Show simple item record

dc.contributor.advisorKrisnatuti, Diah
dc.contributor.advisorJohan, Irni Rahmayani
dc.contributor.authorUtami, Restu
dc.date.accessioned2025-08-07T03:55:58Z
dc.date.available2025-08-07T03:55:58Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166914
dc.description.abstractRESTU UTAMI. Pengaruh Tingkat Religiusitas, Gaya Pengasuhan, dan Dukungan Sosial Ibu Terhadap Nilai Anak dengan Autism Spectrum Disorder. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan IRNI RAHMAYANI JOHAN.
dc.description.abstractAnak memiliki peran penting dalam struktur kehidupan keluarga dan sering kali dipersepsikan sebagai sumber kebahagiaan, harapan, dan penerus nilai-nilai orang tua. Dalam banyak budaya, keberadaan anak bukan hanya dipandang dari sisi kasih sayang, tetapi juga sebagai bagian dari sistem sosial dan ekonomi keluarga. Meski demikian, persepsi orang tua terhadap anak dapat sangat dipengaruhi oleh norma sosial, latar budaya, serta ekspektasi yang dibentuk oleh lingkungan sekitar. Akibatnya, persepsi tersebut bisa menjadi tidak seimbang, terutama ketika terlalu menekankan aspek manfaat praktis dan mengabaikan hak serta kebutuhan emosional anak. Dalam konteks anak berkebutuhan khusus seperti ASD, persepsi terhadap nilai anak menjadi lebih kompleks. Anak ASD menghadirkan tantangan tersendiri bagi orang tua, khususnya ibu sebagai pengasuh utama, karena menghadapi stres pengasuhan, tekanan sosial, stigma, dan beban finansial yang tinggi. Namun pada sisi lain, pengalaman membesarkan anak ASD juga dapat mendorong munculnya nilai-nilai baru dalam keluarga, termasuk penguatan spiritualitas dan perubahan prioritas hidup yang lebih bermakna. Secara global, prevalensi ASD diperkirakan terjadi pada 1 dari 100 anak, dan jumlah kasus terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia, meskipun belum ada data resmi yang benar-benar akurat, diperkirakan jumlah anak ASD mencapai jutaan dan terus bertambah. Dalam situasi pengasuhan anak ASD yang penuh tantangan, faktor seperti religiusitas, gaya pengasuhan, dan dukungan sosial diduga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi ibu terhadap nilai anak. Meski masing-masing aspek ini telah dikaji secara terpisah, masih sedikit penelitian yang melihat keterkaitannya secara terpadu, khususnya di wilayah urban yang kompleks seperti Jabodetabek. Adapun, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan dan pengaruh antar religiusitas, gaya pengasuhan, dan dukungan sosial terhadap nilai anak ASD. Teori sistem ekologi Bronfenbrenner digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian, yang menempatkan religiusitas sebagai faktor mikrosistem dan mesosistem, gaya pengasuhan sebagai faktor mikrosistem, dan dukungan sosial sebagai faktor mesosistem. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap peningkatan pemahaman masyarakat, pengembangan kebijakan pemerintah, serta penguatan peran keluarga dalam merawat anak ASD. Dari sisi metodologi, penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan di wilayah Jabodetabek pada Januari-April 2025. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak ASD berusia 1-24 tahun, dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan teknik non-probability sampling. Jumlah minimal sampel ditentukan berdasarkan aturan “10 times rule” dalam Structural Equation Modelling-Partial Least Squares (SEM-PLS), yakni 140 responden, dan diperoleh 145 responden yang layak dianalisis. Data primer dikumpulkan melalui self-administered questionnaire berbasis Google Form yang mencakup informasi umum, persetujuan partisipasi, karakteristik ibu dan anak, serta pengukuran variabel. Analisis dan interpretasi data menggunakan analisis deskriptif, uji korelasi Rank Spearman’s (?), dan uji pengaruh SEM-PLS, dengan perangkat lunak Microsoft Excel, SPSS 24 dan SmartPLS 4. Profil responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar