Pengaruh Kelas Sosial terhadap Kesenjangan Digital: Kasus Desa Semplak Barat dan Desa Neglasari
Date
2024Author
Anugrah, Gilang Tresna Putra
Sjaf, Sofyan
Hermansah, Tantan
Metadata
Show full item recordAbstract
Perkembangan teknologi mengakibatkan dunia mengalami
perubahan era, yakni era digital. Konsekuensi perubahan era tersebut
mengakibatkan perubahan sosial dan memunculkan berbagai fenomena
sosial baru. Berbagai fenomena sosial itu dipicu oleh perbedaan
pemanfaatan perangkat digital atau dikenal dengan istilah kesenjangan
digital. Bahkan, kesenjangan digital disebut bentuk baru kemiskinan di era
digital. Kesenjangan digital merupakan fenomena yang terjadi di semua
tempat, baik skala negara hingga skala desa. Van Dijk (2005) telah
memberikan gambaran untuk mengetahui kesenjangan digital berdasarkan
empat pengelompokkan akses, yaitu akses mental/motivasi, akses material,
akses keterampilan, dan akses penggunaan. Desa menjadi tempat yang
rawan mengalami kesenjangan digital. Hal itu berkaitan dengan
perkembangan desa yang sering tertinggal dibandingkan wilayah kota.
Perlu diingat, bahwa mayoritas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah
pedesaan, sehingga perlu menjadi perhatian. Kondisi kesenjangan digital
yang terjadi di wilayah perdesaan akan mengganggu jalannya pembangunan
dan kemajuan suatu daerah. Oleh sebab itu, kesenjangan digital di wilayah
perdesaan perlu menjadi perhatian.
Penelitian ini bertujuan: (1) menganalisis perbedaan struktur sosio?demografis pada masing-masing desa; (2) menganalisis faktor penentu
perbedaan kelas sosial pada masing-masing desa; (3) menganalisis
perbedaan penyebab kesenjangan digital di masing-masing desa; (4)
menganalisis diferensiasi variable sosio demografis memiliki pengaruh
berbeda pada diferensiasi level kesenjangan digital pada kedua desa; dan (5)
menganalisis pengaruh kelas sosial terhadap kesenjangan digital pada kedua
desa yang berdampak pada pola perilaku penggunaan teknologi di era digital
di masing-masing desa. Penelitian ini menggunakakan metode penelitian
kombinasi dengan jenis eksplanatori sekuensial. Paradigma yang digunakan
adalah pospositivisme. Pada metode kuantitatif menggunakan pendekatan
survei, dan pada metode kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus.
Teknik pengumpulan data primer dilakukan menggunakan kuesioner,
wawancara, dan observasi. Sedangkan, data sekunder didapatkan dengan
cara studi dokumen melalui penelitian terdahulu, dan Data Desa Presisi.
Pemilihan responden dilakukan menggunakan probability sampling dengan
jenis proportionate stratified random sampling, sedangkan pemilihan
informan menggunakan purposive sampling pada masyarakat Desa Semplak
Barat dan Desa Neglasari. Berdasarkan hal itu, responden kedua desa
berjumlah 87 orang, dan informan berjumlah 22 orang. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Oktober 2023 hingga Desember 2023 yang lokasinya
berada di Desa Semplak Barat Kecamatan Kemang dan Desa Neglasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Penelitian ini menunjukkan hasil (1) secara geografi dan komposisi
demografi keduanya berbeda. Desa Semplak Barat berbatasan langsung
dengan kota dan Desa Neglasari tidak berebatasan dengn kota. Kondisi
geografi itu akan menciptakan kultur sosial yang saling bersinggungan.
Selain itu, kualitas SDM masyarakat Desa Semplak Barat lebih terdidik
dibandingkan masyarakat Desa Neglasari. Hal itu terlihat dari kondisi
pendidikan masyarakat Semplak Barat yang lebih tinggi. (2) Kondisi
pendidikan dan perbedaan kualitas SDM pun berdampak pada kekuatan
ekonomi masyarakat Semplak Barat yang lebih baik. Faktor-faktor yang
membentuk kelas sosial kedua desa berdasarkan aspek kesejahteraan rakyat
ada tiga, yaitu infrastruktur, pendidikan, dan sandang, pangan, papan.
Kuantitas pangan yang dibeli untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
mampu merefleksikan kekuatan ekonominya. Pendidikan sebagai modal
budaya memiliki peran membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan
dan pendapatan yang berkontribusi untuk stabilisasi atau mobilisasi kelas
sosial. Adapun infrastruktur memiliki fungsi dalam menunjang perolehan
manfaat sosial, budaya, dan ekonomi melalui teknologi yang ditopang oleh
biaya komunikasi.
Permasalahan kesenjangan digital menjadi momok utama di era
digital. (3) akar masalah kesenjangan digital terletak pada akses mental, dan
tepatnya pada indikator kemauan pemakaian dalam diri masyarakat. Maka,
kemauan pemakaian harus difungsikan di tengah masyarakat supaya
permasalahan kesenjangan digital mampu diatasi. Selain itu, (4) kondisi
sosio demografi juga memengaruhi kesenjangan digital. Gender tidak
memiliki kontribusi pada kesenjangan digital di wilayah semi-urban (Desa
Semplak Barat), tetapi di wilayah rural (Desa Neglasari) kedudukan gender
memengaruhi terbentuknya kesenjangan digital. Kemudian usia yang lebih
muda (digital navite) dan pendidikan yang lebih tinggi membantu terhindar
dari kesenjangan digital karena memiliki kemampuan adaptif lebih baik.
Selain itu, kondisi masyarakat Semplak Barat yang lebih aplikatif
menggunakan ponsel dalam mayoritas aktivitas pekerjaannya, sehingga
mereka mampu memanfaatkan perangkat digital dengan lebih baik. Dengan
demikian, berdasarkan pekerjaannya masyarakat Neglasari lebih rawan
mengalami kesenjangan digital karena kurang aplikatif menggunakan
ponsel untuk aktivitas pekerjaannya. Terakhir, (5) kedudukan kelas sosial di
kedua desa memiliki peran dalam membentuk kesenjangan digital di setiap
levelnya. Semakin tinggi kelas sosialnya, semakin rendah potensi
mengalami kesenjangan digital. Mereka yang tidak mengalami kesenjangan
digital akan mampu memperoleh keuntungan ekonomi lebih besar. Oleh
karena itu, kondisi kesenjangan digital itu akan memperparah jurang
ekonomi antar kelas sosial.
Collections
- MT - Human Ecology [2388]
