Show simple item record

dc.contributor.authorRabani, Burhanudin
dc.date.accessioned2010-05-14T09:19:04Z
dc.date.available2010-05-14T09:19:04Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21730
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan teknik toping terhadap produksi benih pisang (Musa paradisisca L.) yang berasal dari anakan dan kultur jaringan dan mempelajari konsentrasi zat pengatur tumbuh BA (6–benzil adenine) yang tepat digunakan dalam perbanyakan dengan teknik toping pada tanaman pisang. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Pasca Panen Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika dan di Kebun Pasir Kuda, Unit Kegiatan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika Bogor mulai Maret sampai Mei 2009. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pisang asal anakan (klon pisang tanduk dan pisang mas) dan benih pisang asal kultur jaringan (klon pisang ITC-1 dan ITC-2), serta larutan BA. Bahan lain yang digunakan adalah alkohol 70%, NaOH 0.1 N, aquades, arang sekam, dan pupuk kandang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, neraca analitik, pipet, gelas piala, pengaduk 100 ml, kertas saring, kamera digital, pisau cutter untuk, polibag ukuran 40 cm x 40 cm, polibag ukuran 20 cm x 20 cm, meteran/penggaris, sendok media tanam, batang besi, hand sprayer, dan paranet 75 % pada screen house. Penelitian ini melakukan dua percobaan. Percobaan pertama menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah klon benih pisang anakan yang terdiri dari klon pisang tanduk (B1) dan klon pisang mas (B2). Faktor kedua adalah konsentrasi BA yang terdiri dari tiga taraf, yaitu 0 ppm (P1), 25 ppm (P2), dan 50 ppm (P3), diulang sebanyak 3 kali. Percobaan kedua menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah klon benih pisang kultur jaringan yang terdiri dari klon pisang ITC-1 (A1) dan klon pisang ITC-2 (A2). Faktor kedua adalah konsentrasi BA yang terdiri dari tiga taraf, yaitu 0 ppm (P1), 25 ppm (P2), dan 50 ppm (P3), diulang sebanyak 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi teknik toping mampu menghasilkan tunas dan benih baru. Persentase jumlah tunas yang tumbuh menjadi benih pada pisang asal anakan klon pisang tanduk dengan perlakuan BA 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm secara berturut-turut adalah 50 %, 23.43 %, dan 50 %, pada pisang anakan klon pisang mas dengan perlakuan BA 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm secara berturut-turut adalah 76.66 %, 43.75 %, dan 60.71 %. Sedangkan pada pisang asal kultur jaringan klon pisang ITC-1 dengan perlakuan BA 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm secara berturut-turut adalah 100 %, 86.95 %, dan 100 %, pada pisang anakan klon pisang ITC-2 dengan perlakuan BA 0 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm secara berturut-turut adalah 89.13 %, 93.75 %, dan dan 97.14 %. Dari percobaan disimpulkan bahwa teknik toping dapat digunakan untuk memproduksi benih pisang yang berasal dari anakan maupun kultur jaringan. Perlakuan pemberian BA pada taraf konsentrasi 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm tidak meningkatkan hasil perbanyakan benih pisang dengan teknik toping pada jenis klon pisang yang berasal dari anakan maupun kultur jaringan. Jumlah benih pisang yang dihasilan melalui teknik toping adalah 1.15 benih per bonggol pisang tanduk, 1.2 benih per bonggol pisang mas, 1.78 benih per bonggol pisang ITC-1, dan 2.23 benih per bonggol pisang ITC-2.id
dc.publisherIPB(Bogor Agricultural University)
dc.titleAplikasi Teknik Toping Pada Perbanyakan Benih Pisang (musa paradisiaca l.) Dari Benih Anakan dan Kultur Jaringanid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record