| dc.description.abstract | Masalah jender oleh kaum feminis digunakan dalam menganalisis masalah sosial dan nierekontruksi sosial budaya sebuali masyarakat. Budaya patriarki dianggap telali menciptakan do~ninaslia ki-laki atas perempuan yang melahirkan bias jender (Handayani dan Sugiarti, 2001). Salah satu pemikir teoritis feminis awal, Jhon Stuart Mill dalam bukunya The Subjection Woman (1 869) tnengkritik pekerjaan perempuan di sektor domestik sebagai pekerjaan irasional, emosional dan tiranis (Megawangi, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi remaja terhadap peran jender dalam kehidupan rumah tangga dan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi persepsi tersebut. Hasil analisis CHAID menunjukkan bahwa faktor yang paling signifikan mempengaruhi peubah respon adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, kegiatan terbanyak, dan provinsi. Sedangkan status perkawinan dan asal daerah tidak muncul sebagai faktor yang signifikan. Remaja yang setuju terhadap peran jender dalam kehidupan mmah tangga sebanyak 6382 orang (79%) dan 1696 orang (21%) tidak setuju. Persentase responden perempuan yang setuju terhadap peran jender lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu 85,36% sedangkan laki-laki 72,80%. Peubah jenis kelamin membagi responden ke dalam dua kelompok, yaitu laki-laki dan perempuan. Interaksi antara peubah jenis kelamin dengall-peubah tingkat pendidikan menghasilkan konsekuetisi tidak bisa disamakan interpretasi antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Baik pada laki-laki maupun perempuan dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka persentase yang setuju terhadap peran jender semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk atau merubah persepsi remaja terhadap peran jender. | id |
