Show simple item record

dc.contributor.authorRustandi, Erwin
dc.date.accessioned2010-05-14T15:09:09Z
dc.date.available2010-05-14T15:09:09Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21822
dc.description.abstractBagi Indonesia secara politis maupun ekonomis, usaha industri kecil yang berjumlah 34,46 juta (BPS, 1994) memiliki peranan yang strategis. Secara politis industri kecil berperan daam pemerataan ekonomi masyarakat serta mampu menjadi katup pengaman bagi masalah pengangguran. Hal ini dapat dilihat dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan dimana sektor industri kecil dengan 2,1 juta unit usaha mampu menyerap lebih dari 7 ,6 juta orang tenaga kerja. Sementara menurut Dipta (1996), dari total tenaga kerja yang ada 84 persen bekerja di sektor industri kecil. Secara ekonomis peranannya terhadap total ekspor non migas terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 1983 sumbangannya terhadap sektor non migas sebesar 136,8 juta dolar AS dan meningkat 146,7 persen pada tahun 1991 menjadi 1660,3 juta dolar AS (David, 1995). Selain itu menurut catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1997), nilai ekspor industri kecil pada periode Januari sampai September 1996 mengalami peningkatan sebesar 21,26 persen dibanding periode yang sama pada tahun 1995. Selama periode tersebut total produk industri kecil mencapai 1,84 miliar dolar AS atau sebesar 13,5 persen terhadap total produk nasional. Selain peranannya secara politis dan ekonomis, dalam kondisi krisis ekonomi seperti saat ini, industri kecil menunjukkan tingkat kemandirian yang lebih besar daripada usaha besar yang sangat tergantung pada fasilitas moneter. Oleh karena itu lebih banyak usaha industri kecil yang mampu bertahan dibandingkan dengan usaha skala besar. Disamping itu terdepresiasinya rupiah terhadap dolar AS memberikan dampak positif terhadap produk ekspor industri kecil dengan meningkatnya pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan kondisi di atas, pemerintah berupaya untuk mengembangkan usaha industri kecil mengingat peranannya yang cukup potensial untuk meningkatkan ekspor nasional, khususnya sektor non migas. Selain itu pula, hal tersebut dimaksudkan pula untuk mempersiapkan pengusaha kecil yang mampu bersaing dalam perdagangan global di masa yang akan datang, karena kecenderungan tuntutan pasar global yang mengharuskan pengusaha kecil untuk mampu memproduksi barang yang berkualitas dengan harga yang kompetitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi ekspor industri kecil dan sebuah rumusan strategi alternatif pengembangan usaha untuk peningkatan ekspor industri keci!. Dari lima variabel yang diduga mempengaruhi ekspor industri konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) yakni tingkat pendidikan, modal, pengalaman, jumlah tenaga kerja, dan jumlah pengawas mutu, terdapat empat variabel yang berpengaruh secara nyata dan satu variabel yang tidak berpengaruh nyata. Faktor modal, tenaga kerja, pengalaman ekspor, dan kualitas produk berpengaruh secara nyata terhadap ekspor produk, sedangkan tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap ekspor. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata karena tingkat pendidikan yang diukur dalam penelitian adalah tingkat pendidikan formal yakni sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini tidak secara langsung mempengaruhi ekspor karena pendidikan yang secara langsung mempengaruhi ekspor adalah pendidikan yang berupa kursus ekspor-impor yang mendidik dan melatih. para pengusaha tentang prosedur atau tata cara dalam perdagangan internasional, cara melakukan promosi dagang yang efektif, pencarian pembeli dari luar negeri, teknik produksi yang efisien, dan sebagainya. Modal memberikan pengaruh yang nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan koefisien regresi sebesar 57. Hal ini berarti apabila pengusaha meningkatkan modalnya sebesar satu juta rupiah, maka nilai ekspor produknya akan meningkat sebanyak 57 dolar AS setiap bulannya, dengan asumsi pengaruh faktor lain konstan. Dengan asumsi yang sarna, interpretasi tersebut juga dapat diterapkan untuk faktor jumlah tenaga kerja, pengalaman ekspor, dan jumlah pengawas mutu yang memliki koefisien masing-masing 392, 3046, dan 1043. Untuk merumuskan strategi alternatif pengembangan usaha dilakukan dengan analisis SWOT terhadap faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh industri konveksi PIK. Kekuatan yang dimiliki antara lain kualitas produk yang dipercaya oleh konsumen, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pesanan serta hubungan yang cukup baik antara perusahaan sejenis. Sedangkan faktor kelemahan yang ada diantaranya adalah keterbatasan tempat untuk melakukan usaha, ketergantungan yang tinggi kepada agen dalam melakukan pemasaran, serta perputaran karyawan yang cukup tinggi. Disamping itu diidentifikasi pula faktor peluang diantaranya adalah pangsa pasar yang selalu terbuka, banyaknya perusahaan besar yang terhenti produksinya, dan lokasi usaha yang strategis. Dan faktor yang manjadi ancaman antara lain terganggunya stabilitas politik dan ekonomi negara belakangan ini, adanya pesaing dari perusahaan besar, dan kenaikan harga bahan baku dan faktor produksi lainnya. Berdasarkan analisis SWOTdirumuskan empat strategi alternatif yakni strategi kekuatan-peluang (SO), kekuatan-ancaman (ST), kelemahan-peluang (WO), dan kelemahan-ancaman (WT). Dari hasil rumusan strategi tersebut diperoleh rumusan strategi pengembangan usaha yang terdiri dari dua bagian strategi yakni strategi untuk pengembangan perna saran dan strategi dalam pengembangan SDM. Strategi untuk pengembangan pemasaran antara lain terdiri dari mempertahankan citra baik yang berupa kualitas produk yang baik dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pesanan, mengikuti kegiatan promosi dagang baik nasional maupun internasional, mencari jalur distribusi baru untuk meningkatkan pangsa pasar, serta mengurangi marjin keuntungan yang ditetapkan untuk mengurangi tekanan kenaikan harga produk. Sedangkan strategi dalam pengembangan SDM dapat dilakukan antara lain melalui pengadaan atau mengikuti diklat yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan, mengikuti kegiatan penyuluhan dan konsultasi yang diselenggarakan oleh instansi terkait, serta dengan meminta saran dan pendapat atau melakukan studi banding kepada pengusaha yang dinilai telah berhasil dalam mengelola dan mengembangkan usahanya.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor usaha kecil (Kasus pada industri konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulo Gadung, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record