Show simple item record

dc.contributor.authorMursito, Danan
dc.date.accessioned2010-05-14T04:27:53Z
dc.date.available2010-05-14T04:27:53Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/21535
dc.description.abstractBuah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan nilai tambah. Peranan pedagang pengecer sebagai lembaga pemasaran yang berhubung<1n langsllng dengan konsumen sangat menentukan keberhasilan pemasaran buah ll<1sinnal Dalarn menjalankan usahanya para pengecer menanggung risiko hel upa lmhtuasi penerimaan dalam penjualan buahnya. Besarnya fluktuasi itu lcrgalltllng dari bagaimana kombinasi buah yang dipasarkannya. Tujuan penelitian ini adalah pertama menganalisis gambaran LIilIU III ramal pemasaran buah lokal dan buah impor di Kotamadya Bogor. kcdua menganaiisis besarnya risiko penerimaan penjualan buah lokal dan buah impor, I,etiga menganalisis kombinasi optimal dari komoditi buah yang dipasarkall ci<1n Iu'clllpat menganalisis kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang buah 10k<11 eli mata pengecer. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Bogor, dengan mellggullak<11l data periode September-Desember 1996, periode September-Desember 1995 dan data Bulan Februari 1999. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sampel dalam penelitian ini adalah usaha eceran buah/pengecer yang menjllal bllah lokal dan buah impor dalam usahanya (berdiversifikasi). Besar sarnpel yang diteliti sebanyak 36 buah, terdiri atas 32 sampel rnewakili usaha eceran kecil dan" sam pel mewakili usaha eceran besar. Buah-buah yang dijual tersebut dikelompokkan menjadi delapan kelompok komoditi buah baik untuk pengecer kecil mallpun pengecer besar. Dasar pengelompokkan itu adalah persamaan sifat masing-masing buah dan atau perilaku biayanya ... Pada pemasaran buah oleh pengecer kecil tingkat risiko aktllal rata-rat'l per minggu Bulan Februari 1999 adalah sebesar Rp 195,148 dengan total penerimaan sebesar Rp 8,502,500. Apabila pengecer kecil melakukan alokasi modal optimal. tingkat risiko ini dapat ditekan sebesar Rp 8,718 atau sebesar 4.47 persen setiap mmggunya. Sedangkan tingkat penerimaan menjadi Rp 8,494,740 atau hanya menurun 0.10 persen. Pada pemasaran buah oleh pengecer besar tingkat risiko aktual rata-rata per minggu Bulan Februari 1999 adalah sebesar Rp 410,110 dengan lOlal penerimaan sebesar Rp 31,835,000. Apabila pengecer besar melakukan alokasi modal pembelian optimal, tingkat risiko ini dapat ditekan sebesar Rp 5:1,915 atau sebesar 13 .15 persen setiap minggunya. Sedangkan tingkat penerimaan menjadi Rp 32,152,965 atau meningkat 0.99 persen. Alokasi modal pembelian optimal dari buah-buah yang dipasarkan oleh pengecer kecil adalah sebagai berikut : untuk kelompok komoditi apel impor sebesar 13.02 persen, untuk kelompok komoditi jeruk impor sebesar 8.98 per-sen, untuk kelompok komoditi buah imp or lain sebesar 16.65 persen, untllk kelompok komoditi jeruk lokal sebesar 11.50 persen, untuk kelompok komoditi mangga sebesar 15.23 persen, lIntlik kelompok komoditi apel lokal sebesar 10.48 persen. lIllIuk kelOlnpok komoditi bllah lokal (1) sebesar 11.35 persen dan untllk kelompok kOl11oditi buah lokal (2) sebesar 12.33 persen dari seluruh modal pembelian periode tersebllt. JlImlah modal pembelian pengecer kecil pada periode Februari I ()99 adalah sebesar Rp 6,545,000. Alokasi modal pembelian optimal dari buah-buah yang dipasarkan oleh pengecer besar adalah sebagai berikut : untuk kelompok komoditi apel impor