Praktek Perawatan Anak Balita Dan Hubungannya Dengan Status Gizi Pada Masyarakat Pedalaman Dan Masyarakat Pemukiman Baru Di Mentawai
View/ Open
Date
1991Author
Hasbullah
Suhardjo
S. Hubeis, Aida Vitayala
Syarief, Hidayat
Metadata
Show full item recordAbstract
Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari praktek anak yang berumur di bawah lima tahun (balita) pada rumahtangga penduduk pedalaman dan penduduk pemukiman baru di pulau Siberut. Mentawai.
Tujuan khusus penelitian adalah mempelajari:
1) Praktek perawatan anak balita yang menyangkut pemberian makanan dan perawatan kesehatan anak balita pada tingkat rumahtangga di kedua populasi penduduk:
2) Faktor-faktor Sosiobudaya dan ekonomi yang mempengaruhi praktek watan anak balita pada tingkat rumahtangga di kedua popu-laci penduduk dan
3) Status gizi anak balita dan hubung-annya dengan praktek perawatan anak balita di kedua popu-last penduduk.
Tempat penelitian ditentukan secara sengaja di dua desa di Kecamatan Siberut Selatan, Mentawal. Desa pertama adelah Saliguma, ±20 km sebelah barat ibu kecamatan, Muara Siberut. Desa ini adalah desa pertama yang didirikan oleh Proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (Proyek PKMT) Depsos RI, 1979. Desa kedua adalah Madobak, yang didiami turun temurun oleh penduduk asli dan terletak di pedalaman. kira-kira di tengah bagian selatan Siberut. Fenelitian lapangan dilakukan dari 20 Desember 1989 hingga 18 Maret 1990.
Kriteria rumahtangga yang dijadikan contoh adalah Tepala 1) rumahtangga dan isteri menetap di pusat pemukiman da desa, 2) terdiri dari ayah, ibu dan sekurang-kurangnya sato anak yang berumur di bawah lima tahun. 3) Tanggal la-Tar diketahui. terdapat Di Saliguma dan Madobak. masing-masing 40 dan 46 rumahtangga yang yang memenuhi krite Di Madobak, semua rumahtangga yang memenuhi kriteria bersedia diteliti, tapi di Saliguma satu rumahtangga tidak bersedia diteliti.
Data yang dikumpulkan meliputi keadaan Umum Lolası penelitian. status ekonomi dan komposisi rumah tangga, ak-tifitas ibu, kebiasaan makan keluarga, dan praktel watan anak. pera-Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dan pengamatan berpartisipasi. Data status gizi dikumpul-kan dengan pengukuran antropometra berat badan menurut usur, dan data konsumsi makanan dengan metode recall.
Data kuantitatif dianalisa dengan uji X2 (antara lain untul hubungan 1) kelompok tempat penelitian, alokasi wak-tu kegiatan ibu, status ekonomi, tingkat konsumsi energi dan protein, agama, besar keluarga, masing-masing dengan Status 0121, 2) kelompok tempat penelitian, status ekona ma, agama, dan besar keluarga, masing-masing dengan prila-ku perawatan kesehatan, 3) kelompok tempat penelitian dengan insidensi penyakit); ujit (antara lain untuk 1) tingkat konsumsi energi dan protein, alokasi waktu Kegiatan ibu, dan persen BB/U, masing-masing antar kelom-por tempat penelitian, 2) persen BB/U antar kelompok waktu pengasuhan); dan sidik ragam eka arah untuk beda 1) ting-kat konsumsi energi dan protein, dan persen BB/U, masing-masing antar kelompok status ekonomi, 2) tingkat konsumsi dan protein dan persen BB/U, masing-masing kelompok besar keluarga. Data kualitatif diolah dan rahkan untuk analisis isi. energi antar dia-
balita Ditinjau dari segi pemberian makanan, perawatan anak di Saliguma tidak lebih baik dari Madobak, dimana tingkat konsumsi energi (TKE) dan tingkat konsumsi protein (TKP) anak balita dari makanan tidak berbeda antara Sali-guma dan Madobak. TKE di Saliguma dan Madobak, masing-masing 92 dan 97 persen, dan TKP masing-masing 112 dan 107 persen.
