| dc.contributor.advisor | Fatchiya, Anna | |
| dc.contributor.advisor | Hapsari, Dwi Retno | |
| dc.contributor.author | Saniamosenai, Klaudia Molasiarani | |
| dc.date.accessioned | 2025-10-29T06:18:13Z | |
| dc.date.available | 2025-10-29T06:18:13Z | |
| dc.date.issued | 2025 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/171409 | |
| dc.description.abstract | Pengembangan desa wisata di Indonesia merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan desa wisata tidak lepas dari unsur kewirausahaan berbasis potensi dan kearifan lokal yang ada di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap kewirausahaan yang positif sehingga sumber daya manusia yang terlibat memiliki mental dalam mewujudkan kewirausahaan desa. Pemuda pun dinilai memiliki karakteristik tersebut sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menjaga keberlanjutan usaha desa wisata. Salah satu tantangan untuk mendorong pemuda terlibat dalam aktivitas kewirausahaan adalah tingginya tren migrasi yang terjadi di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pemuda, baik secara langsung maupun tidak langsung ikut mengamati bagaimana tren migrasi yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya menjadi salah satu upaya untuk mendapatkan uang. Hal ini semakin diperkuat dengan manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat di sekitar lingkungan pemuda. Cerita keberhasilan yang mereka dengar pun ikut memotivasi mereka untuk melakukan hal yang sama. Proses pembelajaran sosial dalam upaya menciptakan sikap positif terhadap kewirausahaan pada akhirnya menjadi sesuatu yang dinamis. Hal ini dikarenakan dalam melakukan tindakan kewirausahaan perlu didukung oleh kondisi internal pemuda yang mencakup mental dan karakter, serta dukungan dari lingkungan di sekitar mereka.
Uraian tersebut mengarahkan penelitian ini untuk dilakukan dengan tujuan untuk 1) menganalisis bagaimana sikap pemuda dalam pengelolaan usaha di desa wisata; 2) menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan, pembelajaran sosial, motivasi terhadap sikap pemuda dalam pengelolaan usaha di desa wisata;
3) menganalisis hubungan antara sikap pemuda dalam pengelolaan usaha di desa wisata dan tindakan berwirausaha; serta merumuskan rekomendasi terkait pengembangan sikap pemuda dalam pengelolaan usaha.
Analisis dalam penelitian ini berpedoman pada Teori Social Cognitive Learning (Bandura 1986). Teori ini memandang bahwa sikap merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor kognitif, lingkungan, dan pengalaman langsung maupun tidak langsung yang dialami individu. Oleh karena itu, hasil pembelajaran sosial yang dialami individu diduga ikut membentuk sikap pemuda dalam merespons peluang pengembangan usaha berbasis potensi desa wisata.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif, sehingga pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner dan wawancara. Populasi diambil dari data penduduk desa usia 17-45 tahun dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria 1) bekerja maupun menganggur; 2) menetap di desa; dan 3) belum berkeluarga.
Penelitian ini mengungkap bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang cenderung positif terhadap pengelolaan usaha di desa wisata, namun dimensi konatif sebagai salah satu aspek pembentuk sikap, masuk dalam kategori negatif. Selanjutnya, pembelajaran sosial yang dialami pemuda memiliki hubungan
vi
signifikan namun bersifat negatif. Hal ini dikarenakan faktor role model dalam pengelolaan usaha di desa belum cukup mampu memberikan penguatan bagi mereka untuk terlibat dalam pengelolaan desa wisata. Pemuda belum memiliki role model di desa yang relevan untuk ditiru. Di sisi lain, cerita keberhasilan dari masyarakat yang pulang dari merantau jauh lebih menunjukkan manfaat yang positif. Hasil analisis regresi juga menunjukkan faktor lain yang dapat ikut membentuk sikap pemuda dalam pengelolaan usaha di desa wisata, antara lain karakteristik wirausaha, dukungan lingkungan, dan motivasi.