sebesar 13.47 persen, untuk kelompok komoditi jeruk impor sebesar 12.76 persen, untuk kelompok komoditi anggur impor sebesar 1l.71 persen, untuk kelompok komoditi buah imp or lain sebesar 8.55 persen, untuk kelompok komoditi jeruk lokal sebesar 14.11 persen, untuk kelompok komoditi mangga sebesar 16.48 persen, untllk kelompok komoditi apel lokal sebesar 10.02 persen, dan untuk kelompok komoditi buah lokallain sebesar 14.80 persen dari seluruh modal pembelian periode lersebut. Jumlah modal pembelian pengecer kecil pada periode Februari 1999 adalah sebesar Rp 23,416,250. Kelebihan buah lokal di mata pengecer adalah : pertama karena merupakan kombinasi terbaik (mangga dan apel lokal bagi pengecer kecil); kedua sebagai penyangga penurunan penerimaan (mangga bagi pengecer kecil, sel1a buah lokal lain bagi pengecer besar); ketiga karena memiliki gross margin yang tinggi (huah lokal I dan 2 bagi pengecer kecil, serta seluruh buah lokal bagi pengecer besar), l<eempat karena memiliki daya serap pasar yang tinggi (mangga pada pengecer kecil). Kekurangan buah lokal di mata pengecer adalah : pertama karena merllpakan kombinasi terburuk (buah lokal 1 dan 2 bagi pengecer kecil, serta apel lokal dan buah lokal lain bagi pengecer besar); kedua memiliki risiko sistematis tel1inggi (mangga bagi pengecer kecil); ketiga karena penggunaan biaya pemasaran tinggi (bagi pengecer kecil dan besar) dan keempat karena daya serap pasar yang rendah (apel lokal bagi pengecer kecil dan besar). Peluang yang dapat dimanfaatkan buah lokal adalah : pertama ada keharusan bagi pengecer kecil untuk tetap menjual buah lokal , sebab menjual buah impor saja sangat berisiko; kedua ada peningkatan permintaan bila dilakllkan alokasi modal optimum (apel lokal dari pengecer kecil serta jeruk lokal, mangga, apel lokal dan buah lokal lain dari pengecer besar); ketiga ada peningkatan permintaan apabila dilakukan spesialisasi pemasaran (apel lokal dari pengecer kecil dan besar serta j eruk lokal dari pengecer besar). Ancaman bagi buah lokal adalah : pertama ada kecenderungan pengecer besar menyusun kombinasi buah yang dijualnya secara tidak efisien, khusllsnya untuk buah imp or lain; kedua ada peningkatan permintaan buah impor bila dilakukan alokasi modal optimum (buah impor lain dari pengecer kecil serta anggur impor dari pengecer besar); ketiga ada peningkatan permintaan apabila dilakukan spesialisasi pemasaran (buah impor lain dari pengecer keci); keempat penggunaan biaya pemasaran buah impor relatiflebih rendah; kelima daya serap pasar lIntuk apel impor tinggi (tertinggi pada pengecer besar dan tertinggi kedua pada pengecer kecil). Kepada pembuat kebijakanlpemerintah penulis memberi masukan sebagai berikut: pertama menyederhanakan rantai pemasaran buah lokal, misalnya dengan membentuk pasar lelang komoditi buah-buahan atau memperluas/memperbaiki sarana pasar induk yang telah ada, kedua memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan meniadakanlmencegah pungutan-pungutan kepada pengecer keci!. Hal ini penting dilakukan sebab pengecer kecil merupakan basis pemasaran buah lokal. Dengan melakukan itu semua, biaya-biaya pemasaran lain yang dikeluarkan pengecer kecil akan berkurang, dan konsumen dapat dengan nyaman membeli buah lokal.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis Risiko Pada Usaha Pemasaran Buah Lokal dan Buah Impor di Tingkat Pengecer Kotamadya Bogor (Aplikasi Model Portofolio Indeks Tunggal)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record