DURASI PENGAYAAN Artemia sp. DENGAN SUPLEMEN MIX UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN DAN PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei
Abstract
FANGGI. Durasi pengayaan Artemia sp. dengan suplemen mix untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan udang vaname Litopenaeus vannamei. Dibimbing oleh SUKENDA dan SRI NURYATI.
Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu sektor strategis dalam industri akuakultur dunia, termasuk di Indonesia. Keunggulan spesies ini meliputi pertumbuhan yang cepat, ketahanan terhadap variasi salinitas, dan permintaan pasar yang tinggi. Namun, fase awal kehidupan udang, khususnya pada tahap benur, sangat rentan terhadap stres lingkungan, penyakit, dan kekurangan nutrisi esensial. Oleh karena itu, strategi peningkatan kualitas pakan awal menjadi kunci untuk meningkatkan performa budidaya. Salah satu pendekatan yang efektif adalah penggunaan pakan hidup Artemia sp. yang diperkaya dengan senyawa fungsional seperti EPA, DHA, astaxanthin, vitamin C, ekstrak daun daun akasia dan selenium.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi durasi optimal pengayaan artemia sebagai pakan hidup, dengan fokus pada durasi 4, 13, dan 22 jam. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik, tingkat kelangsungan hidup dan rasio konversi pakan), respons imun non-spesifik (total haemocyte count, aktivitas fagositosis, phenoloxidase, respiratory burst), aktivitas enzim pencernaan (amilase, protease, lipase), ekspresi gen imun proPO, dan kondisi histologis hepatopankreas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi pengayaan berdampak signifikan terhadap hampir seluruh parameter, dengan Pengayaan 13 dan 22 memberikan hasil terbaik secara konsisten. Pada parameter pertumbuhan, benur yang diberi artemia yang diperkaya selama 13 dan 22 jam menunjukkan peningkatan bobot akhir dan LPS yang signifikan dibandingkan perlakuan 4 jam dan kontrol. Efisiensi pakan juga lebih baik, tercermin dari nilai FCR yang lebih rendah, menandakan bahwa nutrisi dalam tubuh artemia telah dimaksimalkan melalui waktu pengayaan yang cukup panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa periode 13 hingga 22 jam memberikan waktu yang ideal bagi artemia untuk menyerap dan menstabilkan kandungan nutrien dan imunostimulan di dalam tubuhnya sebelum dikonsumsi oleh benur.
Peningkatan performa pertumbuhan ini juga sejalan dengan respons imun yang lebih baik. P13 dan P22 menghasilkan nilai THC yang lebih tinggi, menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel imun sirkulasi pada hemolim benur. Selain itu, aktivitas fagositosis, respiratory burst dan phenoloksidase yang lebih tinggi memperlihatkan bahwa benur memiliki kapasitas yang lebih baik dalam mengenali dan menghancurkan patogen. Hal ini menjadi sangat penting, mengingat infeksi oleh bakteri patogen seperti Vibrio sp. menjadi ancaman utama dalam budidaya udang intensif.
Peningkatan aktivitas enzim pencernaan seperti amilase, protease, dan lipase pada kelompok benur yang diberi artemia hasil pengayaan 13 dan 22 jam juga menunjukkan bahwa pakan tersebut dapat merangsang sistem pencernaan lebih efektif. Enzim-enzim ini berperan penting dalam pemecahan dan penyerapan nutrien, sehingga efisiensi metabolisme udang meningkat. Ketersediaan nutrisi yang optimal tidak hanya mempercepat pertumbuhan, tetapi juga mendukung aktivitas sel imun dan proses regenerasi jaringan.
Kondisi histologis hepatopankreas, organ vital dalam metabolisme dan sistem imun udang, juga menjadi indikator penting dalam studi ini. Pada kelompok 13 dan 22 jam, jaringan hepatopankreas menunjukkan struktur sel yang lebih utuh dan tidak mengalami degenerasi seperti pada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pengayaan jangka waktu tersebut memberikan perlindungan terhadap stres oksidatif dan infeksi yang mungkin menyerang jaringan vital ini. Hepatopankreas yang sehat mendukung proses pencernaan, sintesis protein, dan detoksifikasi, sehingga secara keseluruhan memperkuat performa fisiologis benur.
