Pengaruh Sarapan dan Edukasi Gizi terhadap Asupan Gizi, Durasi Tidur dan Kebugaran Jasmani Anak Sekolah Dasar
Abstract
Anak usia sekolah berada dalam fase pertumbuhan aktif yang membutuhkan asupan gizi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Salah satu cara pemenuhan gizi adalah melalui sarapan. Namun, sarapan merupakan waktu makan yang sering kali dilewatkan termasuk pada anak-anak. Sarapan dan edukasi gizi telah dikaitkan dengan asupan zat gizi, durasi tidur dan kebugaran jasmani yang lebih baik pada anak sekolah. Namun, efektivitas intervensi ini dalam meningkatkan parameter tersebut masih belum dieksplorasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dampak penyediaan sarapan dan edukasi gizi terhadap asupan gizi, durasi tidur dan kebugaran jasmani di kalangan anak sekolah dasar.
Penelitian ini menggunakan desain pre-post quasi-experimental dengan tiga kelompok intervensi: edukasi+sarapan, edukasi saja, dan kontrol. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor yang melibatkan enam sekolah dasar dengan durasi intervensi selama 1 bulan dan dua kali pengambilan data yaitu sebelum intervensi (baseline) dan setelah intervensi (endline). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 (usia 9-11 tahun). Intervensi selama 4 minggu mencakup 20 kali pemberian sarapan dan 12 sesi edukasi gizi untuk anak, serta edukasi gizi untuk orang tua meliputi 4 kali kelas gizi dengan WhatsApp group, pesan otomatis via WhatsApp Bot, dan satu kali demo memasak. Asupan makanan dinilai menggunakan metode recall 24 jam, durasi tidur dinilai menggunakan kuesioner sementara kebugaran jasmani dievaluasi melalui pengukuran massa otot, kekuatan genggaman tangan, shuttle run 4x10 m, V-sit and reach, dan standing broad jump, sebelum dan sesudah intervensi. Analisis Kovarians (ANCOVA) digunakan untuk menganalisis perbedaan antar kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian sarapan yang dikombinasikan dengan edukasi gizi lebih efektif dalam meningkatkan asupan makanan dan kebugaran fisik anak-anak dibandingkan dengan edukasi gizi saja atau tanpa intervensi. Kelompok edukasi+sarapan menunjukkan peningkatan asupan protein dan lemak, meskipun asupan energi dan karbohidrat total tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Kelompok edukasi+sarapan juga mengalami peningkatan signifikan dalam nilai massa otot, kekuatan genggaman tangan, shuttle run 4x10m, V-sit and reach, dan standing broad jump. Namun, intervensi belum memberikan efek yang signifikan pada durasi tidur. Meskipun intervensi memiliki efek positif terhadap asupan dan kebugaran, sebagian besar anak-anak masih belum memenuhi asupan harian yang direkomendasikan untuk zat gizi penting, yang menunjukkan perlunya upaya berkelanjutan untuk mengatasi kekurangan gizi. Mayoritas subjek masih menunjukkan skor tes kebugaran yang buruk, terutama dalam kekuatan pegangan tangan, shuttle run 4x10m, dan standing broad jump. School-aged children are in a phase of active growth, requiring adequate nutrient intake to support optimal growth and development. One way to fulfill nutritional needs is through breakfast. However, breakfast is often skipped, including by children. Breakfast and nutrition education have been associated with better nutrient intake, sleep duration, and physical fitness among schoolchildren. However, the effectiveness of these interventions in improving these parameters has not been fully explored. This study aims to evaluate the impact of breakfast provision and nutrition education on nutrient intake, sleep duration, and physical fitness among primary school children.
This study employed a pre-post quasi-experimental design with three intervention groups: education+breakfast, education only, and control. The study was conducted in Bogor Regency and Bogor City, involving six primary schools. The intervention lasted for one month, with data collected at two time points: before the intervention (baseline) and after the intervention (endline). The subjects were 4th and 5th-grade students (aged 9–11 years). The 4-week intervention included 20 provided breakfasts and 12 nutrition education sessions for children, also nutrition education for parents including 4 nutrition classes via WhatsApp Group, automated message via WhatsApp Bot, and one time cooking demo. Dietary intake was assessed using a 24-hour recall method, sleep duration was evaluated using a questionnaire, and physical fitness was measured through muscle mass, handgrip strength, 4x10m shuttle run, V-sit and reach, and standing broad jump, before and after the intervention. Analysis of Covariance (ANCOVA) was used to examine differences between groups.
The results showed that breakfast provision combined with nutrition education was more effective in improving children's dietary intake and physical fitness compared to nutrition education alone or no intervention. The education+breakfast group demonstrated an increase in protein and fat intake, although total energy and carbohydrate intake did not show significant changes. This group also exhibited significant improvements in muscle mass, handgrip strength, shuttle run performance, flexibility, and jump distance. However, the intervention did not have a significant effect on sleep duration. Despite the positive effects on nutrient intake and fitness, most children still did not meet the recommended daily intake of essential nutrients, highlighting the need for continued efforts to address nutritional deficiencies. Additionally, a majority of subjects still exhibited poor fitness test scores, particularly in handgrip strength, shuttle run, and standing broad jump.
Collections
- MT - Human Ecology [2388]
