Analisis Produksi dan Usaha Pembesaran Ikan Lele dengan Pola Kemitraan di CV Vatra Mandiri Agro
Abstract
Permintaan ikan lele di Jakarta mencapai 840 ton per bulan dan terdapat asosiasi terkait komoditas ini yang anggotanya mencapai 3.000 orang. Meskipun demikian, harga ikan lele relatif stabil sementara itu biaya produksi terus meningkat, terutama kenaikan harga pakan dari Rp9.000/kg (2020) menjadi Rp13.000/kg (2023). Kondisi ini berdampak pada resiko keuntungan pembudidaya yang semakin berkurang, terutama pada skala kecil. Salah satu upaya meminimalkan risiko adalah melalui pola kemitraan antara pembudidaya (plasma) dan perusahaan (inti). CV Vatra Mandiri Agro telah menerapkan kemitraan inti-plasma sejak 2007 dan menjadi inti dalam kemitraannya dengan dua tipe plasma, yaitu Plasma Dalam dan Plasma Luar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja produksi dan usaha pembesaran ikan lele pada kedua tipe plasma tersebut.
Tipe plasma yang dimiliki CV Vatra mandiri Agro dibedakan berdasarkan kepemilikan kolamnya. Plasma Dalam melakukan budidaya menggunakan kolam perusahaan sedangkan Plasma Luar melakukan budidaya menggunakan kolam masing-masing plasma.. Penelitian ini dilakukan pada Juni 2024 sampai dengan September 2024 di CV Vatra Mandiri Agro. Penelitian ini menggunakan desain ex post facto dengan metode studi kasus, yang tidak melibatkan manipulasi variabel bebas atau variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tipe plasma (Plasma Dalam dan Plasma Luar). Variabel dependen meliputi parameter kinerja produksi (bobot akhir, biomassa, rasio konversi pakan (RKP), koefisien keragaman (KK), produktivitas) serta parameter kinerja usaha (penerimaan, biaya total, keuntungan, harga pokok produksi (HPP), revenue/cost ratio (R/C ratio), payback period (PP), dan break even point (BEP)). Jumlah kolam yang diamati dalam penelitian ini sebanyak 3 kolam Plasma Dalam dan 3 kolam Plasma Luar dengan sumber air yang sama, namun sistem pengelolaan air yang berbeda. Penggunaan kolam dilakukan dengan metode sensus karena jumlah kolam aktif pada Plasma Luar hanya tiga, sehingga seluruh unit populasi dapat diamati.
Benih ikan lele yang ditebar berbobot rata-rata 3,39±0,36 g/ekor dengan padat tebar 256,48 ekor/m3 (63,20±0,05 kg/kolam) pada Plasma Dalam, sedangkan pada Plasma Luar 242,60 ekor/m3 (67,87±0,04 kg/kolam). Pembesaran dilakukan selama 90 hari pada Plasma Dalam dan 60 hari pada Plasma Luar, perbedaan ini dikarenakan terbatasnya ketersediaan air pada Plasma Dalam. Ikan lele diberi pakan komersial berupa pelet dengan kandungan protein 34% secara at satiation. Pakan diberikan secara manual sebanyak dua kali sehari (pukul 08.00 dan 16.00). Sebelum kolam digunakan terlebih dahulu ditaburi garam (NaCl) dan kapur dolomit (CaMg(CO3)2) masing-masing 10 kg/kolam. Pergantian air dilakukan sebanyak 50% per 14 hari pada Plasma Dalam dan 70% pada Plasma Luar.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata bobot akhir sebesar 143,24±15,53 g pada Plasma Dalam dan sebesar 151,56±21,43 g pada Plasma Luar dengan ukuran panen sekitar 111–160 g/ekor atau setara dengan 6–9 ekor/kg. Biomassa pada akhir pemeliharaan pada Plasma Dalam sebesar 1557,67 kg dan pada Plasma Luar sebesar 1789,67 kg. Tingkat kelangsungan hidup (TKH), koefisien keragaman (KK), rasio konversi pakan (RKP), dan produksi (biomassa) per panen tidak berbeda nyata antar plasma (P>0,05). Rendahnya nilai TKH yaitu 66,94±4,82% pada Plasma Dalam dan 67,69±6,87% pada Plasma Luar berkaitan dengan tingginya tingkat kanibalisme yang diketahui berdasarkan hasil pengamatan langsung selama pemeliharaan, ditandai dengan ditemukannya ikan luka dan berkurangnya jumlah ikan tanpa adanya indikasi penyakit, akibat perbedaan ukuran yang tidak seragam serta tidak dilakukannya penyeragaman ukuran (grading).
