| dc.description.abstract | Sebagai bagian dari strategi ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan akibat permasalahan produktivitas lahan tambak yang menurun akibat degradasi lingkungan dan perubahan iklim mendorong pemerintah untuk mengembangkan sistem revitalisasi berbasis kawasan. Salah satu pendekatannya adalah budidaya nila salin dengan penerapan teknologi modern, seperti e-feeder dan Internet of Things (IoT), untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan produksi. Penelitian ini dilakukan di Tambak Percontohan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, dengan tujuan mengevaluasi kelayakan usaha budidaya nila salin secara finansial dan nonfinansial, mengidentifikasi variabel kunci keberlanjutan, serta menilai kesiapan masyarakat (willingness to adopt) dalam mengadopsi teknologi. Metode yang digunakan mencakup analisis investasi (Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP)), analisis switching value, metode Matrice d'Impacts Croisés Multiplication Appliquée à un Classement (MICMAC), dan skala Likert. Hasil menunjukkan bahwa usaha ini layak secara finansial dengan NPV sebesar Rp587 miliar dan IRR sebesar 44,06%. Ketersediaan pakan dan benih menjadi variabel strategis keberlanjutan, sementara tingkat adopsi teknologi oleh masyarakat berada pada kategori sedang hingga tinggi. Temuan ini menegaskan perlunya dukungan kebijakan, subsidi, serta pendekatan bertahap dalam diseminasi teknologi pada tambak skala kecil sebagai bagian dari upaya revitalisasi perikanan budi daya nasional. | |