Buatu keuntungan yang diperoleh anak balita di Sali-guma adalah lebih tingginya konsumsi protein hewani (teru-Lama dari ikan) dibanding Madobak. Dalam hal ini, kansum-si ikan di Saliguma mencukupi 36.3 persen, di Madobak 18.0 persen kebutuhan protein anak.
watan Ditinjau dari aspek lain yang berkaitan dengan kesehatan, hasil penelitian memperlihatkan perawatan anak balita di Saliguma tidak lebih baik pera-bahwa darı Mendobak. bahkan ada kecenderungan bahwa perawatan anal balita di Saliguma lebih buruk dari Madobak. pakudarit Hal ini tam-
Ahak balita di Saliguma lebih cepat disapih dars Madobak. Umur anak mulai disapih di Saliquma dan masing-masing adalah 18 dan 24 bulan. ang Mado-Penyapi han lebih cepat di Saliguma bertujuan agar ibu rumah mencari ikan yang leluasa keluar menyita waktu dibanding madobak. lebih lebih banyak
2.
DuSaliguma tidak ada hambatan untuk memberi bayi kehausan dengan air minum biasa pade saat yang ditinggal pene oleh ibunya yang sedang keluar rumah. Di lokasi latian, pemberian air minum biasa ini memberikan resilo ahak atau baya terkena penyakit seluran pencernaan (mencret) karena penyiapan minuman vang fugients. tidak
Insidensa periyakit kudis dan gatal ustale salah satu penyakit yang berkaitan Kebersihan dengan buruknya
Derorangan, lebih tinggi di Sali gume dibanding Madobar. tampal Lebih buruknya kebersihan perorangan tersebut, dara lebih jarangnya anak balita da Seliguma mandi dars Matlobal. Ha 1 ini berkaitan dengan ketersediaan vang lebih buruk di Saliguma dibandingkan dengan air Mada-bak 4. Fasilitas 1 bu pengobatan moderen (berupa puskesmas di kecamatan) yang lebih dekat dengan Saliguma, belum ter-manfaatkan untuk penanggulangan penyakit anak balita, ecuali pada saat penyakit anak sudah berat. Selain tu, anak balita di Saliguma, juga seperti di Madobak, belum tersentuh program vaksinasi dan immunisasi untuk penanggulangan penyakit menular yang berbahaya bagi anak.
Hasil penelitian ini belum memperlihatkan adanya ka-
antara Praktek perawatan anak balita (dilihat dari itan THE. TKP dati perawatan kesehatan), dengan status ekonomi.
besar keluarga, dan agama.
Persentase anak balita yang menderita gizi kurang da Saliguma lebih tinggi dibanding Madobak, yaitu sebanyak 63 porsen di Saliguma dan 44 persen di Madobak. Rata-rata persen berat badan menurut umur (BB/U) anak balita di persen di Saliguma Juga lebih rendah dibanding Madobak, yaitu 78.6 Saliguma dan 81.3 persen di Madobak. Akan tetapi secara statistik (pada taraf nyata 5 persen). persentase anak balita yang menderita gizi kurang, maupun baik persen BE/U da Saliguma tidak berbeda nyata dengan Mado-bak. Persentase anak balita yang menderita gizi kurang ina telah melebihi patokann 10 persen yang diajukan oleh Sajono (1975) untuk menyatakan apakah suatu masyarakat meaqalam1 keadaan gizi kurang yang gawat atau tidak. Hasil penelitian juga belum menunjukkan adanya kaitan intara status gizi anak balita dengan TKE, TKP, besar ke-Juarga dan agama. Faktor yang berkaitan dengan status gizi balita adalah faktor status ekonomi. dimana lebih banyak anak balita yang berstatus gizi balk pade status ekonomi lebih tinggi. Di Madobak status giz1 juga berkait an dengan waktu pengasuhan, dimana lebih banyak yang ber-status gizi baik pada anak yang dikasuh 27 jam sehari bandingkan dengan yang <7 jam sehari. プレー Sedangkan da Sali-status waktu pengasuhan itu tidak berkaitan dengan 0121 anak balita.
Collections
- MT - Human Ecology [2388]
