STATUS PERIKANAN DAN DAMPAK PENANGKAPAN KAKAP MERAH (Lutjanus erythropterus) YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, LAMONGAN, JAWA TIMUR
Date
2025Author
Putri, Adjeng Peni Listyanto
Taurusman, Am Azbas
Wahju, Ronny Irawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Kakap merah spesies Lutjanus erythropterus merupakan salah satu jenis
ikan demersal famili Lutjanidae yang memiliki nilai ekonomis penting sehingga
menjadi target tangkapan nelayan yang berbasis di PPN Brondong. Pemanfaatan
sumber daya kakap merah khususnya di Perairan Utara Jawa (WPPNRI 712) sudah
mencapai optimum cenderung over-exploited. Penelitian ini bertujuan untuk:
menganalisis karakteristik perikanan kakap merah (L. erythropterus); mengestimasi
tingkat pemanfaatan kakap merah; dan mengevaluasi dampak ekologis perikanan
kakap merah yang berbasis di PPN Brondong.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2024 di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong, Jawa Timur, dengan metode observasi, survei, dan
studi literatur untuk mendapatkan data dan informasi terkini sesuai dengan tujuan
penelitian. Metode survei dengan melakukan wawancara terhadap 120 responden
yang diperoleh melalui purposive sampling method untuk mengetahui informasi
unit penangkapan kakap merah. Sebanyak 2000 individu sampel kakap merah (L.
erythropterus) dari alat tangkap cantrang, jaring tarik berkantong, pancing ulur dan
rawai dasar diperoleh melalui metode stratified random sampling. Sementara itu
komposisi spesies, tingkat trofik dan fishing vulnerability dari keempat alat tangkap
tersebut dikumpulkan melalui data produksi PPN Brondong dan metadata fishbase.
Pengolahan data menggunakan perangkat lunak microsoft excel dan R-Studio
packages LB-SPR dan TropFishR. Analisis data ditujukan untuk mendeskripsikan
karakteristik perikanan kakap merah, status pemanfaatan kakap merah, dan dampak
ekologis perikanan kakap merah yang berbasis di PPN Brondong. Hasil penelitian
ini menunjukkan terdapat empat jenis alat tangkap yang digunakan nelayan yang
berbasis di PPN Brondong untuk menangkap kakap merah (L. erythropterus) yakni
cantrang, jaring tarik berkantong, pancing ulur dan rawai dasar. Beberapa alat
tangkap tersebut memiliki selektivitas yang berbeda sehingga frekuensi panjang
yang tertangkap juga beragam. Kakap merah (L. erythropterus) yang tertangkap
berukuran 13 – 45 cm. Daerah penangkapan kakap merah dari empat alat tangkap
hampir menyebar di seluruh Perairan Utara Jawa Timur sampai di sekitar Perairan
Kalimantan Selatan hingga mendekati Selat Makassar. Parameter biologi
pertumbuhan memiliki nilai L8 = 47,68 cm, K = 0,4 per tahun, M = 0,98 per tahun,
F = 1,46 per tahun, Z = 2,44 per tahun dan E = 0,6. Sehingga, nilai parameter SPR
diestimasi sebesar 22% atau menunjukkan bahwa status stok L. erythropterus yaitu
fully / moderate exploited. Tingkat trofik hasil tangkapan dari empat alat tangkap
didominasi oleh jenis ikan yang menempati tingkat trofik 3,7 sampai 4,0 atau TL4
yaitu jenis ikan predator tingkat menengah. Hal ini menunjukkan adanya tekanan
penangkapan yang tinggi dan tumpang tindih dari berbagai alat tangkap terhadap
spesies dalam ekosistem. Kondisi ini berpotensi memicu penurunan stok predator
tingkat menengah, yang pada gilirannya dapat mendorong pergeseran target
penangkapan menuju spesies bertingkat trofik lebih rendah sesuai pola fishing down
the food web. Kemudian, kerentanan intrinsik alat tangkap didapatkan yakni
cantrang sebesar 34,92; jaring tarik berkantong sebesar 36,71; pancing ulur sebesar
45,07 dan rawai dasar sebesar 48,90. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kerentanan alat tangkap dipengaruhi oleh selektivitas dan karakteristik biologi
spesies target. Pancing ulur dan rawai dasar memiliki kerentanan lebih tinggi karena
menangkap spesies bernilai ekonomi tinggi yang pertumbuhannya lambat dan
jumlah juvenile yang sedikit. Sementara itu, cantrang dan jaring tarik berkantong
memiliki kerentanan sedang karena hasil tangkapannya didominasi spesies yang
relatif tidak terlalu rentan terhadap eksploitasi. Meskipun demikian, semua alat
tangkap tetap berpotensi memberikan tekanan pada stok ikan sehingga memerlukan
pengelolaan yang bijak.
Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu dilakukan pengendalian untuk
semua alat tangkap karena berpotensi memberikan tekanan pada stok ikan dan perlu
dilakukan kajian lebih mendalam lagi terkait alat tangkap cantrang dan jaring tarik
berkantong karena seluruh ikan yang tertangkap alat ini berukuran belum layak
tangkap (juvenile). Selain itu, diperlukan pengelolaan yang lebih ketat untuk
mencegah penurunan populasi lebih lanjut (menjadi over-exploited) dan
memastikan keberlanjutan stok kakap merah.
Collections
- MT - Fisheries [3197]
