Hubungan Antara Struktur Komunitas Mangrove dan Biologi Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Lombok Timur
Date
2025Author
Prayoga, Bintang
Bengen, Dietriech Geoffrey
Nurjaya, I Wayan
Natih, Nyoman Metta N.
Metadata
Show full item recordAbstract
Ekosistem mangrove memiliki peran ekologis yang krusial dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir serta mendukung keberlanjutan populasi kepiting bakau (Scylla serrata). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara struktur komunitas mangrove dengan aspek biologi populasi kepiting bakau di wilayah Lombok Timur. Studi ini dilakukan pada tiga lokasi dengan karakteristik ekosistem yang berbeda, yaitu kawasan ekowisata yang relatif terjaga (Stasiun 1), kawasan dengan tingkat aktivitas manusia yang tinggi (Stasiun 2), serta kawasan yang mengalami degradasi akibat konversi lahan (Stasiun 3). Metode penelitian yang digunakan meliputi survei vegetasi mangrove dengan pendekatan transek garis dan kuadrat, pengukuran parameter lingkungan secara in-situ dan ex-situ, serta pengambilan sampel kepiting bakau menggunakan bubu lipat.
Analisis data dilakukan dengan menerapkan metode statistik yang relevan untuk memahami hubungan antara mangrove dan populasi kepiting. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk mengukur dominansi spesies mangrove, dengan hasil tertinggi pada Rhizophora mucronata (169,33) di Stasiun 1, Avicennia alba (110,19) di Stasiun 2, dan Sonneratia alba (181,07) di Stasiun 3. Indeks Morisita (Id) digunakan untuk mengidentifikasi pola distribusi kepiting, yang menunjukkan bahwa populasi kepiting di lokasi penelitian memiliki pola distribusi mengelompok. Selain itu, analisis Principal Component Analysis (PCA) dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik habitat mangrove yang berkontribusi terhadap kelimpahan kepiting bakau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Stasiun 1 memiliki kerapatan mangrove tertinggi, yaitu 1.233 individu/ha, sedangkan keanekaragaman spesies mangrove tertinggi ditemukan di Stasiun 2 dengan sembilan spesies yang teridentifikasi. Kelimpahan kepiting bakau tertinggi tercatat di Stasiun 3 dengan 42 individu/100m², diikuti oleh Stasiun 1 (28 individu/100m²) dan Stasiun 2 (21 individu/100m²). Mayoritas individu yang ditemukan adalah kepiting jantan (66%), dengan rasio jantan terhadap betina sebesar 2:1. Analisis distribusi ukuran menunjukkan bahwa kepiting dengan lebar karapas ukuran juvenil yang mendominasi di seluruh stasiun penelitian. Faktor kondisi relatif kepiting menunjukkan nilai rata-rata 1,05, yang mencerminkan kondisi pertumbuhan kepiting yang sehat dan lingkungan habitat yang masih mendukung perkembangan populasi.
Collections
- MT - Fisheries [3203]