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah desa untuk menciptakan iklim kewirausahaan melalui alokasi dana desa yang dapat digunakan untuk mengembangkan infrastruktur area wisata. Pemberian insentif kepada wirausaha muda pun dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah desa untuk mendorong keterlibatan orang muda. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji secara lebih spesifik aspek-aspek yang menghambat pemuda untuk mau memanfaatkan peluang usaha, baik dari segi ekonomi, politik, dan sosial budaya agar intervensi yang diberikan dapat lebih komprehensif. | |
| dc.description.abstract | Developing tourism villages in Indonesia is a government effort to enhance community welfare. The development of tourism villages is inseparable from entrepreneurial elements based on the potential and local wisdom of the area. Therefore, a positive entrepreneurial attitude is needed so that the involved human resources possess the mentality to realize village entrepreneurship. Youth are considered to have these characteristics and are thus expected to contribute to maintaining the sustainability of tourism village businesses. One of the challenges in encouraging youth involvement in entrepreneurial activities is the high migration trend occurring in East Flores Regency and Lembata Regency, East Nusa Tenggara Province.
Both directly and indirectly, youth observe how the migration trend carried out by their surroundings becomes a means to earn money. This is further reinforced by the benefits already felt by the people in the youth environment. The success stories they hear also motivate them to do the same. The process of social learning to create a positive attitude towards entrepreneurship ultimately becomes something dynamic. This is because entrepreneurial actions need to be supported by the internal condition of youth, encompassing mentality and character, and support from their surrounding environment.
This background directs the research to be conducted with the objectives to: 1) analyze youth attitudes towards business management in tourism villages; 2) analyze the influence of entrepreneurial characteristics, social learning, and motivation on youth attitudes towards business management in tourism villages;
3) analyze the relationship between youth attitudes towards business management in tourism villages and entrepreneurial actions; and 4) to formulate recommendations regarding the development of youth attitudes in business management.
The analysis in this study is guided by Social Cognitive Learning Theory (Bandura, 1986). This theory views attitude as the result of a complex interaction between cognitive factors, the environment, and an individual's direct and indirect experiences. Therefore, the outcomes of social learning experienced by individuals are suspected to shape youth attitudes in responding to opportunities for business development based on tourism village potential.
Qualitative data support this quantitative study; thus, data collection was carried out using questionnaires and interviews. The population was drawn from village resident data of individuals aged 17-45 years, and sampling was done using purposive sampling with the criteria: 1) employed or unemployed; 2) residing in the village; and 3) not yet married.
This study reveals that most respondents have a generally positive attitude towards tourism village business management; however, the conative dimension, as one of the formative aspects of attitude, falls into the negative category. Furthermore, the social learning experienced by youth has a significant but negative relationship. This is because the role model factor in village business
viii
management has not been sufficiently reinforced to encourage them to engage in tourism village business management.
Youth lack relevant role models in the village to emulate. On the other hand, success stories from community members returning from working elsewhere far more clearly demonstrate positive benefits. Regression analysis results indicate other factors that can shape youth attitudes towards business management in tourism villages, including entrepreneurial characteristics, environmental support, and motivation.
The results of this study provide recommendations for village governments to create an entrepreneurial climate through the allocation of village funds that can be used to develop tourism area infrastructure. Incentivizing young entrepreneurs can also be a consideration for village governments to encourage youth involvement. Future research is expected to examine the aspects that hinder youth from being willing to utilize business opportunities in terms of economic, political, and socio-cultural aspects, so that interventions can be more comprehensive. | |
| dc.description.sponsorship | Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) | |
| dc.language.iso | id | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Sikap Pemuda dalam Pengelolaan Desa Wisata di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata | id |
| dc.title.alternative | | |
| dc.type | Tesis | |
| dc.subject.keyword | Desa Wisata | id |
| dc.subject.keyword | pembangunan berkelanjutan | id |
| dc.subject.keyword | pemuda desa | id |
| dc.subject.keyword | Sikap | id |