Aspek molekuler juga memperkuat temuan ini. Ekspresi gen prophenoloxidase (proPO), salah satu gen utama dalam sistem pertahanan imun non-spesifik udang, mengalami peningkatan yang signifikan pada pengayaan 13 dan 22 jam. Gen ini berperan dalam aktivasi jalur melaninisasi yang penting dalam pengenalan dan eliminasi patogen. Ekspresi gen yang lebih tinggi menunjukkan bahwa benur berada dalam kondisi imunologis yang lebih siap menghadapi tantangan penyakit. Dengan demikian, hasil penelitian ini menegaskan bahwa pengayaan artemia menggunakan suplemen fungsional selama 13 hingga 22 jam sangat efektif dalam meningkatkan pertumbuhan, efisiensi pakan, imunitas, fungsi pencernaan, ekspresi gen imun, serta menjaga integritas jaringan benur L. vannamei. Durasi 13 jam merupakan pilihan terbaik dalam budidaya udang vaname karena secara signifikan meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan udang. Selain itu, durasi ini juga menunjukkan efisiensi dalam penggunaan waktu dan sumber daya, sehingga mendukung performa budidaya secara optimal. FANGGI. Duration of Artemia sp. enrichment with mixed supplements to improve the health and growth of Litopenaeus vannamei whiteleg shrimp. Supervised by SUKENDA and SRI NURYATI.
Whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) farming is one of the strategic sectors in the global aquaculture industry, including in Indonesia. The advantages of this species include rapid growth, tolerance to salinity variations, and high market demand. However, the early stages of shrimp life, particularly the larval stage, are highly susceptible to environmental stress, disease, and deficiencies in essential nutrients. Therefore, strategies to improve the quality of early-stage feed are key to enhancing cultivation performance. One effective approach is the use of live Artemia sp. feed enriched with functional compounds such as EPA, DHA, astaxanthin, vitamin C, acacia extract, and selenium.
This study aims to evaluate the optimal enrichment duration of artemia as live feed, focusing on durations of 4, 13, and 22 hours. The parameters observed include growth (specific growth rate, survival rate, and feed conversion ratio), non-specific immune response (total haemocyte count, phagocytosis activity, phenoloxidase, respiratory burst), digestive enzyme activity (amylase, protease, lipase), expression of the proPO immune gene, and histological condition of the hepatopancreas. The results showed that enrichment duration significantly affected nearly all parameters, with 13 and 22 hour enrichment consistently yielding the best results.
In terms of growth parameters, larvae fed enriched artemia for 13 and 22 hours exhibited significant increases in final weight and LPS compared to the 4-hour treatment and control. Feed efficiency was also better, reflected in lower FCR values, indicating that nutrients in the artemia body were maximised through sufficient enrichment time. This suggests that the 13 to 22 hour period provides an ideal time for artemia to absorb and stabilise nutrient and immunostimulant content in their bodies before being consumed by the larvae.
This improvement in growth performance is also consistent with better immune responses. P13 and P22 produced higher THC values, indicating an increase in the number of circulating immune cells in the fry's haemocyte. Additionally, higher phagocytosis activity and ROS production indicate that the fry have a better capacity to recognise and destroy pathogens. This is particularly important, as infections caused by pathogenic bacteria such as Vibrio sp. pose a major threat in intensive shrimp farming.
The increased activity of digestive enzymes such as amylase, protease, and lipase in the shrimp group fed with 13 and 22 hour enriched artemia also indicates that the feed can stimulate the digestive system more effectively. These enzymes play a crucial role in nutrient breakdown and absorption, thereby enhancing shrimp metabolic efficiency. Optimal nutrient availability not only accelerates growth but also supports immune cell activity and tissue regeneration processes.
The histological condition of the hepatopancreas, a vital organ in shrimp metabolism and the immune system, is also an important indicator in this study. In the 13 and 22 hour groups, hepatopancreas tissue exhibited more intact cellular structure and did not undergo degeneration, unlike the control group. This demonstrates that enrichment over these time periods provides protection against oxidative stress and infections that may affect this vital tissue. A healthy hepatopancreas supports digestion, protein synthesis, and detoxification, thereby enhancing the overall physiological performance of the larvae.
Molecular aspects also reinforce these findings. The expression of the prophenoloxidase (proPO) gene, one of the main genes in the shrimp's non-specific immune defence system, showed a significant increase at enrichment levels of 13 and 22 hours. This gene plays a role in activating the melanisation pathway, which is crucial for pathogen recognition and elimination. Higher gene expression indicates that the shrimp are in a more immunologically prepared state to face disease challenges. Thus, the results of this study confirm that enriching artemia with functional supplements for 13 to 22 hours is highly effective in enhancing growth, feed efficiency, immunity, digestive function, immune gene expression, and maintaining the integrity of whiteleg shirmp tissue. A duration of 13 hours is the optimal choice in whiteleg shrimp farming as it significantly enhances growth and health. Additionally, this duration demonstrates efficiency in time and resource utilisation, thereby supporting optimal farming performance.
Collections
- MT - Fisheries [3193]
