| dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan transparansi, efisiensi, dan ketidakadilan dalam rantai pasok sawit rakyat di Indonesia melalui pengembangan kerangka kerja PalmChain as a Service (PCaaS) berbasis teknologi blockchain. Pertanyaan penelitian utama mencakup: (1) Bagaimana merancang arsitektur blockchain yang sesuai dengan kebutuhan operasional rantai pasok sawit rakyat? (2) Bagaimana meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi melalui smart contract? (3) Apakah implementasi PCaaS mampu meningkatkan kesejahteraan petani kecil? Motivasi penelitian berasal dari fakta bahwa 40% produksi sawit Indonesia berasal dari perkebunan rakyat, namun petani sering menghadapi masalah seperti penipuan data, keterlambatan pembayaran, dan kurangnya akses informasi harga.
Tujuan penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi kebutuhan sistem melalui analisis kesenjangan (gap analysis) antara proses bisnis eksisting dan potensi solusi blockchain; (2) Merancang arsitektur PCaaS yang terintegrasi dengan IPFS untuk penyimpanan data terdistribusi; (3) Mengevaluasi performa sistem dalam skala prototipe dan memberikan rekomendasi untuk implementasi lapangan.
Guna mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggabungkan beberapa pendekatan metodologis. Pendekatan Goal-Oriented Requirements Engineering (GORE) digunakan untuk menghimpun kebutuhan aktor dan mengidentifikasi tujuan sistem secara hierarkis. Selanjutnya, Business Process Reengineering (BPR) diterapkan untuk merancang ulang proses bisnis eksisting menjadi proses digital berbasis blockchain, sedangkan Rapid Application Development (RAD) digunakan dalam proses pengembangan purwarupa. Teknologi blockchain yang digunakan adalah Hyperledger Fabric, dipilih karena mendukung sistem izin terbatas (permissioned), kustomisasi privasi, serta skalabilitas proses transaksi. Sementara itu, sistem penyimpanan IPFS dimanfaatkan untuk mengelola dokumen-dokumen besar seperti sertifikat kebun dan kontrak legal yang tidak efisien jika disimpan langsung di blockchain.
Kebaruan hasil penelitian menunjukkan bahwa purwarupa PCaaS berhasil menjalankan 15000 transaksi simulasi dengan performa rata-rata latency sebesar 194,71 detik untuk transaksi create dan 0,08 detik untuk transaksi read. Meskipun performa TPS yang dicapai (10–20 TPS) masih tergolong rendah dibandingkan sistem komersial seperti IBM Food Trust (>100 TPS), hasil ini sudah setara dengan studi sebelumnya pada platform Hyperledger Fabric untuk konteks permissioned. Kontribusi utama dari penelitian ini terbagi menjadi dua aspek. Secara teoretis, penelitian ini menawarkan model arsitektur blockchain baru yang menggabungkan smart contract dan penyimpanan terdesentralisasi untuk mendukung rantai pasok sawit rakyat. Secara praktis, penelitian menghasilkan purwarupa sistem PCaaS yang berpotensi diimplementasikan pada koperasi petani untuk mendukung transparansi harga, validitas dokumen legal seperti ISPO, serta otomatisasi pembayaran. Keunikan PCaaS terletak pada pendekatan kontekstualnya terhadap agroindustri Indonesia, membedakannya dari studi sejenis yang cenderung berfokus pada komoditas global seperti kopi atau beras.
Namun demikian, terdapat sejumlah keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu dicermati sebagai dasar pengembangan lebih lanjut. Validasi sistem masih terbatas pada lingkungan laboratorium dan belum diuji secara langsung di lokasi perkebunan. Selain itu, aspek risiko sosial dan hukum terkait adopsi blockchain oleh petani rakyat belum dianalisis secara mendalam. Dari sisi performa, kapasitas transaksi masih rendah sehingga perlu ditingkatkan untuk skenario produksi nyata. Sebagai arah pengembangan ke depan, disarankan pengujian skala besar dilakukan di wilayah-wilayah berbeda seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi untuk menangkap variasi karakteristik petani. Selain itu, pengembangan aplikasi mobile dengan antarmuka ramah pengguna penting untuk mendorong adopsi teknologi, serta eksplorasi solusi skalabilitas seperti sharding atau layer-two protocols perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas transaksi. Secara keseluruhan, penelitian ini membuktikan potensi blockchain dalam merevolusi tata kelola rantai pasok sawit rakyat secara digital dan akuntabel, sekaligus memberikan dasar konseptual bagi intervensi kebijakan dan pendampingan transformasi digital petani dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. | |