Pada penelitian ini, input yang digunakan adalah benih ikan lele dan output yang dihasilkan adalah ikan lele ukuran konsumsi dalam satu luasan kolam. Nilai RKP pada Plasma Dalam sebesar 1,18±0,02% yang tidak berbeda nyata dari Plasma Luar sebesar 1,12±0,06%. Laju pertumbuhan ikan lele pada Plasma Luar lebih tinggi daripada Plasma Dalam, baik ditunjukkan oleh laju pertumbuhan mutlak maupun spesifik (P<0,05). LPM pada Plasma Luar dan Plasma Dalam masing-masing bernilai 2,47±0,09 g/hari dan 1,56±0,05 g/hari, sedangkan LPS bernilai 6,33±0,11% dan 4,24±0,10%. Dengan demikian, pencapaian ukuran panen ikan Plasma Luar lebih cepat daripada Plasma Dalam. Waktu pemeliharaan yang lebih pendek akan meningkatkan jumlah siklus produksi per tahun yang secara langsung meningkatkan produktivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pada Plasma Luar (130,74±20,25 kg.m-3.tahun-1) lebih tinggi 1,63 kali dibandingkan produktivitas Plasma Dalam (80,02±6,36 kg.m-3.tahun-1).
Total volume air yang diganti selama masa pemeliharaan pada Plasma Dalam adalah 233,94 m³ dengan debit rata-rata penggantian selama periode yaitu 1,81 L/menit, sedangkan Plasma Luar total volume air yang diganti 230,72 m³ dengan debit 2,67 L/menit. Parameter kualitas air meliputi suhu air kolam 24,4–30,5 °C, oksigen terlarut 3,5–7,7 mg/L, pH 6,0–8,0, amonia (NH3) 0,001–0,025 mg/L, nitrit 0,001–0,191 mg/L, dan nitrat 1,454–3,75 mg/L. Secara keseluruhan, kualitas air kolam pada kedua tipe plasma masih dalam rentang toleransi kelayakan bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele pada segmen pembesaran.
Total produksi Plasma Luar lebih tinggi dibanding Plasma Dalam karena memiliki lebih banyak siklus produksi per tahun, sehingga penerimaan dan keuntungan meningkat. BEP relatif sama karena harga jual keduanya setara, namun HPP Plasma Luar lebih rendah karena efisiensi penggunaan input. Payback period Plasma Luar (2,2 tahun) juga lebih cepat dibanding Plasma Dalam (4,4 tahun). Kedua usaha tetap layak dan menguntungkan dengan R/C > 1 (masing-masing 1,2 dan 1,3). Hasil penilaian menunjukkan bahwa manfaat kemitraan berada pada kategori sangat bermanfaat dengan skor teknis 26,97–27,67, ekonomi 27,92–28,00, dan sosial 29,77–30,00. Data kuesioner juga memperlihatkan konsistensi temuan tersebut, misalnya 67–100% plasma menyatakan pendampingan teknis, SOP, kualitas benih, serta sistem pembayaran panen sangat bermanfaat. Temuan ini menegaskan bahwa mayoritas plasma merasakan manfaat teknis, ekonomi, dan sosial dari program kemitraan. The demand for catfish in Jakarta reaches approximately 840 tons per month, and there is an association related to this commodity with around 3.000 members. Nevertheless, the price of catfish remains relatively stable despite increasing production costs, particularly the rise in feed prices from Rp9.000/kg in 2020 to Rp13.000/kg in 2023. This situation affects farmers’ profitability, especially for small-scale producers, making risk management essential. One approach to reducing production risks is through a core–plasma partnership between farmers (plasma) and the company (core). CV Vatra Mandiri Agro has implemented this partnership model since 2007 with two plasma types: Internal Plasma (company-owned ponds) and External Plasma (farmer-owned ponds). Therefore, this study was conducted to evaluate the production and economic performance of catfish grow-out under both plasma types.
