Strategi Penanganan Kerentanan Wilayah terhadap Kerawanan Pangan. Dibimbing
Date
2025Author
Juliannisa, Indri Arrafi
Fauzi, Akhmad
Mulatsih, Sri
Rahma, Hania
Metadata
Show full item recordAbstract
Laporan PBB (2021) mengenai Indeks Kerentanan Multidimensional
menyoroti kerentanan sebagai tantangan utama dalam pembangunan negara,
terutama kerentanan terhadap kerawanan pangan yang saat ini sudah menjadi isu
global. Agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) menempatkan Zero
Hunger sebagai tujuan kedua, bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan, dan memajukan pertanian berkelanjutan (PBB, 2022). Dalam
konteks ASEAN, Indonesia berada di posisi kritis dengan indeks kelaparan yang
tinggi. Upaya pemerintah dalam mengatasi kerentanan wilayah terhadap kerawanan
pangan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan wilayah dalam penyediaan
dan kemudahan akses masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan,
dengan adanya tantangan perubahan iklim, populasi yang terus berkembang, dan
permasalahan sosial ekonomi lainnya.
Penelitian ini bertujuan: 1) Mengevaluasi tingkat kerentanan wilayah-
wilayah di Indonesia melalui penyusunan indeks kerentanan wilayah terhadap
kerawanan pangan, 2) Menganalisis kondisi yang dapat menjelaskan perbedaan
tingkat kerentanan wilayah terhadap kerawanan pangan di antara provinsi-provinsi
tersebut, 3) Menentukan Scenario terbaik dalam menangani permasalahan
kerentanan wilayah terhadap kerawanan pangan. 4) Merumuskan strategi kebijakan
untuk menangani kerentanan wilayah terhadap kerawanan pangan.
Penelitian ini menggunakan empat metode analisis. Metode Indeks Komposit
digunakan untuk menghitung Regional Vulnerability on Food Insecurity (RVFII)
pada tujuan pertama. Untuk menganalisis kondisi kausal yang dapat menjelaskan
terjadinya kerentanan di tingkat wilayah pada tujuan kedua digunakan metode
fuzzy-set Qualitative-Quantitative Comparative Analysis (fsQCA). Pada tujuan
ketiga digunakan metode SMICPROB untuk menentukan Scenario terbaik dalam
mengatasi kerentanan wilayah terhadap kerawanan pangan. Terakhir, untuk
menentukan Scenario, Policy, dan Action terbaik yang akan dijalankan untuk
mengatasi kerentanan wilayah terhadap kerawanan pangan menggunakan metode
MULTIPOL. Analisis dibatasi pada dimensi kerawanan pangan, yakni ketersediaan
(availability), akses (access), dan kebermanfaatan pangan (utility). Dengan data
analisis pada tujuan pertama hingga kedua menggunakan data sekunder kurun
waktu 2021. Pada tujuan ketiga dilakukan pemilihan skenario terbaik dengan
hipotesis skenario. Empat Scenario utama yang dipilih adalah 1) Penguatan sistem
kemandirian pangan, 2) Penguatan modal alam, 3) Reformasi tata kelola pangan,
dan 4) Liberalisasi pasar. Pada tujuan keempat penentuan skenario berdasarkan
pemilihan Scenario terbaik pada tujuan 3, kemudian telah dirancang 10 Policy dan
28 Action yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan kerentanan
wilayah terhadap kerawanan pangan.
Hasil penelitian membuktikan provinsi dengan tingkat kerentanan pangan
tertinggi di Indonesia, yaitu Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, dan Papua.
Tingginya kerentanan ini disebabkan oleh keterpaparan berupa; tingginya kasus
kekeringan dan lahan banjir, tingginya tingkat ketidak cukupan pangan, kasus
malnutrisi, stunting dan kematian bayi. Selain keterpaparan yang menyebabkan
wilayah rentan terhadap kerawanan pangan adalah komponen sensitivitas, yang
akan membuat wilayah bisa terindikasi kerentanan, adapun komponen sensitifnya
yakni; besarnya impor pangan, rendahnya lahan pertanian yang memiliki irigasi,
besarnya pengeluaran rumah tangga untuk pangan, dan tingginya indeks harga
konsumen. Maka sangat penting untuk wilayah memiliki kemampuan beradaptasi
akibat gangguan iklim agar wilayah tidak rentan terdahap kerawanan pangan.
Adapun kemampuan beradaptasi yang dapat dimiliki adalah; besarnya ratio luas
lahan sawah perkapita, banyaknya petani muda dan penyuluh petani, keberagaman
pangan, nilai tukar petani yang semakin meningkat, serta jumlah pasar yang tersedia
untuk mempermudah akses pangan.
Hasil dari analisa FsQCA menunjukan terdapat 9 pathway (jalur) yang dapat
menjelaskan bagaimana kondisi masing-masing kluster yang mengalami
kerentanan wilayah terhadap kerawanan. Adapun kondisi kausal yang
menggambarkan kerentanan yang tinggi yakni; masalah kemiskinan, pengangguran,
pertumbuhan ekonomi yang rendah, dan curah hujan yang tidak memadai.
Untuk mengatasi kerentanan ini, penelitian mengusulkan beberapa Scenario
strategis. Scenario terbaik adalah “Penguatan Sistem Kemandirian Pangan”. Hal ini
dibuktikan dengan nilai probabilitas yang tertinggi. Berdasarkan pendapat para
pakar dari BAPANAS dan Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa penting
untuk memiliki kemandirian pangan, agar masing-masing wilayah memiliki daya
tahan yang kuat saat terjadinya permasalahan krisis. Untuk menjalankan Scenario
penguatan kemandirian pangan perlu didukung dengan 10 Policy dan 28 Action.
Policy dan Action bisa mendukung secara bersamaan kepada masing-masing
Scenario. Dalam menjalankan masing-masing Scenario, Policy, dan Action sangat
bergantung pada kondisi pembangunan yang ada di masing-masing wilayah.
