Optimasi Pengelolaan Persampahan Dalam Mendukung Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon Di Kota Depok
Abstract
Salah satu kota dengan permasalahan persampahan yang kompleks dan tingkat emisi tinggi adalah Kota Depok. Penelitian ini dilakukan dengan fokus pada Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Sukmajaya. Lokasi ini dipilih berdasarkan kebutuhan informasi data dalam pengelolaan sampah, di mana Kecamatan Cipayung memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan Kecmatan Sukmajaya yang memiliki implementasi aktif dari TPS 3R dengan kapasitas pengolahan tersbesar yaitu 3 ton/hari. Pemilihan ini bertujuan untuk memperoleh data operasional dari TPA dan TPS 3R serta dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Penelitian dilakukan antara bulan September hingga Desember 2023.
Metode penelitian mencakup pengumpulan data sekunder, termasuk studi literatur dari peraturan nasional dan daerah, serta hasil wawancara dan survei lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah penduduk, timbulan sampah, distribusi pengelolaan sampah, komposisi sampah, infrastruktur, kebijakan pengelolaan sampah, dan aspek sosial ekonomi. Analisis menggunakan perhitungan Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (IKPS), kalkulasi biaya investasi dan operasionalisasi pengelolaan sampah serta perhitungan nilai emisi dan penurunan emisi GRK menggunakan metodologi dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Analisis yang pertama adalah IKPS yang diadopsi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi efektivitas pengelolaan sampah di Kota Depok, menunjukkan hasil skor sebesar 59,1 atau diatas rata-rata nasional yaitu 50,7. Analisis ini mengungkapkan bahwa kebijakan, sarana, prasarana, serta upaya sosialisasi dan edukasi telah memiliki nilai yang tinggi. Namun, di sisi lain, terdapat kekurangan pada sumber daya manusia dan efisiensi anggaran yang memerlukan perhatian dan peningkatan untuk mencapai kinerja optimal.
Melanjutkan analisis, konsep aliran sampah ideal untuk Depok mempertimbangkan empat prinsip utama: pencapaian pengumpulan sampah 100%, pencegahan sampah masuk langsung ke TPA tanpa pengolahan terlebih dahulu, pengolahan sampah sepenuhnya melalui TPS 3R, dan membatasi residu sampah di TPA menjadi kurang dari 20%. Implikasi kebijakan pengelolaan persampahan di Kota Depok yang mendukung ekonomi sirkular dan pembangunan rendah karbon dapat dilihat dari tiga skenario pengelolaan sampah. Skenario 1 melibatkan pengolahan sampah melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), tetapi menghadapi tantangan dalam mencari lahan dan resistensi masyarakat. Dengan total biaya investasi dan operasional mencapai 523 miliar rupiah per tahun, skenario ini berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 46% dari Business as Usual (BaU) baseline atau setara dengan 191 ribu ton CO2eq. Skenario 2, yang mengkombinasikan TPST dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R), memiliki tantangan serupa dan memerlukan biaya sebesar 464 miliar rupiah per tahun, dengan potensi penurunan emisi sebesar 56% dari BaU baseline atau setara dengan 233 ribu ton CO2eq.
Skenario 3, yang mengandalkan pengolahan sampah melalui TPS 3R, merupakan yang paling rendah total biaya yang dibutuhkan dan berkontribusi paling signifikan terhadap penurunan emisi GRK. Dengan biaya investasi dan operasional sebesar 436 miliar rupiah per tahun, skenario ini menawarkan potensi penurunan emisi terbesar, yaitu 65% dari BaU baseline atau setara dengan 271 ribu ton CO2eq. Implementasi skenario ini akan menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih murah dan terdesentralisasi. Kebijakan yang mendukung pembangunan TPS 3R harus mencakup insentif bagi masyarakat dan pelaku usaha, edukasi tentang pemilahan sampah, serta pengembangan infrastruktur. Meskipun menghadapi tantangan seperti biaya investasi awal yang tinggi dan resistensi masyarakat terhadap praktik baru, faktor pemungkin seperti ketersediaan dana, kemitraan dengan penyedia teknologi, kampanye kesadaran, dan insentif bagi partisipasi aktif dapat membantu mengatasi tantangan tersebut. Dengan langkah-langkah ini, Kota Depok dapat memperkuat pengelolaan sampah, mendukung ekonomi sirkular, dan mencapai pembangunan rendah karbon yang berkelanjutan.