The plasma types at CV Vatra Mandiri Agro are distinguished by pond ownership. Internal Plasma utilizes ponds owned by the company, whereas External Plasma uses ponds owned by individual farmers. This study aims to analyze the performance of the core–plasma partnership by assessing both Internal Plasma and External Plasma through an evaluation of production and economic performance. The research was conducted from June to September 2024 using an ex post facto design with a case study approach, which does not involve manipulation of the independent variable. The independent variable in this study is the plasma type (Internal Plasma and External Plasma), while the dependent variables include production performance parameters (final weight, biomass, feed coversion ratio, coefficient of variation, and productivity) and economic performance parameters (revenue, total cost, profit, cost of production, revenue/cost ratio, payback period, and break-even point). A total of six ponds were observed—three Internal Plasma ponds and three External Plasma ponds. Ponds were selected using a census method because the number of active ponds in External Plasma was only three, enabling all population units to be included.
Catfish fingerlings stocked in the ponds had an average weight of 3,39±0,36 g/fish, with stocking densities of 256,48 fish/m³ (63,20±0,05 kg/pond) in Internal Plasma and 242,60 fish/m³ (67,87±0,04 kg/pond) in External Plasma. The grow-out period lasted 90 days in Internal Plasma and 60 days in External Plasma due to limited water availability in Internal Plasma. Fish were fed commercial pellets containing 34% protein ad satiation. Feed was administered manually twice daily (08:00 and 16:00). Prior to stocking, ponds were treated with 10 kg of salt and 10 kg of dolomite per pond. Water exchange was conducted at 50% every 14 days in Internal Plasma and 70% in External Plasma.
The results showed that the average final weight was 143,24±15,53 g in Internal Plasma and 151,56±21,43 g in External Plasma, with a harvest size ranging from 111–160 g/fish (equivalent to 6–9 fish/kg). Final biomass reached 1557,67 kg in Internal Plasma and 1789,67 kg in External Plasma. Survival rate (SR), coefficient of variation (CV), feed conversion ratio (FCR), and biomass per cycle did not differ significantly between plasma types (P>0,05). The relatively low SR (66,94±4,82% in Internal Plasma and 67,69±6,87% in External Plasma) was attributed to cannibalism due to size variation and the absence of size grading.
In this study, the input consisted of catfish fingerlings, and the output was market-size fish produced per pond area. The FCR in Internal Plasma was 1,18±0,02, which did not differ significantly from External Plasma (1,12±0,06). Growth rates in External Plasma were higher than in Internal Plasma, as indicated by both absolute and specific growth rates (P<0,05). The absolute growth rates in External Plasma and Internal Plasma were 2,47±0,09 g/day and 1,56±0,05 g/day, respectively, while the specific growth rates were 6,33±0,11% and 4,24±0,10%, respectively. As a result, fish in External Plasma reached market size faster than those in Internal Plasma. A shorter culture period increases the number of production cycles per year, thereby improving productivity. The study showed that productivity in External Plasma (130,74±20,25 kg·m?³·year?¹) was 1,63 times higher than in Internal Plasma (80,02±6,36 kg·m?³·year?¹).
The total volume of water replaced during the culture period was 233,94 m³ in Internal Plasma, with an average discharge rate of 1,81 L/min, while External Plasma replaced 230,72 m³ with a discharge rate of 2,67 L/min. Water quality parameters included temperature (24,4–30,5 °C), dissolved oxygen (3,5–7,7 mg/L), pH (6,0–8,0), ammonia (0,001–0,025 mg/L), nitrite (0,001–0,191 mg/L), and nitrate (1,454–3,75 mg/L). Overall, water quality remained within acceptable ranges for maintaining survival and growth of catfish during the grow-out phase.
Total production in External Plasma was higher than in Internal Plasma because the shorter culture duration allowed more production cycles per year, increasing revenue and profit. The break-even point (BEP) was relatively similar because the selling price was identical for both plasma types, although the cost of production in External Plasma was lower due to greater input efficiency. The payback period in External Plasma (2,2 years) was also shorter than that in Internal Plasma (4,4 years). Both production systems remained feasible and profitable, with R/C ratios above 1 (1,2 and 1,3, respectively). The benefit assessment classified the partnership as highly beneficial, with technical scores of 26,97–27,67, economic scores of 27,92–28,00, and social scores of 29,77–30,00. Questionnaire results further supported these findings, showing that 67–100% of respondents considered technical assistance, SOP implementation, seed quality, and payment systems to be highly beneficial. These results indicate that most plasma farmers experienced significant technical, economic, and social benefits from the core–plasma partnership program.
Collections
- MT - Fisheries [3205]