adalah ibu berusia produktif 31–40 tahun (55,9%), berstatus menikah (91,7%), berpendidikan tinggi (lulusan S1 dan S2 sebanyak 77,2%) dan merupakan ibu bekerja (58,6%) dengan pendapatan keluarga di atas Rp7.500.000,00 per bulan. Sebagian besar berasal dari keluarga kecil dengan kurang dari empat anggota (64,8%) dan hampir seluruhnya (97,9%) hanya memiliki satu anak ASD. Sementara karakteristik anak ASD didominasi oleh anak laki-laki (77,2%) dengan rentang usia 1–11 tahun (80,7%). Sebagian besar sedang menempuh pendidikan PAUD/TK (35,9%) dan SD (33,1%), serta telah memperoleh diagnosis profesional (97,9%) dengan tingkat keparahan sedang (51,7%) dan ringan (46,2%). Sebanyak 84,1 persen anak menjalani terapi dalam satu tahun terakhir, seperti terapi wicara, okupasi, sensori integrasi, dan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan 56,6 persen ibu memiliki tingkat religiusitas yang tinggi (rata-rata 81,3 ± 11,5). Dimensi yang paling dominan adalah praktik pribadi, diikuti oleh dimensi ideologi dan pengalaman keagamaan, sementara dimensi intelektual dan praktik umum memiliki skor yang lebih rendah. Dalam hal dukungan sosial, 49,7 persen ibu merasakan dukungan pada tingkat sedang (rata-rata 67,7 ± 16,6). Dukungan keluarga menjadi sumber utama dukungan emosional, diikuti oleh orang-orang yang berarti, sedangkan dukungan dari teman relatif paling rendah. Pada gaya pengasuhan, 82,8 persen menunjukkan gaya pengasuhan yang rendah hanya 17,2 persen berada pada kategori sedang, tidak ada yang mencapai kategori tinggi (rata-rata 52,1 ± 8,4). Meski demikian, gaya pengasuhan otoritatif tetap menjadi yang paling dominan (31%). Sementara itu, pola pengasuhan permisif dan otoriter umumnya rendah. Sebanyak 60 persen ibu memandang nilai anak pada tingkat sedang (rata-rata 65,5 ± 11,3). Dimensi psikologis dan sosial menjadi aspek yang paling menonjol. Sebaliknya, dimensi ekonomi mendapat nilai terendah. Analisis hubungan mengungkapkan status pendidikan memiliki korelasi terhadap nilai anak. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan negatif dengan nilai anak (r = -0,171), sebaliknya, pendidikan anak ASD berhubungan positif dengan persepsi nilai anak (r = 0,177). Analisis pengaruh menunjukkan bahwa religiusitas (t = 5,035; p < 0,01) dan dukungan sosial (t = 4,737; p < 0,01) memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai anak. Namun, dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap gaya pengasuhan (t = 1,972; p < 0,05). Secara keseluruhan, temuan ini menegaskan bahwa religiusitas, dukungan sosial, dan tingkat pendidikan ibu berperan penting dalam membentuk persepsi positif terhadap nilai anak ASD. Pendidikan pada anak ASD mencerminkan simbol harapan, kemandirian, dan penerimaan sosial. Sementara religiusitas dan dukungan sosial menjadi pedoman emosional dan sumber ketahanan dalam menghadapi tantangan pengasuhan. Di sisi lain, efektivitas pola pengasuhan bersifat kontekstual, cenderung dipengaruhi oleh kondisi keluarga dan kebutuhan unik anak. Oleh karena itu, intervensi yang mendorong peningkatan religiusitas, akses pendidikan, dan dukungan sosial yang sesuai dapat membantu memperkuat persepsi ibu serta meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan anak ASD. Kata kunci: Autisme, dukungan sosial, gaya pengasuhan, nilai anak, religiusitas.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengaruh Tingkat Religiusitas, Gaya Pengasuhan, dan Dukungan Sosial Ibu Terhadap Nilai Anak dengan Autism Spectrum Disorderid
dc.title.alternativeThe Influence of Maternal Religiosity, Parenting Styles, and Social Support on the Value of Children with Autism Spectrum Disorder
dc.typeTesis
dc.subject.keywordAutism Spectrum Disorderid
dc.subject.keyworddukungan sosialid
dc.subject.keywordReligiusitasid
dc.subject.keywordNilai Anakid
dc.subject.keywordgaya pengasuhanid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record