Status Keberlanjutan dan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Teluk Kalimbungo Kabupaten Buton Tengah
Abstract
Teluk Kalimbungo adalah salah satu kawasan di Kecamatan Talaga Raya yang memiliki ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di lokasi ini tergolong masih alami dengan luas sekitar 20 hektar. Status kawasan ini adalah APL (Areal Penggunaan Lain), sesuai dengan penunjukan kawasan hutan pada Permen Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2012 tentang pengukuhan kawasan hutan. Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Buton Tengah tahun 2020-2040, kawasan mangrove di Teluk Kalimbungo masuk ke dalam kawasan lindung dengan sempadan pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Namun, berdasarkan kondisi di lapangan, baik fungsi mangrove maupun pemanfaatan ekosistemnya belum dikelola secara berkelanjutan. Mengingat luas hutan mangrove di Teluk Kalimbungo, sangat disayangkan jika tidak dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Pengelolaan yang berkelanjutan penting untuk menunjang perekonomian masyarakat sekitar serta menjaga keberlangsungan mangrove. Khususnya di Teluk Kalimbungo diperlukan upaya pengelolaan berkelanjutan. Tujuan Penelitiany aitu, mendeskripsikan dan menganalisis kondisi pengelolaan mangrove di Teluk Kalimbungo. Mendeskripsikan dan menganalisis keberlanjutan pemanfaatan dan nilai sumber daya mangrove yang ada di Teluk Kalimbungo. Merumuskan strategi keberlanjutan yang ada di kawasan mangrove Teluk Kalimbungo. Pengumpulan Data: Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung yang dimulai dari pengambilan data mangrove, analisis spasial, studi literatur, kuesioner, dan wawancara untuk MDS (Multidimensional Scaling) dan SWOT dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove di Teluk Kalimbungo terdiri dari sekitar 5 jenis yaitu Avicennia alba, Avicennia lanata, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba dengan kerapatan yang berbeda di setiap tingkatan. Tingkat keanekaragaman yang diperoleh berada di kategori sedang dengan nilai 1,32. Nilai manfaat langsung ekosistem mangrove terbagi berdasarkan nilai pendapatan per tahun, yaitu pemanfaatan kepiting sebesar Rp. 10.650.000, udang sebesar Rp. 6.390.000, dan kayu bakar sebesar Rp. 3.960.000. Selain itu, nilai MDS yang diperoleh di setiap dimensi menunjukkan bahwa dimensi ekonomi bersifat cukup berkelanjutan dibandingkan dengan dimensi lain yang berstatus kurang berkelanjutan. Strategi yang dapat dikembangkan yaitu, Meningkatkan koordinasi antar stakeholder. Memperkuat komunikasi dan kerjasama antara semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan mangrove. Penegakan peraturan dan pemberian sanksi: Melaksanakan dan menegakkan peraturan dengan efektif, termasuk pemberian sanksi untuk pelanggaran. Perlu adanya penyuluhan terkait pengelolaan mangrove dan pemantauan yang baik sehingga masyarakat dapat menyadari dampak buruk dari pemanfaatan mangrove secara berlebihan. Teluk Kalimbungo is one of the areas in Kecamatan Talaga Raya that harbors a mangrove ecosystem. The mangrove ecosystem in this location is relatively natural, covering approximately 20 hectares. The area's status is APL (Other Land Use), following the forestry designation under Ministerial Regulation No. P.44/Menhut-II/2012 concerning forest area establishment. According to the Regional Regulation (PERDA) on spatial planning for Kabupaten Buton Tengah from 2020-2040, the mangrove area in Teluk Kalimbungo falls within a protected area, with a coastal boundary proportional to the shape and physical condition of the coast, at least 100 meters from the highest tidal point inland. However, based on field conditions, the mangrove function and ecosystem utilization are not yet managed sustainably. Given the extent of the mangrove forest in Teluk Kalimbungo, it is unfortunate that it is not properly protected and utilized. Sustainable management is crucial to support the local economy and preserve the mangrove's sustainability. Specifically in Teluk Kalimbungo, sustainable management efforts are needed. The research aims to describe and analyze the management conditions of mangroves in Teluk Kalimbungo, describe and analyze the sustainability of mangrove resource utilization in the area, and formulate sustainable strategies for the mangrove area in Teluk Kalimbungo. Data collection methods include direct observation starting from mangrove data collection, spatial analysis, literature studies, questionnaires, and interviews for Multidimensional Scaling (MDS) and SWOT analysis using the purposive sampling technique.
Results of the research indicate that the mangroves in Teluk Kalimbungo consist of approximately 5 species: Avicennia alba, Avicennia lanata, Rhizophora apiculata, and Sonneratia alba, with varying densities at each level. The diversity level obtained falls into the moderate category with a value of 1.42. The direct ecosystem benefits are divided based on annual income values, with crab utilization at Rp. 10,650,000, shrimp at Rp. 6,390,000, and firewood at Rp. 3,960,000. Additionally, the MDS values obtained in each dimension indicate that the economic dimension is moderately sustainable compared to other dimensions, which are considered less sustainable. Strategies that can be developed include enhancing stakeholder coordination, strengthening communication and cooperation among all parties involved in mangrove management, and enforcing regulations and sanctions effectively, including penalties for violations. There is a need for outreach on mangrove management and effective monitoring to raise community awareness about the negative impacts of excessive mangrove utilization.