penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru dan survival ekonomi di perkotaan. Kebanyakan kaum urban pindah ke perkotaan dengan alasan ekonomis, demikian pula pedagang bakso. Mereka menganggap bahwa kehidupan di kota, terutama berkaitan dengan pekeIjaan, jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan kehidupan di desa. Dengan demikian apabila ada peluang bagi untuk pindah ke perkotaan, antara lain karena ajakan ternan atau kerabat, maka desa ditinggalkan. Ada pula yang pergi ke kota bukan karena ajakan ternan, tetapi karena termotivasi untuk bekeIja derni pendapatan yang lebih tinggi. Dari semua kasus usia berpindab sangat muda (rata-rata 17 tabun), karena kelompok inilab yang merasa pendapatan di desa tidak memadai dan pekeIjaan di desa tidak sesuai. Pertamakali pindab ke kota strategi yang diterapkan adalah strategi bertaban hidup. Setelab beberapa tahun dan mampu mencapai tingkat pendapatan yang lebih baik, hasilnya ditabung dan sebagian besar diinvestasikan kembali ke desa asal; hal mana (meminjam istilah White, 1990) rnerupakan strategi akumulasi. Keuletan dan keIja keras kaum urban di perkotaan dan hidup dengan fasilitas (rumah) seadanya merupakan eiri kaum urban yang juga terdapat pada pedagang bakso. Proses penyesuaian diri kaum urban pedagang bakso dengan lingkungan perkotaan dieapai antara lain melalui tinggal bersama ternan sedaerab asal. PekeIjaan dan ternpat tinggal pertama diperoleh dari ternan sedesa atau saudara. Sebagian besar belajar berdagang bakso dari ternan yang rnembawa rnereka ke kota. Permasalahan antara majikan dan anak buah jarang teIjadi karena ada rasa hutang budi anak buah terhadap majikan. Andaikan kernudian anak buab merubab status rnenjadi rnajikan, mereka akan membuka lokasi usaha jauh dari bekas majikan, atau dengan mengubah jenis dagangannya agar tidak menjadi saingan. Keluarga adalah aset bagi kaum urban pedagang bakso, dimana tenaga kerja ke1uarga digunakan dalam mengembangkan usaha di kota. Ketika mereka berkeluarga, strategi hidup kaum urban pedagang bakso turut berubah antara lain dengan perubahan status dari anak buah ke majikan, dari berdagang keliling ke menetap, dan memperluas skala usaha. Terjadi perubahan pandangan tentang kehidupan di kota dari kaum urban pedagang bakso; hal yang terlihat dengan pilihan menyekolahkan anak di desa. Membenarkan pendapat Hugo (1978), meskipun orientasi kaum urban ke kota untuk mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi, sulit bagi mereka untuk berubah dari pekerjaan di sektor informal ke pekerjaan di sektor formal. Pada masa depan sebagian besar kaum urban pedagang bakso memilih bertahan pada pekerjaan sekarang, hal mana merupakan strategi survival ekonomi.