| dc.description.abstract | Perkawinan sejatinya merupakan awal terbentuknya keluarga. Dalam perkawinan terdapat tugas dalam setiap proses perkembangan keluarganya. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga ini berdampak pada keberlangsungan perkawinan, sering kali berujung pada perceraian. Belakangan ini, angka perceraian meningkat, baik secara nasional maupun di Gereja Katolik. Perceraian merupakan dampak dari rendahnya kualitas perkawinan. Penelitian ini akan mengkaji kesiapan menikah, interaksi suami-istri dan stres pengasuhan sebagai faktor-faktor yang memengaruhi kualitas perkawinan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, kesiapan menikah, interaksi suami istri, stres pengasuhan, dan kualitas perkawinan keluarga di Keuskupan Bogor, 2) menganalisis hubungan karakteristik keluarga, kesiapan menikah, interaksi suami istri, dan stres pengasuhan terhadap kualitas perkawinan keluarga di Keuskupan Bogor dan 3) menganalisis pengaruh kesiapan menikah, interaksi suami istri, dan stres pengasuhan terhadap kualitas perkawinan keluarga di Keuskupan Bogor.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekspalanatori. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode mixed methods antara metode kuantitantif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di wilayah Keuskupan Bogor, yaitu pada 17 Gereja yang terbagi dalam lima dekanat (wilayah pembagian) dengan cakupan wilayah Depok, Serang, Cilegon, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Populasi dari penelitian adalah keluarga di Keuskupan Bogor yang telah menikah secara Katolik dan mengikuti kursus persiapan perkawinan. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah keluarga dengan usia menikah kurang dari lima tahun, memiliki anak usia balita dan keluarga utuh. Responden penelitian ini adalah para istri dari keluarga tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel diambil sebanyak 100 responden untuk penelitian kuantitatif dan delapan orang untuk penelitian kualitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui proses coding data dan entry data yang diolah menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS). Untuk pengolahan data kualitatif dilakukan melalui proses organisasi data, coding, dan analisis tematik.
Usia perkawinan paling banyak berada pada usia perkawinan lima tahun dengan jumlah anak paling banyak satu orang anak. Pekerjaan istri dan suami paling banyak adalah pegawai swasta sebanyak. Rata-rata usia istri adalah 31,58 tahun dan rata-rata usia istri saat menikah adalah 27,98 tahun. Mayoritas istri memiliki tingkat pendidikan D4/S1-S2. Rata-rata usia suami adalah 33,60 tahun. Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar 3-7 orang. Rata-rata pendapatan per kapita keluarga adalah Rp4.727.035,72, tergolong berada di atas garis kemiskinan.
Hasil penelitian menunjukkan usia istri dan usia suami berhubungan negatif signifikan dengan interaksi suami istri. Usia suami juga memiliki hubungan negatif signifikan dengan kualitas perkawinan. Jumlah anak dan jumlah tanggungan berhubungan negatif signifikan dengan stres pengasuhan. Uji hubungan antar variabel menemukan bahwa kesiapan menikah berhubungan positif signifikan dengan interaksi suami istri serta berhubungan negatif signifikan dengan stres pengasuhan. Hasil lain menujukkan bahwa interaksi suami istri berhubungan positif signifikan dengan kualitas perkawinan. Stres pengasuhan berhubungan negatif signifikan dengan kualitas perkawinan. Uji pengaruh menemukan bahwa interaksi suami istri berpengaruh positif signifikan secara langsung terhadap kualitas perkawinan. Kesiapan menikah berpengaruh negatif signifikan secara langsung terhadap stres pengasuhan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesiapan emosi istri masih rendah sehingga diharapkan Gereja Katolik dapat memberikan seminar atau pelatihan terkait regulasi emosi bagi para orang tua serta pentingnya relasi suami istri bagi pasangan memiliki anak. Diharapkan dibentuknya wadah konseling keluarga di tiap-tiap Gereja. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap kualitas perkawinan keluarga Katolik, seperti nilai spiritual, manajemen konflik dan dukungan sosial. Penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan pada responden laki-laki dan kategori tahap perkembangan keluarga berbeda agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif sehingga dapat menjadi acuan bagi Gereja Katolik untuk memberikan program pendampingan keluarga yang tepat sasaran. | |